WAJAHNYA mengesankan keletihan, dan gaya bicaranya serius. Hanya sekali ia memperlihatkan humornya. "Saya tak berani putus asa, karena istri saya minta cerai bila saya berhenti berjuang," ujarnya. Dialah tokoh oposisi Kor-Sel Kim Dae Jung yang sudah 38 kali dikenai tahanan rumah oleh pemerintahan Chun Doo Hwan. Senin dua pekan lalu Kim Dae Jung, bersama empat pimpinan partai NKDP, menerima wartawan TEMPO Yuli Ismartono di ruang kerjanya, di lantai 9 Gedung Daimyung, di tengah Kota Seoul. Beberapa foto, antara lain Kim sedang berjabat tangan dengan Paus Paulus, terlihat dipajang di meja kerjanya. Berikut petikan wawancara tersebut: Bagaimana Anda melihat rezim penguasa sekarang? Pemerintahan Presiden Chun Doo Hwan bukanlah pemerintahan yang didukung rakyat. Sebab, lebih dari 90% persen tidak setuju dengannya, termasuk beberapa pimpinan militer. Lihat saja angket yang diadakan pemermtah sendiri: 70 persen lebih mendukung pemilihan presiden langsung. Pemerintah begitu bodoh dengan membuat banyak kesalahan. Kasus berita "kematian" Kim Il Sung, misalnya, jelas merusakkan kredibilitas rczim Chun. Anda pernah menyatakan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden yang akan datang. Apakah ini tidak mengingkari cita-cita Anda sebelumnya? Ketentuan itu berlaku jika rezim Chun Doo Hwan setuju dengan permintaan oposisi untuk mengadakan pemilihan presiden langsung. Untuk mencegah kemungkinan terulangnya peristiwa 'Kerusuhan Kwang Ju 1980', saya memilih mundur dari pemilihan. Anda masih optimistis bahwa revolusi sosial bisa terwujud di Kor-Sel? Ya. Hal itu tergantung dua faktor. Pertama, perlunya persatuan di antara pemimpin oposisi. Kedua, mempertahankan kedudukan kaum moderat yang antikekerasan, yang ada di kalangan menengah dan merupakan 75 persen dari jumlah penduduk. Tapi janganlah mendapat kesan bahwa kami prokomunis. Dengan cara-cara moderat, kami lebih berhasil mendapatkan dukungan rakyat. Dan transisi kekuasaan pun bisa berlangsung tanpa kekerasan, seperti yang terjadi di Filipina. Seandainya Anda jadi penguasa, Kor-Sel akan Anda bawa ke mana? Jika demokrasi politik terwujud di Kor-Sel, kami akan mengikuti demokrasi sistem Barat. Di sektor ekonomi, kami akan menjalankan sistem kapitalis dengan menghilangkan kontrol pemerintah. Kami tetap melawan komunisme dan memperhatikan keamanan nasional, tanpa menghilangkan niat mewujudkan perdamaian abadi di Korea dan terus mempelajari proses reunifikasi. Bagaimana dengan ancaman dari pihak Korea Utara ? Kami harus percaya pada diri sendiri melawan ancaman dari Utara. Jika didukung rakyat, hal ini bukan masalah, karena penduduk kami dua kali lipat lebih banyak dibandingkan penduduk Kor-Ut yang hanya 20 juta. Jika demokrasi benar terwujud di sini, negeri ini bisa seperti Jerman Barat. Dalam tubuh NKDP terlihat gejala perpecahan. Bagaimana pendapat Anda? Tidak benar NKDP pecah. Ungkapan itu datang dari anggota yang ada hubungannya dengan pemerintah. Orang-orang partai, yang dipilih sebagai anggota parlemen, berkampanye dengan menggunakan nama kedua Kim, dan akan mengikuti sistem demokrasi ganda, karena dipimpin dua Kim. Apakah cita-cita Anda masih bisa terwujud lewat NKDP? Tujuan utama saya adalah terwujudnya demokrasi di Kor-Sel. Hak-hak saya sudah dicabut pemerintah. Saya yakin, bila NKDP berhasil mewujudkan demokrasi, dengan sendirinya hak itu akan dikembalikan rakyat kepada saya. D.P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini