Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia kembali melakukan serangan terhadap infrastruktur energi di Ukraina pada Kamis, 28 November 2024 lalu. Serangan tersebut diklaim menyebabkan 1 juta orang mengalami pemadaman listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Vladimir Putin mengatakan agresi ini sebagai balasan atas serangan Ukraina ke wilayahnya dengan rudal balistik ATACMS dari Amerika Serikat. Ia mengatakan bahwa target-target Rusia di masa depan dapat mencakup pusat-pusat pengambilan keputusan di Kyiv, ibu kota Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, menuduh Rusia melakukan 'eskalasi yang tercela'. Dalam pidatonya, Zelenskiy mengatakan bahwa ia telah berbicara kepada para pemimpin Barat, termasuk Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, Perdana Menteri Inggris dan Kanselir Jerman untuk memberikan respons terhadap aksi Rusia tersebut. “Sekarang adalah waktunya untuk memperkuat posisi kita, posisi Ukraina dan mitra-mitra kita,” kata dia seperti dikutip dari Reuters, Jumat 29 November 2024.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan, Rusia menggunakan 91 rudal dan 97 pesawat tak berawak dalam serangan Kamis tersebut. Angkatan Udara mengaku telah menembak jatuh 79 rudal dan menjatuhkan 35 drone, sementara 62 drone dilaporkan hilang.
Sebanyak 12 rudal Rusia mengenai target yang sebagian besar adalah fasilitas energi dan bahan bakar. Kementerian Dalam Negeri Ukraina melaporkan adanya laporan soal kerusakan infrastruktur di sembilan wilayah.
Serangan terbaru Rusia ini membuat pihak Ukraina khawatir akan ada pemadaman listrik yang panjang selama berbulan-bulan, khususnya di musim dingin dengan suhu berkisar nol derajat. Para pejabat Ukraina menyebut ini adalah serangan besar ke-11 pada sistem energi sejak bulan Maret.
Rusia telah melumpuhkan sekitar setengah dari kapasitas pembangkit listrik yang tersedia di Ukraina selama perang, merusak sistem distribusi dan memaksa pihak berwenang memberlakukan pemadaman listrik yang panjang.
Pilihan Editor: Hari Solidaritas Palestina, PBB Minta Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera Segera