Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih dari seribu nyawa telah putus sejak badai dan air bah membenamkan Bombay ke dalam lumpur dan kematian. Kampung-kampung dan kota hancur lebur. Listrik padam. Lalu-lintas lumpuh. Saluran komunikasi putus total. Dua puluh juta warga Bombay tiba-tiba diratakan nasibnya oleh alam: semua terpuruk dalam binasa.
Badai dan air bah seusai hujan sehari penuh pada 29 Juli lalu merobek paksa batas-batas sosial dan kasta yang me-ngung-kungi wajah sebagian Bombay selama ini. Si kaya dan si miskin, produser film dan pemain figuran, menteri negara dan sopir bajaj sama-sama menghambur ketika badai dan air bah menerjang. Sama-sama berupaya menyelamatkan jiwa dengan hanya berbekal baju di badan.
Banjir terburuk dalam sejarah India ini memacetkan seluruh perekonomian Negara Bagian Maharashtra, yang beribukotakan Bombay. Metropolitan gemerlap itu kini bopeng, anyi-r, penuh lolong tangis dan keluh-kesah.
Di Bombay, sentrum perfilman India yang sohor, wa-rga I-ndia tengah menyaksikan tayangan “film” mahadahsyat pada hari-hari ini dengan lakon tunggal, dengan alam sebagai sang sutradara; betapa fananya kekuasaan manusia dibanding kekuatan semesta. Apalagi Penciptanya.
Raihul Fadjri, HYK (BBC, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo