Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Saling gertak di tanah orang

Perang saudara chad semakin ramai. prancis mengirimkan pasukannya. qaddafi membantah keterlibatannya. (ln)

27 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDUDUK njamena bersorak sorai ketika empat pesawat jet tempur Jaguar melayang-layang di atas kota itu, Ahad lalu. Agaknya tak terpikir oleh mereka, tontonan udara ini justru isyarat makin berkobarnya perang yang mencabik-cabik Chad dalam beberapa bulan terakhir. Presiden Prancis Francois Mitterrand mengutus Roland Dumas, pengacara dan teman baiknya, menemui Kolonel Qaddafi di Tripoli. Melalui misi tak resmi ini, Mitterrand berharap bisa merayu Qaddafi, yang disebut-sebut membantu pemberontakan Goukouni Oueddei, duduk di meja perundingan. Tapi Qaddafi tetap membantah keterlibatan Libya dalam geger Chad. Bahkan ketika pasukan Hissene Habre mempertontonkan Mayor Abdel Salam Sharfadine, pilot Libya yang tertembak jatuh itu, Qaddafi sama sekali tidak beranjak. "Itu pilot yang mereka tangkap tiga tahun lalu," katanya. Kini, Prancis tidak saja mendatangkan empat Jaguar untuk membantu Habre yang tidak mempunyai angkatan udara. Mitterrand bahkan sudah menunjuk Brigadir Jenderal Jean Poli, 54 tahun, veteran Perang Aljazair dan spesialis Afrika mengantikan Kolonel Bernard Messana sebagai komandan lebih dari seribu tentara Prancis di Chad. Opsir marinir yang sangat berpengalaman inilah yang akan meneruskan Operasi Manta -- aksi unjuk kekuatan bersenjata Prancis terbesar selama 20 tahun terakhir. Perang saudara di Chad memang bisa membingungkan. Dua tokoh yang baku sikat, Hissene Habre dan Goukouni Oueddei, sama-sama beragama Islam, dan berasal dari suku Toubu. Keduanya bekas gerilyawan dan pernah jadi presiden. Pernah bersekutu dan bermusuhan dengan Libya sama-sama pernah menerima bantuan Prancis dan mengutuk negeri itu. Lalu apa yang jadi pokok seteru? Sebagian besar pengamat tetap melihat permusuhan mereka sebagai sekadar persaingan kepemimpinan. Sampai sekarang Chad dianggap salah satu negeri paling miskin di dunia. Angka buta huruf sekitar 82%. Dua atau tiga anak meninggal setiap hari lantaran kurang makan. Padahal, dengan luas setara dengan Inggris, penduduk negeri itu hanya 4,5 juta jiwa. Sebelum Goukouni dan Habre bersengketa, 1979, angka GNP menunjukkan Rp 120 ribu per orang. Setelah itu, keadaan ekonomi terus menerus merosot. Produksi gandum anjlok sepertiga. Produksi kapas, yang memasukkan 75% pendapatan ekspor negeri itu, anjlok 42%. Betulkah negeri itu sungguh-sungguh miskin? Agaknya tidak. Belakangan ini makin santer cerita, Qaddafi berselera melihat Chad bukan sekadar memuaskan ambisi untuk memimpin Afrika. Di Aozou Strip, wilayah dengan lebar sekitar 80 km yang dikuasai Libya sejak 1973, konon terpendam uranium yang patut diperhitungkan. Minyak bumi juga ternyata banyak sehingga Bank Dunia sudah menganjurkan pembangunan kilang minyak di negeri itu. Hanya karena perang masih berlarut-larut maka rencana itu masih terbengkalai. Di Mayo Kebbi terdapat emas, di kawasan Guera terkandung uranium, besi, dan bauksit. Di pantai Telaga Chad terdapat natron yang kini dalam jumlah terbatas sudah dimanfaatkan. Chad adalah produsen kapas terbesar di zona franc (CFA). Produksi kapas negeri ini sepenuhnya dikuasai Cotontchad yang dikontrol Maskapai Prancis untuk Pengembangan Tekstil. Dalam masa 1971-1978, Cotontchad mengeduk keuntungan tidak kurang dari Rp 44,6 milyar. Kini belasan ribu pasukan Prancis dan Libya berhadap-hadapan di negeri yang sengsara itu. Juga masih ada ratusan tentara Zaire di samping sekitar 4.000 tentara Chad yang kurang terlatih. Amerika Serikat mendrop sumbangan militer Rp 25 milyar. Sementara itu Qaddafi tak henti-hentinya mengaum. Ia bahkan menggertak lawan dengan "banjir darah" jika konflik ini membuat keamanan Libya terancam. "Bila Prancis dan Amerika Serikat terlibat lebih jauh, akan kita saksikan bencana yang lebih dahsyat daripada Vietnam, Kamboja, atau Pearl Harbour," kata Qaddafi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus