BENARKAH Libya punya pabrik senjata kimia? Pekan lalu Presiden AS Ronald Reagan, yang segera turun, muncul di TV ABC, dan katanya, "Kami akan melakukan aksi militer untuk menghancurkan pabrik senjata kimia di Libya." Tak mau kalah gertak, Presiden Libya Muammar Qadhafi mengundang wartawan TV Prancis. Di depan kamera TV, tokoh paling keras di Timur Tengah itu menyanggah, "Yang dimaksudkan pemerintah Amerika adalah pabrik obat yang dibutuhkan rakyat Libya." Menurut sejumlah sumber -- antara lain Deplu AS dan CIA -- pabrik senjata kimia Libya itu, berdasarkan data dari foto satelit, berada di Kota Rabta, 56 km di timur laut Tripoli, ibu kota Libya. Pabrik yang berada di tengah perbukitan itu, menurut versi pemerintah AS, dibangun dengan bantuan teknis dari selusin perusahaan dari negara Eropa (antara lain Imhausen-Chemie dari Jerman Barat) dan Jepang Uapan Steel Works, JSW). Pihak JSW segera membantah. Menurut harian Christian Science Monitor, JSW hanya membangun bengkel reparasi persenjataan artileri. Itu sebabnya mereka tak perlu sembunyi-sembunyi. Para pekerja bekerja dengan baju berlogo JSW. Dan kata Presiden Direktur Imhausen "Kami memang memproduksi zat dan gas kimia untuk banyak pabrik di seluruh dunia, tapi tidak untuk Libya. Bahkan letak Libya pun saya tak tahu." Laporan intelijen AS terakhir menyatakan bahwa bahan-bahan untuk membangun pabrik itu sendiri tak langsung dikirimkan ke Libya. Akan tetapi masing-masing mengirimkan hasil produksi mereka lewat Hong Kong dan Singapura, baru kemudian ke Libya. Pihak intelijen AS menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan itu tak tahu-menahu tujuan pembeli mereka. Bahwa sebuah pabrik tak tahu tujuan pembeli, itu diakui oleh perusahaan De Dietrich di Prancis, yang juga dituduh AS membantu Libya. "Kami tak berhak menanyakan hal itu," kata Presiden Direktur De Dietrich. Sementara itu, Imhausen-Chemie yang dituduh oleh AS punya pengetahuan membuat senjata kimia atas dasar produknya sekarang mengakui mereka punya langganan di Hong Kong, yakni sebuah perusahaan milik Cina, bukan Libya. Lalu seberapa jauh kebenaran foto hasil jepretan satelit AS itu? Kata intelijen Inggris yang menerima foto tersebut dari CIA, "bangunan pabrik itu mirip pabrik kimia di Irak." Dan kata pihak Jerman Barat, dari sebuah foto, "kami cuma bisa memastikan bentuk pabrik, bukan produknya." Namun, baik Jerman Barat maupun Inggris tak juga berani memastikan bahwa tafsiran intelijen AS salah. "Pabrik yang mampu mernproduksi senjata kimia tak cuma satu," kata PM Inggris Margaret Thatcher tanpa menyebut Libya atau menyalahkan Reagan. Sementara itu, Qadhafi sangat getol membantah tuduhan Reagan. Pekan lalu, misalnya, ia mengirimkan orang keduanya, Mayor Abdul Salam Jalud, ke Roma. Tujuannya, menemui PM Italia Andreotti untuk menyatakan bahwa Libya akan ambil bagian dalam konperensi Paris tentang pelarangan penggunaan senjata kimia, Sabtu pekan ini. Abdul Salam juga menyampaikan pesan bahwa Qadhafi bersedia menenma tim internasional untuk mengecek kebenaran tuduhan Reagan. Sikap Qadhafi mengundang simpati sebagian negeri Timur Tengah dan negara-negara Maghreb (Afrika Utara). Iran, Syria, Aljazair, Yaman Utara, Iran, dan Irak bahkan sudah menyatakan berpihak pada Libya. Suara mereka segaris dengan isi tajuk rencana koran pemerintah Irak, Al-Jumhuriyah: "Pemerintah Amerika mencoba membenarkan penggunaan terorisme dan agresi dalam menyelesaikan masalah bilateral dan internasional." Bisa jadi, kecurigaan AS keterlaluan. Namun, analisa pihak CIA masuk akal juga, bahwa mungkin saja Libya memproduksi dua zat kimia yang tak berbahaya, tapi bila zat disatukan bisa menjadi senjata kimia yang menakutkan. Cuma, untuk apa Libya membuat senjata maut itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini