Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pabrikan Rusia menyatakan sedang mengadaptasi salah satu robotnya untuk membantai tank Abrams dan tank Leopard 2, jenis yang dikirim ke Ukraina dari Amerika Serikat, Jerman, Polandia, dan negara lain.
Baca: Jepang Perketat Sanksi ke Rusia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dmitry Rogozin, mantan kepala perusahaan antariksa Rusia Roscosmos dan kepala kelompok "Royal Wolves", mengumumkan bahwa sedang bekerja sama dengan Advanced Research Foundation dan sebuah perusahaan Android Technology. Mereka mengembangkan versi tempur robot pengintai darat Marker Android. Rogozin saat ini menjadi penasihat pemerintah Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Semua orang setuju bahwa serangan (versi) Marker kami, sebelum kedatangan Abrams dan Leopard di Ukraina, harus disiapkan untuk menghancurkan mereka,” tulis Rogozin di Telegram.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh situs berita Rusia RIA Novosti, Rogozin mengatakan robot Marker akan “dapat secara otomatis mendeteksi tank Abrams, Leopard dan kendaraan lain. Katalog elektronik dalam sistem kontrol robot Marker akan diisi dengan gambar peralatan musuh.
Pada 2018, Android juga mengklaim akan menempatkan robot kosmonot bernama FEDOR ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Namun klaim itu tak terjadi hingga kini.
Rusia tidak mungkin mengirimkan robot tempur darat ke Ukraina dalam jumlah besar, kata Sam Bendett, asisten senior di Center for a New American Security dan penasihat di CNA Corporation. Ia juga skeptis robot Rusia itu akan mampu melawan awak tank manusia yang terlatih. Ia menyebut klaim itu sebagian besar sebagai aksi dari public relation.
Pembuat UGV, seperti kebanyakan perusahaan teknologi Rusia, sedikit terhambat oleh sanksi Barat dengan menghentikan aliran komponen komputer ke Rusia. Sanksi ini memiliki efek yang tidak merata, menurut laporan minggu ini dari Akselerator Kebijakan Silverado.
CEO Android Evgeny Dudorov mengatakan bulan lalu bahwa sanksi teknologi berdampak kecil pada kemampuan perusahaannya untuk mencetak bagian komponen utama, menurut Bendett. Bendett menyebut klaim Dudorov itu terlalu optimistis. Sebab sebagian besar teknologi tinggi Rusia bergantung pada komponen impor. Robot FEDOR Dudorov sebenarnya hampir 80 persen dibuat dari suku cadang impor.
Simak: Serangan Udara Rusia Menghujani Lebih dari 60 Kota Ukraina dan Tewaskan 11 Orang
DEFENSE ONE | EURONEWS