Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keheningan pecah di Bandar Udara Luton, Inggris, Rabu pagi dua pekan lalu. Sejumlah politikus Inggris dan jurnalis tumplek di ruang tunggu kedatangan bandara di kota yang berjarak 50 kilometer ke arah utara dari London itu. Pukul 06.30 waktu setempat, satu per satu dari 140 pe–numpang maskapai penerbangan murah Hungaria, Wizz Air, melewati pengecekan imigrasi. Mereka bukan tamu penting Kerajaan Inggris, melainkan pekerja migran yang baru tiba dari Bukares, Rumania.
Sebagian besar dari mereka pernah tinggal dan bekerja di Inggris. Mereka datang kembali setelah pembatasan bagi warga negara Rumania dan Bulgaria untuk bekerja di Inggris berakhir pada akhir tahun lalu. Sejak 1 Januari lalu, warga Rumania dan Bulgaria, yang berjumlah 29 juta, bebas mencari nafkah di negeri Ratu Elizabeth. "Saya datang bukan untuk merampok negeri Anda, melainkan bekerja. Kelak saya akan pulang kampung," kata Victor Spiersau, pekerja asal Targu Mures, Rumania, seperti dikutipBBC.
Pria 30 tahun itu baru pertama kali datang di Inggris. Ia telah melamar pekerjaan di tempat pencucian mobil dengan upah 8 pound sterling (sekitar Rp 160 ribu) per jam atau setara upah hariannya sebagai pekerja konstruksi di Rumania. Spiersau dkk disambut dua anggota parlemen Inggris, yaitu Keith Vaz dari Partai Buruh dan Mark Reckless dari Partai Konservatif, yang mendukung peraturan Uni Eropa. "Kami tak melihat bukti orang berbondong-bondong membeli tiket untuk datang ke Inggris," kata Vaz.
Semua warga Uni Eropa bebas bekerja dan tinggal di negara anggota Uni Eropa. Tapi Inggris meminta masa transisi tujuh tahun ketika Rumania dan Bulgaria bergabung dengan Uni Eropa pada 2007. Selama masa transisi, warga kedua negara tak bisa bekerja di semua sektor. Pekerja berketerampilan rendah dibatasi masuk sektor pengolahan hasil pertanian dan makanan. Majikan pun harus mengajukan izin untuk pekerja asingnya. Pembatasan itu kini tak berlaku lagi.
Seperti dilansirFinancial Times, sejumlah politikus tak setuju Inggris membuka pintu lebar-lebar bagi pekerja migran. Bulan lalu Perdana Menteri David Cameron menenangkan pendukungnya di parlemen dengan mengusulkan pembatasan baru. Bahkan anggota parlemen dari Partai Konservatif, Nigel Mills, mengajukan permohonan amendemen Undang-Undang Imi–grasi untuk memperpanjang masa transisi hingga 2018. Alasannya, perekonomian Inggris belum pulih dari resesi, dan pekerja asing juga ikut menikmati layanan publik dan mempersempit peluang kerja warga Inggris. Sebelumnya, Menteri Imigrasi Mark Harper mengatakan para pekerja migran akan berkontribusi pada perekonomian bila akses mereka kepada layanan publik dibatasi.
Kekhawatiran itu cukup beralasan karena peraturan Uni Eropa mengizinkan pekerja migran yang tinggal di suatu negara kurang dari dua tahun membayar pajak penghasilan dan asuransi di negara asalnya. MenurutTelegraph, hampir 100 ribu imigran di Inggris diuntungkan oleh peraturan itu karena pajak penghasilan di Bulgaria cuma 10 persen dan di Rumania 16 persen, sementara di Inggris mencapai 32 persen.
Ketua Migrant Watch UK Sir Andrew Green memperkirakan setiap tahun tak kurang dari 50 ribu pekerja dari kedua negara itu akan membanjiri Inggris setelah pembatasan berakhir.
Komisioner Ketenagakerjaan Uni Eropa Laszlo Andor mengecam sikap para politikus Inggris. Andor mengatakan Inggris tak perlu khawatir sistem kesejahteraannya terganggu, karena organisasinya memiliki dana darurat untuk pekerja migran. Menurut dia, pekerja migran penting bagi pemulihan ekonomi dan harus dilindungi dari diskriminasi. "Saya sangat percaya membatasi pergerakan pekerja Eropa bukan jawaban bagi tingginya angka pengangguran atau solusi bagi krisis," ujarnya.
Pengusaha Inggris menyambut ber–akhirnya pembatasan itu dengan memasang sekitar 8.000 iklan lowongan kerja diTjobs.ro,yang berbasis di Rumania. Karyawan yang dibutuhkan beragam, dari pekerja rumah tangga, perawat, hingga penari telanjang. Mereka menawarkan upah sampai 18 pound sterling per jam untuk pekerja berpengalaman. Bahkan sebuah klub malam di Birmingham menawarkan gaji bulanan 8.000 pound sterling untuk penari telanjang.
Sapto Yunus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo