Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Seorang Mayor di Pusaran Konflik

Tentara penjaga keamanan PBB gagal menangkap Mayor Alfredo Reinado. Kondisi Timor Leste tak menentu menjelang pemilihan presiden 9 April.

12 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Leandro Issac tak lagi muncul di gedung parlemen sejak kerusuhan pecah di Dili, 4 Maret lalu. Anggota parlemen independen memilih pindah “jalur”, dari parlemen ke Same, daerah perbukitan di selatan Dili. Di sana, Issac bergabung dengan kelompok pemberontak yang dipimpin Mayor Alfredo Reinado. “Saya disembunyikan oleh warga pemuda, bukan orang lain,” kata Issac melalui telepon seluler kepada Koresponden Tempo di Dili, Mario Jose, Jumat lalu.

Issac, semula adalah Wakil Ketua Partai Sosial Demokrat (PSD), partai yang didirikan Mario Carrascalao, mantan Gubernur Timor Timur ketika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, setelah Issac tak terpilih menjadi petinggi partai pada 2003, dia memutuskan keluar dari PSD dan menjadi anggota independen parlemen. Sejak Mei lalu, ketika Timor Leste dilanda krisis politik yang dipicu pemecatan 500-an tentara (FDTL), Issac mulai dekat dengan Reinado. Ketika itu Reinado baru mulai memberontak menentang pemecatan dan diskriminasi kelompok tentara timur (lorosae) terhadap barat (loromonu). Issac juga pernah mencalonkan Reinado sebagai presiden, namun Reinado menolak.

Perubahan Issac hanyalah percikan dari gelombang krisis politik di Timor Leste. Perubahan yang lebih mencengangkan adalah seperti yang ditulis di tembok bekas terminal bus Dili: “Alfredo Yes, Government No”. Pemuda-pemuda yang mulai rusuh dengan membakar ban mencegat kendaraan-kendaraan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan menghadang di jalan-jalan sejak Minggu dua pekan silam, meneriakkan Presiden Xanana Gusmao dan Perdana Menteri Ramos Horta sebagai pengkhianat. Sedangkan Reinado, yang sempat dipenjara sebagai pemberontak, namun berhasil melarikan diri bersama 50 anak buahnya pada Agustus lalu, sebagai pahlawan.

Menjelang pemilihan presiden 9 April 2007, dengan delapan kandidat termasuk Ramos Horta sudah menyatakan siap berlaga, Timor Leste dilanda krisis politik yang makin rumit dan keras. “Pemicu” bencana ini adalah keputusan pengadilan Dili membebaskan Mari Alkatiri karena kurang bukti, akhir Januari lalu. Mantan Perdana Menteri itu dituduh mengetahui dan mendukung kelompok pembunuh Fretilin di bawah pimpinan Vicente Daconcecau Railos.

Setelah itu, Alkatiri menggelar konferensi pers, meminta Xanana dan Horta minta maaf. Soalnya, akibat tuduhan itu, Alkatiri harus kehilangan jabatan. Ketika terjadi krisis politik Mei lalu, masyarakat Timor Leste, termasuk kelompok Reinado, memang mendesak Xanana agar tegas memaksa Alkatiri yang dianggap sebagai sumber kekacauan untuk mundur. Xanana bahkan sempat mengancam akan mundur sebagai presiden jika Alkatiri terus berkukuh menolak meletakkan jabatan.

Nah, setelah pengadilan memutus bebas Alkatiri, tokoh gaek Fretilin ini seperti di atas angin. Dia langsung melakukan tur ke daerah-daerah untuk mengkonsolidasikan kekuatan Fretilin menjelang pemilu. Selama Februari lalu, Alkatiri pergi ke Ermera, Same, dan Oekussi untuk melantik pengurus Fretilin.

Itu semua mengecewakan rakyat Timor Leste, yang sejak semula menentang Alkatiri. Kemarahan makin bertumpuk karena kemudian Dili dilanda kelangkaan beras. Harga beras 38 kilogram yang semula US$ 12 (Rp 110 ribu) melonjak menjadi US$ 35–40 (Rp 320–366 ribu). Hantaman berikutnya adalah kesaksian Horta dan Panglima FDTL Taur Matan Ruak di pengadilan untuk kasus Rodregio Lobato, yang dituduh bertanggung jawab atas pasokan senjata untuk kelompok Railos. Kesaksian mereka dinilai meringankan Lobato—mantan Menteri Dalam Negeri ini akhirnya divonis 7,5 tahun penjara, Kamis pekan lalu.

Keadaan makin panas ketika tiga orang pengungsi di Bandara Komoro, Dili, tertembak tentara Australia, pertengahan Februari lalu. Dua meninggal dunia dan satu orang luka. Sejak itu, kerusuhan-kerusuhan kecil, seperti pembakaran rumah dan penjarahan toko, terutama di kawasan barat Dili, terjadi setiap hari.

Di luar ibu kota, keadaan juga mendidih. Reinado dan pasukannya merampas senjata milik polisi perbatasan di Turiskai, Kabupaten Maliana dan Salele, Kabupaten Suai, akhir Februari lalu. Mayor didikan Australia ini menuntut pemerintah Timor Leste serius membereskan kasus pemecatan ratusan tentara pada akhir April lalu dengan sungguh-sungguh. Menurut dia, hasil tim pencari fakta untuk mencari penyebab kekacauan tahun lalu tidak memuaskan.

Reinado yang dikabarkan memiliki 700 anak buah memilih Same, sekitar 100 kilometer di selatan Dili, sebagai markas perlawanan. Kelompok tentara yang mengajukan petisi di bawah Gastao Salsinha bergabung dan mengakui Reinado sebagai pemimpin. Menurut Reinado, mereka tidak ingin memberontak. Yang mereka inginkan adalah penegakan hukum. Reinado juga menyatakan siap berdialog dengan pemerintah.

Tapi, baik Xanana maupun Horta beranggapan lain: Reinado adalah pemberontak. Untuk itu keduanya menulis surat kepada Perdana Menteri Australia John Howard, meminta agar tentara Australia menangkap Reinado. Menurut harian Australia, Sydney Morning Herald, pemerintah Australia kemudian mengirim 100 anggota pasukan khusus SAS. Mereka mengepung Reinado di Same sejak Kamis dua pekan silam.

Sedangkan Xanana, sebagai Ketua Dewan Keamanan Nasional, dewan dengan tugas utama mengembalikan keadaan Timor Leste kembali normal, pascakerusuhan tahun lalu, tidak langsung meminta tentara Australia beraksi. Dia mengirim Jaksa Agung Longuinhos Monteiro ke Same, dan menyampaikan ultimatum: menyerah atau diserang. Reinado menjawab dengan mengajukan syarat, salah satunya, agar semua yang bertanggung jawab memicu kekacauan April-Mei tahun lalu diadili.

Namun, yang terjadi adalah pertempuran antara pasukan Australia yang bersenjata canggih, termasuk didukung helikopter Black Hawk, dan pasukan Reinado, 3 Maret lalu. Lima orang dari kelompok Reinado tewas. Reinado dan Salsinha selamat.

Pertempuran ini diikuti kerusuhan merata di Dili keesokan harinya. Massa membakar ban dan melakukan tindakan anarkistis lainnya. Mereka mendukung Reinado dan menentang Xanana dan Horta. Keluarga korban yang meninggal di pertempuran Same bahkan mengancam akan membunuh Xanana. Rumah dua saudara perempuan Xanana dijarah dan dirusak massa, awal pekan silam. Menurut Camat Nain Feto, Tomas Cabral, pihaknya tak sanggup menghadapi pendukung Reinado karena jumlahnya sangat banyak.

Setelah rusuh besar, pasukan PBB menangkapi tidak kurang dari 500 orang. Pihak gereja, yang semula belum menyatakan sikap, diwakili Pastur Domingus Soares, Jumat pekan lalu, menyatakan siap menjadi penengah antara pihak-pihak yang bertikai bila diminta oleh keduanya. Tapi, keadaan di Timor Leste masih tak menentu. Apalagi Reinado menentang keputusan melaksanakan pemilu. Menurut dia, masalah yang memicu kerusuhan tahun lalu, yang menewaskan hampir 40 orang dan membuat sekitar 155 ribu orang mengungsi, belum selesai.

Sikap partai-partai politik pun terpecah. Partai Demokrat, PSD, dan Asosiasi Sosial Demokrasi Timor (ASDT) menentang aksi tentara Australia menangkap Reinado. Kandidat presiden ketiga partai tersebut: Fernando de Araujo, Lucia Lobato, dan Fransisco Xavier do Amaral mengancam mundur jika masalah Reinado belum selesai. Sedangkan Fretilin, yang menguasai 55 dari 80 kursi parlemen, makin berkesempatan menekan Xanana dan Horta setelah Alkatiri bebas. Dan entah apa lagi gebrakan yang akan dilakukan sang mayor.

Maria Hasugian, Salvador Ximenes Soares, Bina Bektiati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus