Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia salah satu ikon nuklir Rusia. Yevgeny Adamov menghabiskan hampir separuh hidupnya di laboratorium nuklir. Sejumlah jabatan penting pernah dipegangnya, antara lain Ketua Badan Atom dan Menteri Urusan Nuklir Rusia. Hidupnya kemilau karena nuklir dan terperosok karena nuklir. Amerika Serikat menuduhnya menggelapkan uang. Rusia menudingnya menelan dana pembangunan nuklir. Dua negara itu berlomba membekuknya.
Awal Mei lalu, lelaki ini ditangkap polisi Bern, Swiss, ketika dia tengah menjenguk anak perempuannya di kota itu. Washington dan Moskow lagi-lagi baku rebut Adamov dari tangan pemerintah Swiss. Rusia menang. Ahli nuklir itu diterbangkan dari Zurich ke Moskow pada malam pergantian tahun, 31 Desember lalu. Kini Adamov mendekam di Matrosskaya Tishina, sebuah penjara sumpek di pusat kota Moskow.
Yevgeny Adamov sejatinya ilmuwan yang dihormati. Hidupnya adalah kisah kebangkitan nuklir Negeri Beruang Merah, terutama sesudah tragedi Chernobyl 1986 yang memilukan. Adamovlah yang pontang-panting membangun proyek-proyek nuklir Rusia, membuka kerja sama nuklir dengan sejumlah negara asing. Ia pernah menjadi Kepala Nikiet, lembaga penelitian nuklir supercanggih di Moskow. Lembaga ini adalah pusat beberapa proyek atom di era Uni Soviet. Nikiet memotori pembangunan kembali reaktor nuklir pascamusibah Chernobyl.
Adamov juga mahir berniaga. Dia seorang pedagang di samping sebagai birokrat. Walau bisnisnya tak berbiak, ia tercatat sebagai pemilik beberapa perusahaan di Rusia dan Swiss. Usahanya melintasi benua hingga ke Amerika Serikat dalam bentuk firma konsultan di Pennsylvania.
Selain kecemerlangannya, Adamov dikenal sebagai tokoh kontroversial dalam pengembangan nuklir Rusia. Ketika menjadi Kepala Nikiet, ia menjalin kerja sama nuklir dengan Iran, India, dan Cina. Hubungan mereka kian berkembang ketika Adamov menjadi Menteri Nuklir. Kerja sama itu meliputi uang pembangunan pembangkit nuklir serta pertukaran dan pendidikan tenaga ahli.
Kerja sama itu tentu saja membikin Amerika Serikat berang bukan kepalang. Washington yang ikut menyumbang dana pemulihan pengembangan nuklir Rusia merasa dikhianati. Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore bahkan terbang ke Rusia khusus untuk meminta pembatalan kerja sama. Rusia menampik. Adamov dipersilakan jalan terus—dan ia mengangguk penuh semangat. Ilmuwan, birokrat, sekaligus saudagar ini memang berambisi membesarkan jaringan nuklir di negerinya.
Ada-ada saja idenya untuk mempercepat pengembangan nuklir Rusia. Misalnya, dia pernah melontarkan konsep Nuklir Daur Ulang—daya yang diolah dari sampah nuklir. Dengan penuh semangat ia mengusulkan kepada Presiden Vladimir Putin agar Rusia mengimpor sampah nuklir dari sejumlah negara. Namun, program ini ditentang sebagian menteri di kabinet Putin. Padahal, jika gagasan ini diterima, kata Adamov, dunia bisa dilindungi dari pencemaran sampah nuklir dan, ”Energi nuklir Rusia bakal melejit.”
Belakangan, entah kenapa, hubungan Putin-Adamov merenggang. Tampaknya Putin percaya pada laporan intelijennya bahwa Adamov bermain curang dalam pengelolaan dana. Ketika Putin kemudian merombak kabinetnya, nama Adamov dicoret. Sejak itu, dia serius beralih mengembangkan bisnis pribadinya.
Lalu muncul tuduhan dari Amerika Serikat bahwa Adamov terlibat aneka tindak kejahatan, di antaranya penggelapan dana Departemen Energi Amerika Serikat sebesar Rp 98 miliar. Dana itu, kata Washington, merupakan dana program pemulihan keamanan nuklir Rusia. Kuat diduga, Adamov menanam uang tersebut di sebuah bank di Delaware dan Pennsylvania, Amerika Serikat.
Polisi Amerika mengaku sudah mengantongi bukti tabungan jumbo Kamerad Adamov di beberapa bank. Polisi Amerika mengungkapkan, pelacakan terhadap kejahatan Adamov sudah berlangsung semenjak dia masih menjadi Kepala Nikiet.
Selain penggelapan dana, Adamov dituding melakukan praktek pencucian uang, pencurian, dan penggelapan pajak pada perusahaan-perusahaannya yang beroperasi di Swiss. Nah, Rusia sendiri menuduhnya terlibat pencurian uang dan korupsi. Aparat intelijen Amerika dan Rusia berlomba menguber Adamov ke banyak negara. Tidak ketemu. Dia lantas diadili di dua tempat secara in absentia. Di Amerika dan Rusia.
Pemerintah Amerika merasa berkepentingan mengadili Adamov dengan alasan ”ingin membuka rekening gelapnya di sejumlah bank Amerika dan jaringan pencucian uangnya di seantero Amerika dan Eropa”. Rusia merasa berkewajiban menjemput Adamov guna mengorek penggunaan dana proyek nuklir, yang diduga telah ditelan sendiri oleh bekas menteri ini.
Itu alasan yang mengemuka. Sedangkan sejumlah pengamat menilai ada perang tersembunyi di balik aksi saling rebut Adamov. Perang itu tak jauh-jauh dari urusan nuklir juga. Para petinggi Moskow amat yakin militer dan intelijen Amerika berupaya mengorek info tentang proyek pengembangan nuklir Rusia dari mulut Adamov.
Jika dibawa ke Amerika, bukan tak mungkin Adamov akan ”bernyanyi” soal pabrik-pabrik nuklir dan kerja sama Rusia dengan India, Cina, dan terutama Iran yang kini jadi seteru panas AS. Jika itu terjadi, bisa timbul bahaya dan malu tak terkira bagi Rusia, karena proyek rahasia mereka bakal telanjang bulat. Tak ada pilihan lain, Adamov harus kembali ke kampung halaman.
Selain ingin mengorek proyek nuklir Rusia, Adamov menyebut upaya Amerika Serikat sebagai politik balas dendam. Mengapa? Karena Adamovlah yang ngotot membuka kerja sama nuklir dengan Cina, India, dan Iran. ”Saya sudah diincar untuk dibunuh sejak membuka kerja sama dengan negara-negara itu,” katanya. Semua kerja sama itu, ia menjelaskan, bertujuan membangkitkan kembali energi nuklir Rusia.
Tatkala datang ke Moskow dulu untuk membujuk pemerintah Rusia membatalkan kerja sama nuklir dengan ketiga negara di atas, Al Gore bertemu Adamov selama dua jam. Maksudnya untuk memuluskan misi Washington. Ketika Adamov menolak, Al Gore tersinggung. ”Orang Amerika terbiasa dengan fakta orang Rusia harus mendengarkan mereka. Sementara mereka tak mendengarkan siapa pun,” kata Adamov dalam sebuah siaran pers beberapa waktu lalu.
Rusia akhirnya memenangkan perebutan ahli nuklir itu. Adamov sendiri lebih memilih pulang kampung ketimbang dicokok intel Amerika. Itu sebabnya, ia menyebut ekstradisi dari Swiss ke Rusia pada 31 Desember lalu sebagai ”hadiah tahun baru”.
Wenseslaus Manggut (AFP, moscownews.net,newsfromrussia.com)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo