Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Musuh Bebuyutan Setengah Abad

Selama 45 tahun, Iran dan Israel tak pernah terlibat konflik militer secara langsung. Mengapa mereka bermusuhan?

15 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Demonstrasi anti-Israel di depan Kedutaan Besar Inggris, Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA/REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Iran dan Israel pada awalnya menjalin kerja sama ekonomi dan bahkan militer.

  • Iran dan Israel tak pernah berhadap-hadapan langsung secara militer.

  • Selama hampir setengah abad, mereka terlibat dalam perang proksi di berbagai negara.

Serangan Israel ke Kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu mendorong Iran melakukan serangan balasan ke Israel pada 13 April. Hal ini mengubah secara dramatis “perang bayangan” yang berlangsung lama di antara kedua negara. Selama hampir setengah abad, mereka terlibat dalam perang proksi di berbagai negara, tapi tak pernah terlibat konflik militer secara langsung. Kedua negara juga saling merasa terancam karena masing-masing mengembangkan program nuklir serta berbeda sikap soal Palestina dan Gaza.


1949

Israel mengembangkan nuklir dengan bantuan Amerika Serikat dan Prancis. Sejak 1966, Negeri Yahudi ini telah memproduksi senjata nuklir. Pada 2004, Israel diduga telah membuat 80 hulu ledak nuklir. Pada 2002, Iran menyurati Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan menyerukan pembentukan zona bebas senjata nuklir di Timur Tengah serta mengkritik Israel yang tetap mengembangkan senjata nuklir.


1950

Iran mengembangkan program nuklir dengan bantuan Amerika Serikat sejak 1950-an dan pada 1981 melanjutkan program nuklirnya untuk memenuhi kebutuhan energi domestik yang meningkat. Pada 2002, Iran mengaku telah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas 6.000 MW. Iran berkali-kali menegaskan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai. Tapi Israel menuduh Iran berambisi mengembangkan senjata nuklir dan menganggapnya sebagai ancaman bagi negerinya.


1979

Di bawah Syah Iran Mohammad Reza Pahlavi, Iran dan Israel membangun hubungan diplomatik serta kerja sama ekonomi dan bahkan intelijen. Ketika negara Israel berdiri, Iran termasuk yang mengakui Israel. Keadaan berubah banyak setelah Revolusi Islam Iran pecah pada 1979 dan Pahlavi digulingkan. Kepemimpinan Iran beralih ke Ayatollah Ruhollah Musavi Khomeini, pendukung pembebasan Palestina dan penentang Israel. Pemerintah Iran lalu memutus semua hubungan dengan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peta Iran dan Timur Tengah

Peta Iran, Israel, dan Timur Tengah. Tempo


1980

Irak menyerang Iran dan memicu Perang Teluk selama delapan tahun. Presiden Irak Saddam Hussein khawatir Iran, yang didominasi kaum Islam Syiah, akan menyebarkan paham revolusinya ke Irak, yang secara resmi sekuler dan didominasi kaum Islam Sunni. Perang berakhir setelah pasukan Amerika Serikat dan sekutunya menyerang Irak dengan alasan Irak memakai senjata kimia, yang belakangan tak terbukti. Israel dilaporkan telah memasok senjata ke Iran dengan tujuan untuk mengembalikan pengaruhnya.


1985

Iran dan Israel tak pernah berhadap-hadapan secara langsung. Tapi sejumlah laporan menyatakan bahwa kedua pihak saling menyokong dua kelompok yang sedang berkonflik di kawasan Timur Tengah, misalnya dalam Perang Libanon. Sebagai respons terhadap perlawanan milisi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Libanon Selatan, Israel menginvasi kawasan ini pada 1985. Israel mendukung Tentara Libanon Selatan, kelompok milisi Libanon di kawasan ini, melawan Hizbullah, yang menyokong PLO. Sebaliknya, Iran menyokong Hizbullah, kelompok milisi Syiah Libanon. Iran dilaporkan telah memberikan bantuan keuangan, senjata, dan pelatihan militer kepada Hizbullah.


2009

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyatakan Israel sebagai “rezim paling jahat dalam sejarah manusia” dan membuat “penipuan besar tentang Holocaust”. Dia juga menyarankan agar Israel “dihapus dari peta”. Pandangan semacam ini membuat Israel semakin merasa terancam.


2012

Sejak 2012, Iran dikabarkan telah memberikan bantuan senjata dan keuangan yang signifikan kepada Hamas, kelompok politik Palestina yang punya sayap militer Brigade Al Qassam, yang menguasai Gaza pada 2006. Iran membantah tuduhan ini. Israel memasukkan Hamas dalam daftar organisasi teroris.


2023

Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober. Israel melakukan serangan balasan, yang mengakibatkan kehancuran dan kematian sipil besar-besaran di Gaza. Israel menuduh Iran membantu Hamas dalam serangan itu, tapi Iran membantahnya.

Demonstran memegang poster komandan senior militer Iran Jenderal Qassem Soleimani setelah serangan terhadap Israel, di Teheran, Iran, 14 April 2024. Majid Asgaripour/WANA/REUTERS


2024

1 April

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Israel mengebom gedung konsulat Kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, dan membunuh dua komandan senior Garda Revolusi Iran (GRI), Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan Brigadir Jenderal Mohammad Hadi Haji Rahimi, bersama lima personel GRI lainnya. Serangan ke bangunan diplomatik ini melanggar hukum internasional, termasuk Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik 1961 dan Konvensi Hubungan Konsuler 1963.

The New York Times melaporkan bahwa serangan itu menyasar pertemuan intelijen Iran dengan milisi Palestina mengenai perang di Gaza. Israel mengklaim gedung yang menjadi sasaran serangan itu bukan konsulat, melainkan bangunan militer yang menyamar sebagai bangunan sipil.

13 April

Iran mengirim lebih dari 300 drone ke wilayah Israel, tapi dicegat Israel dan Yordania. Ini serangan terbuka pertama Iran terhadap Israel. Serangan ini diperkirakan memanaskan situasi di Timur Tengah.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Amerika tak mendukung serangan balasan Israel ke Iran. Amerika juga tidak akan terlibat dalam serangan ke Iran dan tak akan mendukung operasi militer semacam itu.


Sumber: IRNA, The New York Times, Al Jazeera, CNN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus