Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengatakan ia sangat prihatin atas meningkatnya ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah di perbatasan Lebanon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia memperingkatkan bahwa dunia tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi seperti Jalur Gaza, yang sedang menghadapi situasi kemanusiaan yang kian memburuk imbas dari serangan Israel.
“Satu tindakan gegabah – satu kesalahan perhitungan – dapat memicu bencana yang melampaui batas negara, dan sejujurnya, di luar imajinasi,” katanya kepada wartawan, dikutip oleh Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mari kita perjelas: Masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak mampu membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza.”
Hizbullah, bagian dari Poros Perlawanan yang didukung Iran, telah menembakkan roket demi roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas, sekutunya di Palestina, sejak pertempuran di Gaza meletus pada Oktober 2023.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pekan ini memperingatkan bahwa tidak akan ada wilayah di Israel yang aman jika mereka berperang. Nasrallah bahkan mengancam Siprus akan terlibat dalam perang jika membuka bandaranya bagi Israel.
Puluhan ribu warga Lebanon telah meninggalkan rumah mereka menyusul serangan Israel di Lebanon selatan.
Khawatir akan risiko perang yang dapat meluas ke seluruh kawasan Timur Tengah, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengirim utusan khusus Amos Hochstein ke Lebanon untuk memulai babak baru diplomasi. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyerukan kepada para pejabat Israel untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Misi Iran untuk PBB mengatakan pada Jumat bahwa Hizbullah memiliki kemampuan untuk mempertahankan dirinya dan Lebanon melawan Israel. Misi itu menyebut Israel sebagai “rezim tidak sah”, mengatakan “mungkin waktunya” bagi mereka untuk menghancurkan diri.
“Setiap keputusan yang tidak hati-hati oleh rezim pendudukan Israel untuk menyelamatkan diri dapat menjerumuskan kawasan ini ke dalam perang baru,” kata misi itu di X.
Pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL, serta pengamat teknis tak bersenjata yang dikenal sebagai UNTSO, telah lama ditempatkan di Lebanon selatan untuk memantau permusuhan di sepanjang Garis Biru, garis demarkasi antara Lebanon dan Israel.
“Pasukan penjaga perdamaian PBB berada di lapangan berupaya meredakan ketegangan dan membantu mencegah kesalahan perhitungan,” kata Guterres. “Dunia harus menyatakan dengan lantang dan jelas: deeskalasi dalam waktu dekat tidak hanya mungkin dilakukan – namun hal ini penting.”
Pilihan Editor: Pemimpin Hizbullah Peringatkan Tak Ada Wilayah Israel yang Aman Jika Terjadi Perang
REUTERS