Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sepuluh Wanita Tuan Presiden

Presiden Israel tersandung kasus pemerkosaan. Pemerintah tak punya daya memecatnya, tapi ia telah melawan sekeras-kerasnya.

6 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Israel Moshe Katsav sedang sibuk menangkis pukulan-pukulan. Pria 61 tahun ini dituduh melakukan pemerkosaan dan perundungan seksual. Penyelidikan kasusnya ditunda karena negaranya tengah menghadapi persoalan yang lebih pelik di Libanon sana.

Kasus ini menyembul bulan lalu. Seorang wanita bekas bawahannya mengaku dilecehkan secara seksual oleh Katsav. Tak lama kemudian, wanita kedua tampil dengan pengakuan yang sama. Selesai? Astaga! Ternyata masih ada delapan lagi yang bersaksi atas perlakuan tak senonoh Tuan Presiden.

Kepolisian Israel melalui juru bicaranya, Micky Rosenfeld, mengumumkan telah punya cukup bukti untuk mendakwa Presiden dengan tuduhan pemerkosaan, tindakan pemaksaan dengan kekerasan, dan pelecehan seksual. Selain itu, polisi menyatakan masih mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung kecurigaan lebih jauh bahwa Katsav telah mencoba menghentikan prosedur hukum.

Polisi secara resmi menyerahkan kesimpulan mereka kepada Kejaksaan Agung dalam pertemuan di kantor Menteri Hukum yang dihadiri oleh Jaksa Agung Meni Mazuz, Kepala Unit Intelijen dan Investigasi, Cmdr. Yohanan Danino, serta Kepala Tim Investigasi Katsav, Lt-Cmdr. Yoav Segelovich.

Di tangan Mazuzlah keputusan akhir apakah sang presiden akan diseret ke pengadilan atau tidak. Meskipun hingga kini Katsav menolak bicara ke publik, Mazuz yakin bahwa sebelum keputusan final diambil, ia seyogianya mundur untuk sementara dari jabatannya untuk menghindari rasa malu serta kebingungan publik Israel akan presiden mereka.

Namun, selantang apa pun Jaksa Agung berteriak, itu hanyalah imbauan moral, bukan pendapat hukum. Ia tak punya kewenangan untuk meminta Katsav mundur. Padahal, sebelumnya, Menteri Hukum Haim Ramon terpental dari jabatannya setelah ia terbukti mencium seorang tentara wanita bulan lalu. Yang jelas, Katsav sendiri telah menyatakan akan mengundurkan diri dengan sendirinya apabila nanti ia terbukti melakukan apa yang disebutkan polisi dalam penyelidikan mereka. Dan pekan ini ia menggambarkan dirinya sebagai korban sebuah kampanye.

Sebagian besar bukti yang dikumpulkan polisi dalam tiga bulan investigasi mereka disampaikan ke Kejaksaan Distrik Yerusalem pada 19 September lalu dan kini tengah dipelajari oleh tim jaksa yang dipimpin Eli Abarbanel. Mereka diharapkan akan menyelesaikan pekerjaan mereka dan menyampaikan rekomendasi kepada Mazuz. Jaksa Agung Mazuzlah yang akan membuat keputusan akhir.

Presiden Katsav membantah apa yang dituduhkan kepadanya. Namun, ia sangat kooperatif dalam penyelidikan. Meski begitu, tim hukum Katsav kecewa karena polisi menyatakan tak punya bukti cukup untuk menuntut salah seorang pelapor dengan tuduhan telah memeras Presiden. Wanita berinisial A ini meminta sejumlah uang, sebelum akhirnya ia berbicara ke publik.

Sebetulnya, polisi tak tinggal diam. Selama tiga bulan terakhir, bersamaan dengan penyelidikan terhadap Katsav, polisi juga menginvestigasi klaim Tuan Presiden bahwa salah satu bekas karyawannya mencoba memeras. A mengancam akan menuduhnya melakukan pelecehan seksual jika Presiden menolak memberinya uang. Sayangnya, tuduhan Katsav ini terpental.

Memang, di Israel, se-orang presiden lebih ba-nyak melakukan tugas-tugas seremonial ketimbang wewenang politik. Karenanya, apa pun keputusan hukum terhadap Kastav tak akan mengancam posisi politik Perdana Menteri Ehud Olmert.

Bahkan, belakangan, Presiden Rusia Vladimir Putin pun tampaknya ikut tercoreng citranya. Saat bertemu Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, Putin menyatakan: ”Dia (Katsav—Red.) ternyata pria yang kuat, sanggup memerkosa 10 wanita…. Kami semua iri padanya.”. The Kremlin Press Service buru-buru meluruskan pernyataan yang mengundang kebingungan sekaligus kemarahan dunia. ”Komentar itu adalah lelucon dan tak berarti Presiden Putin mendukung pemerkosaan.”

Andari Karina Anom (BBC, Jerusalem Post, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus