Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah Gerakan tanpa Zarqawi

Terbunuhnya Abu Musab al-Zarqawi tidak akan menyelesaikan kekerasan dan teror di Irak. Mampukah AS menerapkan pendekatan benar dan tepat untuk mengatasinya?

19 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

…Kepada orang-orang yang membanggakan dan para pemimpin di zaman para hamba

Kepada penghuni puncak-puncak gunung, pemilik kejayaan, singa Pegunungan Shara...

Semoga kedamaian dan belas kasih Allah selalu bersamamu.

Meskipun tubuh kita jauh terpisahkan, hati kita tidak berjarak.

Itu adalah potongan kecil surat Abu Musab al-Zarqawi kepada pimpinan Al-Qaidah, Usamah bin Ladin. Surat dari pentolan Jamaat al-Tawhid wal Jihad yang terbunuh saat tentara Amerika Serikat menyerang tempat persembunyiannya di pinggiran Baqubah, 7 Juni 2006 itu, tertanggal pada Februari 2004.

Di dalamnya, Zarqawi menjelaskan—dalam bahasa penuh kerendahatian—tentang kondisi Irak dari kacamatanya. Menurut dia, tujuan pemerintah AS menduduki Irak adalah untuk membangun negara Israel yang besar dari Sungai Nil ke Efrat. ”Mereka (AS) mengira semua ini mudah, tapi saudara-saudara kami para mujahidin mengubah segalanya,” tulisnya.

Lebih jauh, Zarqawi menguraikan musuh-musuh yang harus dibasmi di Irak: kaum Kurdi, AS dan sekutunya, polisi, tentara dan orang pemerintahan Irak, serta kelompok Syiah. Tapi, dari semua musuh itu, yang paling jahat adalah Syiah. Untuk itulah, dalam berjuang di Irak, kelompok Zarqawi ini sengaja mengobarkan perang saudara Sunni-Syiah. Bahkan sebenarnya Zarqawi telah mengumumkan perang terbuka dengan Syiah, September 2005. Al-Tawhid menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan kaum Syiah, termasuk pengeboman kompleks pemakaman dan masjid di Samara, Februari lalu.

Zarqawi memang telah mati. Bahkan untuk meyakinkan dunia, pemerintah AS menyebarluaskan gambar wajah jenazah Zarqawi—meskipun hal ini melanggar Konvensi Jenewa yang melarang penyebaran gambar lawan untuk kepentingan propaganda. Tapi tampaknya AS ingin memberikan bukti keras, orang yang diyakini sebagai pimpinan Al-Qaidah di Irak itu benar-benar mati. Maklum, tidak sekali ini saja militer AS memburu Zarqawi, yang kepalanya dihargai US$ 25 juta (sekitar Rp 237,5 miliar). Dia sempat beberapa kali dinyatakan tewas oleh pihak AS, tapi kemudian kembali muncul dalam rekaman video yang diposkan pada situs-situs tertentu atau saluran televisi Al Jazeera.

Zarqawi telah tiada, tapi kemenangan belum di tangan AS. Majalah The Economist menyebutkan, meskipun kematian Zarqawi merupakan kemenangan terbesar AS selama lima tahun melawan terorisme, bukan berarti kekerasan dan teror pupus dari Bumi 1001 Malam itu. Kurang dari sepekan setelah Zarqawi tewas, Al-Tawhid mengumumkan pemimpin baru mereka. ”Dewan Al-Qaidah Irak sepakat mengangkat Abu Hamza al-Muhajer sebagai pengganti Abu Nusab al-Zarqawi memimpin organisasi ini,” demikian pengumuman Al-Tawhid di sebuah situs, Rabu pekan lalu. Pada hari yang sama, mereka sudah melancarkan serangan bom bunuh diri di Kirkuk, dengan korban beberapa penduduk sipil.

Langkah Al-Tawhid sepertinya sulit ditebak, karena nama Muhajer ternyata tidak ada dalam daftar intelijen AS. Sehingga, pengangkatannya menimbulkan spekulasi baru: apakah dia orang baru yang belum tertangkap radar intelijen, atau orang lama yang menggunakan nama perjuangan baru. ”Menurut perkiraan saya, Al-Tawhid segera menjabarkan latar belakangnya dan memperkenalkannya kepada dunia,” kata Evan Kohlmann, konsultan antiterorisme di New York.

Tampaknya, yang terpenting bukanlah siapa Muhajer dan bagaimana rekaman jejaknya dalam jihad, tapi bagaimana lebih memahami kondisi Irak, yaitu bagaimana melihat langkah Zarqawi hingga menjadikan Irak sebagai lahan jihad—yang menurut dia terbesar setelah Afganistan. Tak terkecuali, soal hubungan Al-Tawhid dengan kelompok-kelompok bersenjata lain di Irak.

Zarqawi, laki-laki kelahiran Yordania yang diperkirakan berusia 38 tahun ini, memulai debutnya pada perang Afganistan melawan Uni Soviet. Dia dengan kelompoknya, Jund al-Sham, datang ke Afganistan dan bergabung dengan jaringan Al-Qaidah. Meskipun kelompoknya tidak lagi kebagian perang karena datang pada 1999, laki-laki bernama asli Abu Massad al-Zakawi ini berhasil mengembangkan sel sendiri di Herat, Afganistan Utara, dengan spesialisasi penggunaan racun dan bahan peledak.

Petualangan Zarqawi mengikatkan dia dengan Asbat al-Ansar, kelompok Islam garis keras di wilayah Kurdi, Irak Utara. Kemudian, orang yang sudah dua kali divonis hukuman mati secara in absentia oleh pengadilan Yordania ini malang-melintang mengembangkan sel Al-Tawhid di berbagai negara, termasuk di Jerman, Spanyol, Prancis, Inggris, Georgia, dan Chechnya. Zarqawi mengklaim beberapa aksi peledakan dan bom bunuh diri di berbagai negara, namun yang paling meroketkan namanya adalah peledakan Hotel Radisson SAS di Amman, Yordania, yang menewaskan 60 orang pada Oktober 2000.

Sejak 2002, Zarqawi berlabuh di kawasan Fallujah, Irak. Lalu pada 20 Oktober 2004, stasiun televisi Al-Arabiyah dan Al Jazeera menyiarkan bahwa Al-Tawhid resmi bergabung dengan Al-Qaidah dan menjadi Tanzim Qaidat al-Jihad in Billad al-Rafidayn atau Organisasi Jihad di Negara dengan Dua Sungai, yaitu Irak. Organisasi ini giat merekrut mujahid asing untuk melakukan aksi jihad di Irak—yang dipermudah karena Zarqawi pernah membuka sel di berbagai negara. Walaupun hingga kini tetap ada keraguan apakah Bin Ladin benar-benar menerima Al-Tawhid atau tidak, karena kedua organisasi ini tidak memiliki garis perjuangan sama. Al-Qaidah tidak memusuhi Syiah.

Ada atau tidak ada Al-Qaidah di belakang Al-Tawhid sebenarnya tidak mengurangi tingkat kekerasan di Irak. International Crisis Group, organisasi nirlaba di bidang pencegahan dan penyelesaian konflik, berpendapat kekuatan oposisi bersenjata di Irak sangat beragam dan terpolarisasi. Mereka adalah mantan tentara Irak, teroris dari negara lain, Arab Suni yang ingin kembali berkuasa, muslim yang menentang kekuatan asing, etnis-etnis yang punya dendam tersendiri, dan para loyalis Partai Baath, partainya Saddam.

Menurut ICG, di antara kelompok-kelompok tersebut tidak ada satu garis perjuangan, meskipun secara publik belum pernah saling menjelekkan. Langkah Al-Tawhid membunuhi warga Syiah banyak dikritik kelompok lain. Di wilayah Al-Anbar, kawasan yang paling rawan di Irak, ada seorang pejuang jihad asing terbunuh. Pelakunya diperkirakan kelompok etnis di sana.

Tapi, masih menurut ICG, Al-Tawhid dapat hidup dan berkembang di Irak juga berkat dukungan kekuatan lokal. Ini terbukti adanya tokoh lokal seperti Abu Maysara al-Iraqi. Al-Tawhid juga telah memiliki komandan militer orang Irak. Bahkan pada Januari lalu, kelompok ini melakukan merger dengan kubu perlawanan lokal, membentuk front yang dipimpin Abdallah al-Baghdadi, tokoh perlawanan dari Fallujah. Menurut informasi yang dikumpulkan Yayasan Nefa, organisasi yang bergerak di bidang perdamaian, pada akhir 2005, pimpinan Al-Tawhid sebagian besar adalah orang Irak.

Jadi, jika AS tetap pada taktik yang dipercayainya: memisahkan kelompok perlawanan bersenjata di Irak dari unsur mujahid asing dan menggiring mereka ke jalur politik—seperti model perwakilan politik untuk Sinn Fein, pemberontak Irlandia Utara—tampaknya itu tidak akan manjur menyelesaikan kekacauan di Irak. Matinya Zarqawi dan lapisan pertama pemimpin Al-Tawhid—yang semuanya non-Irak—justru membuka peluang munculnya lapisan berikutnya yang terdiri dari warga Irak sendiri. Dan perlawanan akan tetap ada di Negeri Dua Sungai selama tentara AS masih ada di sana.

Bina Bektiati (The Economist, GlobalSecurity, Jerusalem Post, BBC, ICG)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus