Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebentar lagi, goh

Lee kuan yew terpilih sebagai pm singapura. ia tak jadi menyerahkan kursinya kepada calon penggantinya, deputi pertama pm goh chok tong. susunan kabinet ada 3 wajah baru muncul dari 20 menteri.

17 September 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG mengagetkan dari kabinet baru di Singapura ialah bahwa ternyata tak ada yang mengagetkan. Perdana Menteri Singapura tetap Lee Kuan Yew (persis seperti 29 tahun yang lalu). Ia tak jadi menyerahkan kursinya kepada calon penggantinya, Deputi Pertama Perdana Menteri Goh Chok Tong, yang semula dikabarkan akan dilakukan pekan ini. Persisnya di hari Jumat, di hari ulang tahun Lee ke-65. Bukan karena Lee kurang ikhlas. Rakyat Singapura sendiri tampaknya belum pas dengan penguasa baru. Pengumpulan pendapat koran The Straits Times, yang dilakukan beberapa minggu sebelum pemilu yang berakhir pekan lalu itu, memang membuktikan: 30% rakyat masih lebih menyukai kepemimpinan tokoh Partai Aksi Rakyat (PAP) generasi Lee. Sedangkan generasi Goh, yang kini rata-rata berumur sekitar 40 tahun, hanya dapat 15%. Pendukung Lee sendiri masih hebat: di wilayah pemilihannya, ia dapat 82% dari seluruh suara yang masuk. Maka, tak menakjubkan bila Goh, sang penerus, berkata. "Saya dan rekan-rekan sepakat untuk mempertahankan Lee." Tapi ada faktor lain yang selalu jadi pertimbangan para pemimpin republik kecil di Asia Tenggara ini: faktor tetangga. Generasi Goh merasa belum mampu membina hubungan pribadi dengan pimpinan Indonesia dan Malaysia. Lee sangat dekat baik dengan Presiden Soeharto maupun PM Malaysia Mahathir. Goh, sebaliknya, pendatang baru. Ketika Pak Harto jadi presiden pada 1967, Goh masih berumur 26. Begitulah akhirnya diputuskan: Lee akan tetap di sana sampai dua tahun lagi. Sejalan dengan itu, Goh juga bilang bahwa Lee tak akan jadi presiden. Ini membantah dugaan selama ini bahwa Lee ingin dapat pos kepresidenan, yang kelak akan punya kekuasaan tambahan, antara lain mengawasi keadaan cadangan dana nasional. Hanya saja, Lee juga bilang ia tak menolak kalau nanti memang terpilih sebagai presiden. Memang belum ada calon lebih kuat dari dia. Di Singapura yang cuma berpenduduk sekitar 2 juta, variasi memang terbatas. Susunan kabinet yang diumumkan Sabtu pekan lalu juga hampir tak beda. Wajah baru yang muncul hanya 3 dari 20. Itu pun mereka sebagai menteri negara. Perubahan terbesar cuma pada pos menteri luar negeri yang dialihkan dari Suppiah Dhanabalan kepada Menteri Pembangunan Masyarakat Wong Kanseng. Kabarnya, agar Dhanabalan bisa lebih berkonsentrasi sebagai menteri pembangunan nasional yang dia rangkap sejak tahun 1986. Yang akan agak berbeda mungkin oposisi. Sebab, kendati hanya Chiam See Tong dari Partai Demokrasi Singapura (SDP) yang berhasil merebut kursi parlemen lewat pemilu, akan ada wajah baru di kubu lawan PAP. Francis Seow dan Lee Siew Choh, keduanya dari Partai Pekerja, Senin pekan ini menerima tawaran untuk jadi anggota perlemen yang tak mewakili daerah pemilihan. Itu dimungkinkan menurut suatu amendemen konstitusi 1984, yang mengatur bahwa maksimum tiga calon oposisi yang, meski kalah, bisa jadi anggota parlemen. Dengan syarat, masing-masing minimum bisa meraih 15% suara di daerahnya. Ini sedikit meringankan bagi mereka yang tak akan bisa dapat kursi dalam pemilu sistem distrik ini, yang memungkinkan yang menang -- biarpun dengan selisih angka kecil -- berhak mewakili distrik itu sepenuhnya. Partai Pekerja sebenarnya menolak sistem "keringanan" ini, tapi kali ini prinsip tampaknya bisa dibengkokkan. Siapa tahu dengan Francis Seow di parlemen, partai yang tak punya wakil itu akan didengar suaranya. Seow, ahli hukum didikan Amerika ini adalah juru debat yang piawai, meskipun ia baru kali ini masuk politik. Itu kalau ia kelak tak diganggu oleh soal hukum yang kini masih disangkutkan kepadanya: ia dituduh mengelakkan pajak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus