DARAH politik yang mangalir dalam tubuh Ninoy berhulu dari
kakeknya, Servillano Aquino. Dalam sejarah Filipina Aquino tua
ini tercatat sebaai salah seorang perintis kemerdekaan. Ia
berjuang melawan pemerintah kolonial Spanyol dan Amerika
Serikat, akhir abad lalu. "Tapi idolaku adalah ayah," kata
Ninoy. Ayahnya, Benigno S. Aquino Sr, pernah menjabat ketua
Kongres.
Ninoy, lahir 27 November 1932, mulai terjun ke pentas politik
ketika berusia 22 tahun. Ia, setelah menjadi penasihat Presiden
Ramon Magsaysay selama satu musim, terpilih sebagai walikota
Concepcion -- tempat kelahirannya yang terletak 100 km di utara
Manila. Selang enam tahun ia terpilih sebagai gubernur Provinsi
Tarlac.
Tahun 1967 Ninoy meloncat ke Senat. Ia menjadi senator paling
muda pada masa itu. Tiga tahun kemudian Ninoy terpilih sebagai
sekretaris jenderal Partai Liberal. Sejak itu sudah
disebut-sebut sebagai pengganti Ferdinand Marcos yang
berdasarkan konstitusi sudah tak bisa ikut pemilihan presiden
1973.
Tapi malang bagi Ninoy, beberapa bulan sebelum pemilihan umum,
Marcos mengumumkan Keadaan Darurat. Alasannya: Aquino ingin
melancarkan revolusi. Tanggal 22 September 1972, sehari setelah
pengumuman Keadaan Darurat, Ninoy ditangkap. Ia ditahan tanpa
proses pengadilan selama tujuh tahun. Ketika dihadapkan ke
pengadilan militer dengan tuduhan pembunuhan, subversi, dan
memiliki senjata api tanpa izin, hakim menjatuhkan hukuman mati
bagi Ninoy.
Tahun 1980, Ninoy, yang sudah mulai sakit-sakitan di penjara,
diizinkan Marcos untuk pembedahan jantung di Texas, AS. Setelah
sembuh ia tinggal di AS sambil menggalang kekuatan. Ketika yakin
sudah kuat, Ninoy memutuskan untuk pulang. Sekalipun sudah
diperingatkan mengenai adanya ancaman pembunuhan untuk dirinya,
ia tak peduli.
Ninoy memang kembali, dan untuk selamanya. Ia meninggalkan istri
dan empat anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini