Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sampai Jumpa di Pengadilan, Trump

Organisasi-organisasi hak sipil menggalang dana dan sukarelawan untuk mengantisipasi pemerintahan Trump. Gerakan yang mendapat respons dari mereka yang ingin demokrasi lebih sehat.

21 November 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA pagi setelah Donald Trump dideklarasikan memenangi pemilihan umum Presiden Amerika Serikat, Rabu dua pekan lalu, Karin Shedd membuka halaman Facebook. Perhatian videografer di Yale University, New Haven, Connecticut, ini segera tertuju pada iklan dari American Civil Liberties Union (ACLU): materinya berupa foto pengusaha properti yang merupakan calon Partai Republik itu dengan deretan kata-kata "sampai jumpa di pengadilan" melayang di bagian atas kepalanya.

Shedd tak pernah menyumbangkan uang kepada organisasi politik. Tapi hari itu, terdorong oleh kesadaran bahwa memberikan suara untuk politikus liberal saja tak cukup, tanpa ragu-ragu dia memutuskan mendonasikan US$ 50 (lebih-kurang Rp 668 ribu) masing-masing untuk ACLU, Planned Parenthood, dan Citizens' Climate Education—organisasi-organisasi yang bergerak di bidang kebebasan sipil, kesehatan perempuan, dan lingkungan.

"Secara ideologi, saya perlu membuktikan kata-kata saya dengan tindakan," ujarnya seperti dikutip The Wall Street Journal, pekan lalu. "Saya tak bisa ke mana-mana menyatakan sikap saya kepada orang-orang kalau saya tak mau jadi pemain aktif."

Seperti Shedd, Peter Staley bertekad menjadi donatur bulanan untuk ACLU. Dia menuliskan janji itu di halaman Facebook-nya. "Kita perlu membangun organisasi hukum yang paling kuat dalam sejarah manusia untuk membela kami dalam empat tahun mendatang," kata aktivis HIV/AIDS dan hak kaum gay dari Cambridge, Massachusetts, ini, beralasan.

Kekecewaan, amarah, memang berkecamuk segera setelah pemilu berakhir dengan keberhasilan Trump, bertolak belakang dengan hasil berbagai jajak pendapat sebelumnya, menundukkan Hillary Clinton, calon dari Partai Demokrat. Demonstrasi digelar di berbagai kota hingga beberapa hari kemudian, sebagian sempat menimbulkan bentrokan.

Peserta demonstrasi berasal dari berbagai kalangan. Michael Moore, sutradara film dokumenter dan penulis yang telah memenangi penghargaan Palm D'Or dan Oscar, tak hanya ikut turun ke jalan. Selama dua hari berturut-turut setelah pemilu berlalu, dia mengunggah ajakan beraksi. Menurut dia, beberapa hal mendesak dilakukan selagi isunya masih hangat—di antaranya "mengambil alih Partai Demokrat dan mengembalikannya kepada rakyat", "secepatnya dan setegasnya membentuk gerakan oposisi", dan "memulai dorongan nasional... untuk mengamendemen konstitusi demi memperbaiki sistem pemilihan yang rusak".

Di luar berbagai protes jalanan ataupun melalui media sosial, kelompok-kelompok aktivis liberal memilih aksi berbeda: mereka berupaya menyalurkan ekspresi anti-Trump atau minimal kekecewaan terhadap Trump dalam kegiatan donasi dan partisipasi sebagai sukarelawan. Dibandingkan dengan protes-protes yang ada, ajakan menyumbang uang ke bermacam-macam organisasi yang agendanya adalah menangkal janji-janji presiden terpilih Trump ini justru mengundang minat yang melampaui ekspektasi.

Ajakan itu mungkin bisa dikategorikan yang paling jelas tujuannya. Organisasi-organisasi yang menggerakkannya merupakan antitesis dari banyak hal yang dijanjikan Trump dalam kampanyenya—tentang ancaman deportasi terhadap imigran ilegal serta diskriminasi kelompok minoritas, perempuan, dan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Selain menerima dana, mereka menerima lonjakan jumlah lamaran sukarelawan.

Sambutan datang segera setelah ajakan itu diumumkan. Tiga hari setelah pemilu, Presiden Planned Parenthood Cecile Richards mengaku menyaksikan—dalam kata-katanya kepada The Atlantic—"luapan dukungan yang tak pernah terjadi". Waktu itu telah masuk hampir 80 ribu sumbangan. Pada pertengahan pekan lalu, angka ini sudah melampaui 120 ribu. Menurut VOA News, hampir 20 ribu di antaranya disalurkan atas nama Mike Pence, wakil presiden terpilih. Saat menjabat Gubernur Indiana, inisiatif legislasi Pence adalah membatasi hak reproduksi perempuan dan mengekang kelompok LGBT.

Planned Parenthood adalah organisasi yang secara eksplisit disebut Trump dalam kampanyenya. Trump mengancam akan menghentikan bantuan dana dari pemerintah federal karena peran organisasi ini sebagai penyedia jasa aborsi terbesar di Amerika. Richards menepis ancaman ini. Katanya, "Kami tak akan pernah menyerah, dan kami tak akan berhenti menyediakan perawatan yang dibutuhkan pasien kami."

ACLU, yang berkampanye lebih "keras", dengan pernyataan yang kemudian luas disebarkan di media sosial, kewalahan menghadapi banjir pengunjung di situsnya. Saking melonjaknya jumlah peminat donasi, server situs ini sempat lumpuh sehari setelah Trump dipastikan unggul atas Clinton. Menurut Mark Weir, Chief Development Officer ACLU, sumbangan secara online dalam tempo singkat ini "melampaui apa yang pernah kami saksikan".

Pada Selasa dan Rabu pagi dua pekan lalu organisasi yang didirikan pada 1920 itu mencatat sumbangan masuk hampir US$ 1 juta dari 14 ribu donatur. Sepekan kemudian, seperti dilaporkan Fortune, angkanya sudah mencapai lebih dari US$ 7,2 juta dari 120 ribu donatur.

Tampilnya figur publik ikut membantu kampanye itu. John Oliver, tuan rumah program Last Week Tonight di HBO, berperan besar dalam hal ini. Di episode terakhir musim ini, yang tayang pada Ahad pekan lalu, dia mengimbau pemirsa ikut berpartisipasi menyumbangkan dana. "Kalau Anda tak percaya pemanasan global akibat tindakan manusia adalah isu menggelikan, menyumbanglah untuk National Resources Defense Council," katanya. "Jika Anda tak berpendapat bahwa pengungsi adalah pasukan teroris yang menyamar, berikan sumbangan untuk International Refugee Assistance Project."

Menurut Anthony Romero, Direktur Eksekutif ACLU, injeksi dana yang masuk belakangan itu bakal bermanfaat untuk menjalankan sejumlah program yang menjadi prioritas. Di antara yang hendak diperjuangkan adalah usaha melawan deportasi massal, melindungi hak transgender, serta mencegah diberlakukannya secara nasional kebijakan stop-and-frisk, penghentian dan pemeriksaan, oleh polisi jika seseorang dicurigai bersenjata.

Sementara Trump belum mengubah pendirian dan sedang terombang-ambing konflik dalam penyusunan kabinetnya, gerakan serupa diperkirakan masih berlangsung dan meluas. Selain sejumlah organisasi lawas lain ikut diuntungkan, termasuk yang berhaluan konservatif, ada pendatang baru yang tak mau kalah memanfaatkan kesempatan. Pantsuit Nation, misalnya. Bermula sebagai pendukung Clinton tapi belakangan berkamuflase menjadi jaringan beranggotakan tiga juta orang, kelompok ini gigih saling menyemangati untuk menyumbangkan uang dan waktu, bahkan memberanikan diri mencalonkan diri untuk mendapatkan jabatan publik.

Menurut Richard Tofel, Presiden dan General Manajer ProPublica—organisasi pemberitaan nonprofit dan independen yang juga memperoleh tambahan dukungan pascapemilu—apa yang sedang terjadi itu menunjukkan adanya banyak orang yang merasa perlu bertindak sebagai reaksi atas hasil pemilu. "Satu hal yang bisa mereka kerjakan adalah menyumbang untuk gerakan yang menurut mereka bisa memajukan pandangan mereka tentang demokrasi yang sehat," katanya.

Karin Shedd, Peter Staley, juga yang lain, termasuk di antara orang-orang itu.

Purwanto Setiadi (The Atlantic, Fast Company, Huffington Post, Law Street, Time, VOA News)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus