Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Serigala Penyendiri Di Kantaoui

Serangan terorisme oleh pelaku yang tak berkelompok meningkat. Ancaman serius di masa depan.

6 Juli 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kamis sore dua pekan lalu, Seifeddine Rezgui, mahasiswa Universitas Kairouan, Tunisia, tampak biasa saja. Dia pergi ke masjid dekat rumahnya di daerah Hay Zuhour di Gaafour, kota kecil di utara negeri itu. Dia berjalan kaki dan menyapa orang-orang yang dikenalnya di jalan. Dia bahkan masih sempat berolahraga seperti biasa.

"Dia anak baik!" kata Monia Riahi, tetangga Rezgui. "Aku sudah mengenalnya sejak dia kecil. Dia tak pernah punya masalah dengan siapa pun."

Jumat siang esoknya, bercelana pendek dan berkaus hitam, Rezgui berjalan di pantai Port El Kantaoui, dekat Hotel Riu Imperial Marhaba di Sousse, sekitar dua setengah jam bermobil dari Gaafour. Di situ banyak wisatawan sedang bersantai di bawah payung-payung pantai. Tiba-tiba pemuda 23 tahun itu mengangkat senjata Kalashnikov yang ditentengnya dan menembaki para turis. Dia berlari masuk ke kompleks hotel dan terus menembak.

"Lelaki bersenjata itu sibuk dengan senjatanya dan memotret mayat-mayat dengan telepon selulernya sambil tertawa," ujar Paul Short, turis yang selamat dari pembantaian itu. Rezgui juga pemuda baik-baik yang tidak bergabung dengan kelompok radikal tertentu.

Rezgui lari ke hotel sebelah, tapi kemudian tersungkur dan tewas diterjang peluru aparat keamanan. Sebanyak 38 orang meninggal dan sedikitnya 39 cedera dalam serangan membabi-buta Rezgui itu.

Pada hari yang sama, di Kuwait, seorang pelaku bom bunuh diri beraksi di Masjid Imam Sadiq, masjid kaum Syiah, seusai salat Jumat, yang mengakibatkan terbunuhnya 10 orang. Di Lyon, Prancis, Yassine Salhi, kurir pabrik kimia Air Products, memenggal kepala bosnya, mengibarkan bendera bertulisan kalimat syahadat, dan berusaha meledakkan pabrik itu. Usaha Salhi gagal, tapi 12 orang cedera karenanya.

Sejauh ini, belum ada hal yang menunjukkan ketiga aksi serentak di tiga negara itu berhubungan. Meski Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Tunisia dan Kuwait, belum ada bukti nyata bahwa Rezgui dan pelaku di Kuwait adalah bagian dari organisasi teroris itu.

Munculnya para teroris yang seakan-akan bertindak sendirian ini melahirkan gagasan soal "lone wolf" atau "serigala penyendiri". Mohamed Ali Aroui, juru bicara Menteri Dalam Negeri Tunisia, yakin bahwa Rezgui bertindak sendirian. "Kami yakin bahwa yang lain membantu, tapi tidak campur tangan langsung," ujarnya. Para penyelidik, kata Aroui, memperkirakan ada orang yang memasok Kalashnikov kepada Rezgui dan menolongnya masuk ke kawasan hotel.

Yassine Salhi, yang punya sejarah berhubungan dengan kelompok Islam radikal pada 2003, mengaku bertindak sendirian. "Menurut dia, motifnya semata pribadi dan bukan terorisme," ujar Francois Molins, jaksa penuntut dalam kasus Salhi.

Istilah "serigala penyendiri" dipakai Southern Poverty Law Center, firma hukum hak asasi manusia di Alabama, Amerika Serikat, dalam Age of the Wolf, laporan yang baru-baru ini dirilis firma itu. Laporan itu mengkaji 63 insiden serangan karena kebencian dan serangan terencana pada 2009 di Negeri Abang Sam. Sebanyak 46 kasus ternyata kerja serigala penyendiri, orang yang melakukan aksi teror sepenuhnya sendirian. Hanya enam kasus yang melibatkan tiga atau lebih orang dan satu kasus direncanakan oleh sebuah organisasi.

Para serigala ini beraksi sendirian. Mereka belajar dari situs web, video, buku, dan berbagai media yang menyulut kebencian. Mereka tanpa pemimpin dan tak bergabung dalam organisasi tertentu.

Southern Poverty Law Center menganalisis, pada zaman komunikasi instan seperti sekarang, gaya para serigala ini jauh lebih berhasil daripada gaya "tradisional" yang terencana dan kadang melibatkan kelompok besar. Firma itu memperkirakan terorisme akan cenderung ke arah para serigala penyendiri dan makin meninggalkan gaya berkelompok.

"Kita menghadapi ancaman yang terus berlanjut dari ekstremis 'rumahan' yang meradikalkan diri sendiri," kata Direktur Biro Penyelidik Federal (FBI) James Comey. "Mereka bertindak sendirian, yang membuat mereka sukar diidentifikasi dan dihentikan."

Kurniawan (the Guardian, Bbc, Ap)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus