Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA belas tahun silam, pintu setiap rumah di Seven Hills, Ohio, dipasangi pita kuning—sebagai tanda selamat datang. Penduduk di kawasan itu sedang menanti kepulangan John Demjanjuk, tetangga mereka yang sedang menjalani proses pengadilan di Israel. Mereka tak percaya kakek yang saat itu berusia 72 tahun adalah penjahat perang Nazi seperti dituduhkan Israel. Sehari-hari Demjanjuk adalah montir yang ramah kepada tetangga.
Doa mereka terkabul. Meski saat itu Demjanjuk sudah dijatuhi vonis hukuman gantung oleh pengadilan Tel Aviv, permintaan bandingnya di Mahkamah Agung Israel diterima lima hakim agung tanpa perbedaan pendapat. Demjanjuk boleh pulang kampung. Ia keluar dari penjara Israel pada 22 September 1993. Tetangganya bersorak lega.
Tapi kini, sang kakek kelahiran Kiev Oblast, Ukraina, yang berimigrasi ke Amerika Serikat pada 1951 itu tak lagi menyaksikan pita kuning di pintu rumah tetangganya. Pada akhir Desember silam, pihak Imigrasi Amerika lewat Hakim Michael Creppy mengeluarkan keputusan bahwa Opa John harus angkat koper dan pulang kampung ke negeri asal yang mengenalnya sebagai Ivan Demjanjuk.
Keputusan Creppy memperkuat putusan Pengadilan Tinggi Ohio yang menyatakan Demjanjuk terbukti pernah menjadi penjaga bersenjata di kamp Sobibor dan Majdanek (Polandia), serta Flossenburg (Jerman). Di ketiga kamp ini, majelis hakim menyatakan, terjadi pembunuhan terhadap ribuan warga Yahudi. ”Saya tak bisa pulang ke Ukraina. Jika dideportasi, saya akan disiksa di sana,” ujar Demjanjuk.
Pengacaranya, John Broadley, menilai tindakan pemerintah Amerika memulangkan Demjanjuk sama dengan melemparkannya ke ”tangki penuh hiu ganas”. Kini Demjanjuk hanya bisa berharap pada banding terakhir yang tenggangnya harus dia gunakan sampai akhir Januari.
Kisah tarik-ulur pembuktian keterlibatan Demjanjuk dalam aksi kejam Nazi telah berlangsung hampir 30 tahun terakhir. Semua dimulai dari sepucuk surat yang dilayangkan Departemen Kehakiman kepada Pengadilan Negeri Ohio Selatan pada Agustus 1977. Isinya, meminta agar pengadilan mencopot kewarganegaraan Amerika Serikat Demjanjuk yang diperolehnya pada 1958. Menurut penilaian Departemen Kehakiman, Pak Tua Demjanjuk berbohong ketika mengisi formulir aplikasi imigrasi pada 1951.
Pada 23 Juni 1981, Hakim Frank Batisti mengabulkan permintaan pencabutan itu dengan menunjukkan bukti bahwa sang Kakek pernah menjadi anggota salah satu unit SS (Schutzstaffel), organisasi paramiliter Nazi yang ditakuti, di kamp konsentrasi Sobibor dan Majdanek. Keputusan ini dengan cepat bergaung ke segenap komunitas Yahudi. John Demjanjuk adalah ”Ivan the Terrible”, satu algojo yang amat menggeletarkan lutut tawanan pada masa itu. Apalagi nama depan Demjanjuk sebelum masuk Amerika memang... Ivan!
Dua tahun kemudian, Tel Aviv melobi Washington agar mengekstradisi Demjanjuk ke tanah Yahudi untuk menjalani persidangan. Payung hukum yang disodorkan adalah Undang-Undang (Hukuman) Atas Kolaborator Nazi yang dibuat pada 1950. Washington setuju dan mengirim Pak Tua ke Yerusalem. Di kota ini sidangnya dilangsungkan pada 28 Februari 1986.
Sidang-sidang berlangsung maraton dengan beragam bukti, berjalan alot selama dua tahun. Akhirnya, majelis hakim memutuskan Demjanjuk terbukti bersalah dan divonis hukum gantung. Demjanjuk naik banding. Mahkamah Agung Israel malah membebaskan dia pada 1993, setelah menemukan bukti baru bahwa nama keluarga Ivan sang Algojo adalah Marchenko, bukan Demjanjuk. Lelaki kelahiran Ukraina ini diperbolehkan kembali ke Ohio.
Pada 1998, hak kewarganegaraan Demjanjuk dipulihkan. Malang, kebebasan itu hanya berlangsung setahun. Lagi-lagi Departemen Kehakiman yang menyodoknya. Alasan mereka, keterlibatan Demjanjuk sebagai pengawal kamp konsentrasi sudah cukup untuk mendepak dia dari Amerika. Pada 1 Mei 2004, kewarganegaraan lelaki renta ini dicopot lagi.
Terhadap keberatan Demjanjuk bahwa ia akan disiksa jika kembali ke Ukraina, Hakim Michael Creppy hanya berujar pendek. ”Sejauh ini belum ditemukan bukti bahwa kecemasan itu beralasan.”
Demjanjuk tua kini tinggal menghitung hari sebelum kembali ke kampungnya—sebuah ”tangki hiu ganas” seperti disebutkan pengacaranya.
Akmal Nasery Basral (BBC, Wikipedia)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo