Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cucu perintis kemerdekaan

Bekas senator Benigno S. Aquino, 51 th, mati tertembak sesaat tiba di Manila dari pengasingannya di AS. Presiden Marcos diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut. (ln)

27 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARAH politik yang mangalir dalam tubuh Ninoy berhulu dari kakeknya, Servillano Aquino. Dalam sejarah Filipina Aquino tua ini tercatat sebaai salah seorang perintis kemerdekaan. Ia berjuang melawan pemerintah kolonial Spanyol dan Amerika Serikat, akhir abad lalu. "Tapi idolaku adalah ayah," kata Ninoy. Ayahnya, Benigno S. Aquino Sr, pernah menjabat ketua Kongres. Ninoy, lahir 27 November 1932, mulai terjun ke pentas politik ketika berusia 22 tahun. Ia, setelah menjadi penasihat Presiden Ramon Magsaysay selama satu musim, terpilih sebagai walikota Concepcion -- tempat kelahirannya yang terletak 100 km di utara Manila. Selang enam tahun ia terpilih sebagai gubernur Provinsi Tarlac. Tahun 1967 Ninoy meloncat ke Senat. Ia menjadi senator paling muda pada masa itu. Tiga tahun kemudian Ninoy terpilih sebagai sekretaris jenderal Partai Liberal. Sejak itu sudah disebut-sebut sebagai pengganti Ferdinand Marcos yang berdasarkan konstitusi sudah tak bisa ikut pemilihan presiden 1973. Tapi malang bagi Ninoy, beberapa bulan sebelum pemilihan umum, Marcos mengumumkan Keadaan Darurat. Alasannya: Aquino ingin melancarkan revolusi. Tanggal 22 September 1972, sehari setelah pengumuman Keadaan Darurat, Ninoy ditangkap. Ia ditahan tanpa proses pengadilan selama tujuh tahun. Ketika dihadapkan ke pengadilan militer dengan tuduhan pembunuhan, subversi, dan memiliki senjata api tanpa izin, hakim menjatuhkan hukuman mati bagi Ninoy. Tahun 1980, Ninoy, yang sudah mulai sakit-sakitan di penjara, diizinkan Marcos untuk pembedahan jantung di Texas, AS. Setelah sembuh ia tinggal di AS sambil menggalang kekuatan. Ketika yakin sudah kuat, Ninoy memutuskan untuk pulang. Sekalipun sudah diperingatkan mengenai adanya ancaman pembunuhan untuk dirinya, ia tak peduli. Ninoy memang kembali, dan untuk selamanya. Ia meninggalkan istri dan empat anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus