Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Saling gempur di Karachi

Ribuan tentara pakistan menggerebek kawasan sohrab goth, karachi, yang diduga pusat perdagangan heroin dan ganja. sementara terjadi bentrokan kaum pathan & afghan melawan muhajirin. kaum pathan mogok. (ln)

20 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG terjadi sejak Sabtu malam pekan lalu di Karachi, Pakistan, memang menyeramkan. Peristiwanya dimulai Jumat lalu. Sekitar tiga ribu tentara Pakistan yang didukung senjata artileri, menyerbu kawasan Sohrab Goth di pinggiran Karachi -- biasa disebut Pasar Bara -- yang diduga menjadi pusat perdagangan heroin dan ganja. Di daerah yang didiami warga suku Pathan dan pengungsi Afghanistan ini mereka menemukan bukan cuma ganja dan heroin, tapi juga senjata api. Tak kurang darl 2,5 ton ganja dan 80 kg heroin, ditaksir seharga US$ 255 juta, disita dalam operasi itu. Jam malam kemudian diberlakukan di kawasan itu dan yang berwajib lalu mendatangkan sejumlah bis untuk memindahkan lebih dari 25 ribu pengungsi Afghanistan yang tinggal di sana ke permukiman baru. Buldozer kemudian dikerahkan untuk meratakan kawasan tersebut. Sementara tentara mengepung kawasan itu, para pemimpin Pathan menuntut agar operasi dihentikan. Seorang tokoh Pathan mengultimatum, "Hentikan operasi besok malam, atau akan kami lumpuhkan transportasi di delapan penjuru." Suku Pathan dan Afghan memang menguasai transportasi bermotor di hampir seluruh Pakistan. Namun, Ghaus Ali Shah, Menteri Utama Provinsi Sind, bersikukuh. Pembersihan akan terus dilakukan sampai semua scnjata dan narkotik gelap disita. Selama lima tahun terakhir, beberapa kali usaha pemerintah untuk meratakan Sohrab Goth gagal karena dihalangi wanita-wanita Afghan yang bersenjatakan bedil Kalashnikov. Esoknya, Sabtu malam, tanpa mempedulikan jam malam, warga suku Pathan (yang berasal dari perbatasan Pakistan-Afghanistan) membakar bis, melempari polisi, dan mendirikan rintangan jalan. Lalu mereka menyerbu perkampungan Muhajirin. Kaum Muhajirin -- disebut begitu karena mereka adalah pengungsi beragama Islam yang mengungsi ke Pakistan pada 1947 setelah pemisahan Pakistan dan India -- memang musuh bebuyutan suku Pathan dan beberapa kali mereka bentrok. Awal November lalu kedua suku ini juga bentrok mengakibatkan 58 orang tewas dan ratusan luka-luka. Jumlah kedua kelompok ini masing-masing sekitar sepertiga dan penduduk Karachi yang 7 juta. Penyerbuan ke perkampungan Muhajirin di kawasan kumuh Orangi pada hari Minggu lalu tampaknya direncanakan. Gerombolan penyerbu membakar pasar, toko, rumah, menggebuk, menikam, dan menembak orang-orang yang mereka jumpai, tanpa peduli apakah mereka wanita, anak-anak atau pria dewasa. Sejumlah saksi mata melihat beberapa remaja dilemparkan hidup-hidup ke dalam bangunan yang mereka bakar. Polisi mengatakan, mereka terpaksa menembak untuk bisa menghentikan pertarungan Pathan dan Afghan melawan Muhajirin. Dokter-dokter rumah sakit menyatakan, hari Minggu itu mereka menerima paling tidak 54 mayat dan tiga ratusan orang yang terluka, sebagian besar warga Muhajirin. Namun, seorang juru bicara Gerakan Muhajir Quami mengatakan, korban yang tewas di pihak mereka hari itu tercatat 155 orang. "Kaum Pathan yang memulai keributan. Ini anarki, kekalutan dan semacam perang saudara," ujar sang juru bicara. Menurut beberapa sumber, sekitar 400 rumah dan toko dibakar hari itu. Sekitar 5 ribu tentara kemudian dikerahkan untuk mengepung daerah rawan yang diberlakukan jam malam, meliputi sekitar separuh Karachi. Mereka mendapat perintah menembak setiap pembuat kerusuhan dan pelanggar jam malam. Namun, tembakan peringatan dan bom gas air mata ternyata tak bisa menghentikan huru-hara. Pertempuran Muhajirin melawan Pathan dan Afghan berkobar lagi di beberapa tempat lain. Kali ini kelompok Muhajirin ganti menyerbu perkampungan Pathan. Dikabarkan, mereka membalas dan melakukan kekejaman yang sama: melemparkan sejumlah lawan mereka hidup-hidup dalam bangunan yang mereka bakar. Karachi pun lumpuh. Perjalanan kereta api terhenti. Pelabuhan Karachi sepi. Pengangkutan umum pun mogok. Sekolah ditutup. "Kota pelabuhan yang berpenduduk 7 juta pagi ini mirip kota hantu," kantor berita Reuters melaporkan Selasa pekan ini. Penduduk yang tinggal di daerah yang bebas jam malam juga enggan meninggalkan rumah. Polisi mengatakan, terjadi lebih dari seratus pelanggaran jam malam pada Minggu dan Senin malam lalu. Di banyak tempat, penduduk mengadakan siskamling untuk menjaga wilayah mereka dari serangan lawan. Jam malam juga diberlakukan di Hyderabad yang terletak 175 km sebelah timur Karachi setelah kerusuhan menjalar ke kota itu. Menurut catatan rumah sakit, hingga Selasa siang, setidaknya 132 orang tewas dan 550 orang terluka dalam bentrokan tiga hari itu. Diduga korban yang tewas ataupun luka lebih banyak karena tak semua korban dibawa ke rumah sakit. Sampai Senin malam, perkelahian masih terjadi. Ratusan warga Pathan beramai-ramai meninggalkan Karachi sejak Senin lalu dengan menggunakan truk dan bis, tampaknya untuk menghindari pembalasan. Mendagri Mohammad Aslam Khattak menyerukan agar semua pihak membantu menghentikan "pembunuhan oleh sesama Muslim" itu. Senin lalu, PM Mohammad Khan Junejo tiba di Karachi untuk kunjungan dua hari yang telah direncanakan. Ia menuduh "agen-agen subversif" yang menyulut kerusuhan komunal terburuk dalam sejarah Pakistan itu. Ia menegaskan, operasi antinarkotik akan terus dilakukan pemerintah. Namun, ia menegaskan, operasi itu tidak ditujukan pada kelompok tertentu, tapi pada mereka yang berdagang senjata gelap dan narkotik. Pihak oposisi segera saja mengecam pemerintah. Tokoh oposan paling beken, Benazir Bhutto, mengkritik operasi yang disebutnya serabutan itu. "Tak seorang pun tokoh penyelundup senjata atau narkotik yang tertangkap. Cuma sejumlah pecandu yang kena garuk, malah pertentangan antarkelompok yang dikipasi," ujarnya dalam suatu pernyataan. Malik Muhammad Qasim, pimpinan aliansi oposisi, menuduh kerusuhan ini buntut penolakan Presiden Zia untuk mengundurkan diri dan menyelenggarakan pemilu baru. S.P.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus