SENYUMNYA ramah, sorot matanya cerdas. Dia memang lulusan Universi tas Amerika, Beirut, tepatnya: dokter gigi. Namun, dunia menyaksikan bahwa tempat George Habash bukanlah di belakang kursi gigi, tapi di balik kegiatan teroris internasional. Dialah yang pertama kali mengekspor teror ke kawasan Eropa, 1968. Tiga tahun kemudian, dibantu oleh tangan kanannya, Dr. Wadi Haddad, ia mengorganisasikan teror dengan mengirim tiga pasukan berani mati dari Tentara Merah Jepang ke Bandara Lod, Tel Aviv. Hasilnya: 26 meninggal dan 76 cedera. Menurut Claire Sterling dalam bukunya The Terror Network, "usaha"-nya itu berkembang berkat bantuan keuangan dari Giangiacomo Feltrinelli, seorang pengusaha Italia. Prestasinya memang "wah" sekaligus menakutkan. Sepanjang kariernya ia berhasil menghimpun kekuatan teror dari segala penjuru angin. Kegiatan teror sudah dimulai Habash tidak lama setelah Israel memproklamasikan kemerdekaannya, 1948. Ia memimpin Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Dari kelompok kecil militan berpaham Marxis inilah muncul gembong-gembong teroris kaliber internasional. Misalnya saja Abu Abbas alias Mohammed Abbas, alias Mohammed Abu Abbas Zaidan, alias Abu Khaled. Abbas inilah yang dikutuk AS sebagai dalang pelaku pcmbajakan kapal Achille Lauro, dua tahun silam. Kader-kader teroris yang digembleng Habash memang disiapkan secara matang. Serangan terhadap Lod adalah contoh yang tepat. Mereka dipersiapkan di beberapa "pusat pendidikan dan latihan" yang tersebar di Baalbek, Beirut, Aden, dan Syria. Pelatihnya terdiri dari jago-jago Kuba, Jerman Timur, dan Cina. untuk menjadi anak buah Habash tidak mudah. Harus melalui seleksi yang ketat, termasuk pemahaman Marxisme. Pengabdian penuh pada profesi, tanpa batas dan tanpa upah. Sedang untuk biaya kegiatan rutin, Habash tidak segan-segan menghalalkan segala cara. Perpecahannya dengan Arafat resmi berlaku tahun 1982. Habash tidak bisa menerima sikap Arafat, yang dianggapnya terlalu lunak dalam menghadapi masalah Palestina. Karena itulah ia lalu mendirikan Front Pembebasan Nasional Palestina, organisasi tandingan PLO yang didukung Syria dan Libya. Kini permusuhannya dengan Arafat - yang pernah dipanggilnya dengan ejekan "pengkhianat" - sudah berakhir. Tetapi sejauh mana Habash yang Marxis bisa loyal pada Abu Ammar - panggilan kehormatan untuk Aratat - masih merupakan tanda tanya besar. J.R.L.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini