Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sepak Terjang Mendiang Raja Fahd di Pusaran Konflik Timur Tengah

Pada masa kepemimpinan Raja Fahd, terjadi konflik Arab-Israel yang memonopoli diplomasi di Arab Saudi.

2 Agustus 2023 | 02.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar
KAA, Bendera nasional Arab Saudi. Wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepemimpinan Raja Fahd sebagai Raja Arab Saudi melahirkan berbagai terobosan dan inovasi baru, terutama di bidang politik dan diplomasi. Fahd menjadi raja pertama kali yang menjalin kerjasama diplomasi dengan Amerika Serikat, meskipun tetap mendukung Palestina secara penuh dan memusuhi Israel yang merupakan sekutu dari Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Raja Fahd memimpin Kerajaan Arab Saudi menggantikan Raja Khalid. Di bawah rezim Raja Fahd, perkembangan sosio-ekonomi yang pesat menjadi penguat sektor ekonomi dan politik di Arab. Era Raja Fahd juga mendorong pertumbuhan usaha-usaha swasta dan investasi, seperti melalui perluasan Masjid Al Haram dan Nabawi, turut andil dalam aksi diplomasi kemanusiaan dengan menangani krisis regional dan global, termasuk krisis akibat konflik Israel dan Palestina.

Invasi Irak ke Kuwait, Perang Sipil Lebanon serta bantuan kemanusiaan ke negara-negara yang terkena bencana alam. Salah satu pencapaian terbesarnya ialah serangkaian proyek untuk memperluas fasilitas kerajaan untuk menampung jutaan jemaah haji yang datang ke Saudi setiap tahun. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepak terjang Raja Fahd

Dilansir dari americandiplomacy.web.unc.edu, pada masa kepemimpinan Fahd, terjadi konflik Arab-Israel yang memonopoli diplomasi di Arab Saudi. Raja Fahd menempatkan Saudi di samping apa yang disebut pendekatan komprehensif Administrasi Carter yang menekankan konsensus keseluruhan daripada negosiasi antar negara.

Di dalam negeri, Fahd mulai membelanjakan pendapatan besar yang dihasilkan oleh kenaikan harga minyak yang cepat. Fahd meluncurkan pembangunan infrastruktur Saudi yang sangat berbahaya yang mengubah daerah perkotaan menjadi satu lokasi konstruksi yang luas.

Namun, tak lama kemudian serangkaian kejadian tak terduga menunjukkan batas kekuasaan Saudi. Hanya dalam dua tahun (1978-1980), pendekatan konsensus dihancurkan oleh Sadat dan Camp David Accords; Shah Iran digulingkan oleh teokrat Syiah yang agresif, Ayatollah Khomeini.

Uni Soviet, kala itu, merebut Afghanistan; dan sekutu Moskow, Saddam Hussein, diktator Irak, menginvasi Iran. Di atas segalanya, dan yang terburuk, lawan Saudi merebut Masjidil Haram di Mekkah pada 20 November 1979. Setelah peperangan hingga berdarah dan merasa sia-sia untuk mengamankan tempat suci, akhirnya Fahd harus memanggil Pasukan Khusus Prancis untuk memulihkan bangunan tersebut.

Reaksi Fahd terhadap tantangan ini berlipat ganda. Fahd tidak akan membiarkan penundaan dalam program pembangunan, meningkatkan pengeluaran untuk militer dan meningkatkan anggaran tahunan "minimum" Arab Saudi menjadi sekitar $55 miliar.

Secara bersamaan, dia memperkuat peran Saudi sebagai "swing oil producer" yang bersiap menggunakan kapasitas cadangannya untuk mencegah harga merusak ekonomi konsumen minyak utama, terutama Amerika Serikat. Harga minyak dan pengadaan militer memberinya sekutu yang kuat di Washington dan di tempat lain.

Pembelian pesawat AWACS Arab Saudi pada tahun 1981, melawan oposisi pro-Israel yang kuat di Kongres, adalah studi kasus dalam pengaruh tersebut. Selain itu, Raja Fahd juga menghadapi tantangan agama yang berat. Ada keluhan internal tentang perilaku kerajaan yang lemah. Peziarah dari sekumpulan Iran Khomeini mengganggu ibadah haji dengan demonstrasi politik dan kekerasan untuk mempermalukan para wali Wahabi.

Raja Fahd jatuh sakit

Pada tanggal 29 November 1995, Raja Fahd jatuh sakit. Setahun kemudian, menjadi jelas bahwa dia tidak akan pernah memulihkan kondisi kesehatannya yang dulu. Putra Mahkota Abdullah, sosok yang mengingatkan pada Faisal, menjadi penguasa pengganti Raja Fahd secara de facto.

Pemerintahan Fahd berlangsung kurang satu dekade lagi. Para media dari kerajaan berpura-pura bahwa rutinitas Raja Fahd terus berlanjut. Kadang-kadang, dia akan muncul untuk menyambut pengunjung penting, berdiskusi sebentar. Bisa dilihat jelas saat itu bahwa sosoknya yang besar telah menyusut selama beberapa tahun.

Raja Fahd sebagai seorang royalis sejati, tidak pernah membiarkan pemerintah mengganggu jadwalnya. Fahd menebus keterlambatannya melalui pekerjaan maraton yang tiba-tiba, hingga kekhawatiran dari birokrasi Saudi yang melambat, termasuk replika Gedung Putih yang tidak pernah ditempati. Gedung ini dibangun sangat mewah. Hal ini turut menjadi bukti bahwa Raja Fahd tidak pernah berhati-hati dengan uang dan program pembangunannya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus