Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Qatar
Ancaman Al-Qaidah
AL-QAIDAH kembali tam--pil. Lewat rekaman vi-deo yang ditayangkan stasiun te--levisi Al-Jazeera, Kamis la-lu, pembantu terdekat Usamah bin Ladin, Dr. Ayman al-Za-wa-hiri, mengingatkan agar ne-gara-negara yang menempatkan pasukannya di negeri muslim segera menarik diri. ”Jika Anda melanjutkan sikap agresif terhadap muslim, Anda akan segera menyaksi-kan horor yang membuat An--da melupakan Vietnam,” ujar--nya. Serangan atas London bulan lalu, menurut dia, adalah akibat langsung dari kebijakan luar negeri Perdana Menteri Tony Blair.
Sikap Inggris dan Amer-i-ka Serikat tentang tayang-an itu terbelah. Kantor Perdana Menteri Inggris menolak mem-berikan tanggapan dan berkukuh bahwa tragedi Lon----don yang menewaskan 56 orang itu tak terkait de-ngan pengerah-an tentara Inggris di Irak. Da--ri Gedung Putih, Presiden George W. Bush menegaskan, ”Ma-syara-kat -Irak ingin hidup sebagai war-ga merdeka. Itu yang tidak diinginkan Zawahiri. Ini pertarungan ideologi an-tara kemerdekaan dan tirani.”
Mesir
Main Gebuk ala Mubarak
Tiga ledakan yang mengo-yak Sharm el-Sheikh dan me--newaskan 88 warga si-pil dua pekan lalu membuat Presi-den Husni Mubarak sibuk. Dia mengumumkan pe-rang terhadap pelaku teror ser-ta meminta aparat polisi Mesir menangkap lebih da-ri 70 warga yang dicurigai dan menembak seseorang yang diduga tersangka. Sang Presiden juga mengorganisasikan KTT Arab di wilayah liburan eksklusif yang kini koyak itu.
Tapi semangat Mubarak me-ngembalikan ketertiban tera-sa berlebihan ketika ia pun menggebuk para pengunjuk rasa pada akhir pekan lalu. Para demonstran, yang menentang pencalonan dirinya menjadi presiden untuk yang kelima kalinya pada pemilu 7 September nanti, ditendang dan dipukuli rotan oleh polisi, ketika mereka akan berpawai di pusat Kota Kairo.
Irak
Tewasnya Si Kepala Batu
Sebuah dokumen rahasia ter---ungkap pekan lalu. Lapor-an tentang kematian Mayjen Abed Hamed Mowhoush pa--da 26 November 2003, yang di-sebut tentara Ameri-ka Se---ri-kat sebagai ”kemati-an wajar setelah mengeluh sakit”, ter-nyata dusta. Mowhoush, 56 ta-hun, mati setelah menja-lani me-tode pemeriksa-an ”teknik klaus-trofobia”. Setelah dipukuli hingga iga-nya patah di ruang interogasi nomor 6, jen-de-ral kepercayaan mantan Pre--siden Irak Saddam Hussein ini diikat kabel listrik dan dimasukkan ke kantong ti-dur yang diikat erat, kemudian dibiarkan di lantai, sampai ditemukan tewas.
Mowhoush ditangkap keti-ka mendatangi markas mili-ter AS di Kota Qaim pada 10 November 2003. Saat itu ia bertanya kepada komandan setempat tentang kond-i-si anaknya yang ditangkap pa-troli AS 11 hari sebelumnya. Prajurit Amerika takjub de-ngan keberaniannya me-nam--pakkan diri. Karena ke-ras kepala dan tak mau bu-ka mu-lut saat diinterogasi, pe-me-riksanya menerapkan tek-nik klaustrofobia itu.
Inggris
Pangeran Qatar Dicekal
Perkelahian di sebuah bar la-zim terjadi. Yang tak la-zim ji-ka melibatkan seorang pa-nge-ran, seperti Tamim bin Hamad al-Thani, putra mahkota Qatar. Tamim, 25 tahun, yang kini kuliah di Ing-gris, rupanya doyan dugem. Pekan lalu ia dan tiga warga Qatar lainnya menghabiskan malam di G.A.Y. (Good As You), se--buah klub malam beken bagi pa--sangan sejenis di London. En-tah siapa yang memulai, ter-jadi keri-butan antara rombongan sang pa-nge-ran dan se-ke-lompok pe-ng-unjung lokal.
Kerusuhan bisa diatasi se-te-lah polisi turun tangan. Se-jum-lah pelaku diciduk dan di-ta-han, sementara Pangeran Ta--mim dikenai larangan me-ngun-jungi bar itu selama 30 ha--ri. Terhadap kejadian itu, ula--ma Qatar berpengaruh, Syekh Yusuf al-Qar-dhawi, ber-komentar keras di situs is-lam-online.net. ”Para imam maz--hab seperti Maliki, Sya-fii, ber-pendapat bahwa mereka se-harusnya dirajam (ka-rena mempraktekkan homoseksual-i-tas),” ujarnya.
Cina
Wartawan Spion ditahan
Nasib Ching Cheong, 55 tahun, di ujung tanduk. Sejak April lalu, koresponden The Straits Times (Singapura) ini di---tahan pemerintah Cina. Che-ong, yang berpaspor Hong Kong, dituduh membocor-kan ba-nyak rahasia pemerintah Ci-na dan menjualnya ke Taiwan selama lima tahun terak-hir. Jika terbukti bersalah, Cheong akan diganjar hu-kum-an mati. Ia dicokok pada 22 April ketika berkunjung ke Guang-zhou.
Istri Cheong, Mary Lau, me-nam-pik tuduhan ini. ”Sua-mi saya ke Cina untuk me-ngumpul-kan bahan tentang Zhao Zi--yang,” ujarnya. Cheong ada-lah wartawan ke-dua yang ditahan setelah Zhao Yan, kores-ponden The New York Times, di-tangkap pemerintah Cina de--ngan tuduhan serupa pada Oktober 2004. Persidang-an terhadap Yan belum dimulai sampai sekarang.
Akmal Nasery Basral (BBC, Al-Jazeera, The Washington Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo