Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah operasi eldorado canyon

As menggempur tripoli & benghazi dengan sebutan operasi eldorado canyon. dapat dukungan dari inggris. protes terhadap reagan datang dari penjuru dunia, termasuk negara-negara nonblok. reaksi soviet tidak keras. (ln)

26 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA dalam tempo seperempat jam, sejarah kontemporer Libya diperkaya dua peristiwa penting: aksi pengeboman Amerika - terbesar sejak Perang Vietnam dan lolosnya Kolonel Muammar Qadhafi dari sergapan maut. Serangan udara dilakukan oleh 18 pengebom tempur F-111 dalam satu terobosan selama belasan menit. Terjadi Selasa pekan lalu pukul 02.00 dinihari - sejumlah rudal yang ditembakkan dan bom yang dijatuhkan membuat langit di atas Teluk Sidra terang benderang. Mirip kembang api, berbinar-binar. Harus diakui, pendadakan Amerika kali ini memang luar biasa. Menurut Menhan AS Caspar Weinberger, ada lima sasaran: barak Al Azziziyah, pelabuhan Sidi Bilal, bandar udara Tripoli, barak Al Jumahiriya di Benghazi, dan pangkalan udara militer Benina Semua dikategorikan sebagai sasaran militer, walau barak Azziziyah, misalnya, banyak dihuni orang sipil. Tidak heran bila di antara puluhan yang tewas, hanya terdapat seorang tentara. Pada saat gawat dan sesudah serangan, Qadhafi menghilang. Seluruh dunia bertanya-tanya. Harian The Washington Post secara mengejutkan menulis tentang Dewan Keamanan Nasional AS yang sudah menyusun laporan kematian Qadhafi. Keadaan semakin tidak menentu, ketika tiba-tiba pemimpin Libya itu tampil di layar televisi Rabu malam. Mungkin karena sangat gembira, banyak pengawal revolusi Libya berhamburan ke jalan-jalan. Mereka meneriakkan slogan anti-Amerika, membunyikan klakson mobil, dan mengacung-acungkan senapan otomatis. Kepada rakyat Libya, Qadhafi berpesan, "Kita siap untuk mati dan meneruskan perjuangan." Suara kolonel itu tidak selantang biasanya. "Tuan Reagan jelas bersalah karena menyuruh bunuh anak-anak," ucapnya lebih lanjut. Qadhafi mengakui, Libya memang mengobarkan revolusi Al Jamahiriya tapi tidak membantai anak-anak. Pemimpin Libya ini tidak mengatakan bahwa anak angkatnya perempuan, Hanna, 15 bulan, tewas sedangkan istrinya, Safia, serta kedua putranya cedera. Mengenakan busana merah, Safia yang tampak prihatin dan amat tertekan angkat bicara pada sejumlah wartawan asing di depan rumahnya di Azziziyah. "Bagi saya Amerika itu musuh, kecuali kalau Reagan dijatuhi hukuman mati," kata wanita yang tampak bertelekan pada tongkat penopang dan kakinya sedikit pincang. Kuat dugaan Safia mengalami cedera ringan karena ledakan bom, sedangkan kedua putranya terpaksa masuk rumah sakit. Presiden Reagan menyatakan, serangan terhadap Libya hanyalah satu dari serangkaian perjuangan panjang melawan terorisme. Tapi Mayor Abdel Salam Jalloud orang kedua di Libya, sesudah Qadhafi berpendapat lain. Tanpa ragu Jalloud, menuduh serangan Amerika secara tak langsung dimaksudkan untuk membunuh Qadhafi. "Kemah dan rumahnya diserang," kata sang mayor. "Ini tindakan tidak beradab dan berarti riwayat Reagan dalam hal moral sudah tamat." Jalloud tidak menuding sembarangan. Seperti yang bisa disaksikan banyak wartawan asing, tembok rumah Qadhafi hancur di sana-sini. Paling sedikit delapan bom dijatuhkan ke seluruh kawasan Azziziyah. Seorang pengawal mengatakan, pemimpin Libya itu sedang tidur ketika pengeboman terjadi. Tapi ia selamat. Tendanya, yang dilengkapi dua pesawat telepon, empat pendingin udara listrik, sebuah meja bertutup kaca, dan tempat tidur dengan seprai berenda, masih utuh. Menghadapi tuduhan itu, Reagan tidak kehabisan alasan. "Kami tidak bermaksud membunuh siapa pun," ujar presiden Amerika itu. Ia tidak membantah bom-bom Amerika telah menghancurkan permukiman sipil. "Semula saya yakin telah terjadi kekeliruan, dan pesawat kami meleset dari sasaran. Tapi bukan tidak mungkin rudal mereka sendiri yang menimbulkan bencana," kilah Reagan. "Tapi kalau memang bom kami penyebabnya, ya mohon dimaafkan ...." Sehari sebelum pengeboman dilancarkan, Reagan membocorlkan pesan Qadhafi yang ditujukan pada Biro Rakyat (kedutaan) Libya di Berlin Timur. Pesan Qadhafi pertama, 25 Maret berselang, memerintahkan agar warga Amerika diserang. Jawaban diberikan 4 April 1986, menyatakan serangan akan dilakukan keesokan harinya. Dan pada 5 April terjadilah ledakan di diskotek La Belle, Berlin Barat. Seorang tentara AS dan seorang wanita Turki tewas, ratusan luka-luka. Biro Rakyat Libya segera melapor pada Qadhafi, "misi kita berhasil." Dialog Qadhafi itu telah disadap Dewan Keamanan Nasional AS, dan menurut Reagan sudah merupakan "bukti yang kuat tepat serta tak mungkin ditolak." Qadhafi, tak pelak lagi, mendalangi terorisme internasional dan karena itu Reagan berhak "memberi pelajaran". Benarkah? Bagi AS bukti apa pun tampaknya tidak penting betul. Soalnya bagi Reagan cuma ini: harus ada dalih untuk membenarkan tindakannya yang bertujuan memukul terorisme internasional. Dan pukulan itu ternyata dipersiapkan secara tidak tanggung-tanggung. "Persiapan untuk operasi telah dilakukan selama berbulan-bulan," ujar satu sumber intel Amerika kepada Los Angeles Times. Untuk itu Reagan lebih dulu memberi persetuJuan bagi apa yang disebut operasi Eldorado Canyon, nama sandi pengeboman atas Libya. Sebagai operasi gabungan AL dan AU, untuk Eldorado tidak dimintakan persetujuan Kongres, walau dirundingkan juga oleh AS dengan MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan negara-negara Arab moderat. Dari 12 anggota MEE, hanya Inggris yang sedia bekerja sama. Prancis dan Spanyol, secara halus, menolak pengebom AS itu terbang di atas wilayah negaranya, hingga F-111 terpaksa terbang memutari pesisir Laut Atlantik untuk kemudian baru memasuki Laut Tengah. Libya rupanya juga bersiap-siap. Sesuai dengan perintah Qadhafi, sejumlah pesawat di pangkalan udara Wheelus sengaja diparkir memencar supaya kerugian bisa dibatasi. Ada dugaan, 500 pesawat tempurnya juga disingkirkan ke pedalaman. Begitu pula gugus rudal antipesawat udara dan radar. Bahkan staf rumah sakit diharuskan siaga 24 jam dan persediaan darah ditingkatkan. Qadhafi juga mengosongkan kamp-kamp militer yang diduga akan jadi sasaran bom. Tentaranya dipindahkan ke tempat lain dan orang asing dipaksa tinggal di kawasan instalasi minyak. Pangkalan rudal Libya menjadi sasaran pertama. Untuk melumpuhkannya instalasi itu digempur dengan 50 rudal antiradar HARM (High Speed Anti-Radar Missile). Disusul 12 pesawat tempur A-6 yang menyerang lapangan terbang Benina dan barak militer di Benghazi. Pada saat yang sama armada pengebom tempur F-111 melabrak tangsi Azziziyah, yang oleh pihak Amerika dianggap pusat latihan para teroris dan juga berdekatan dengan permukiman Qadhafi. Dari sini, armada F-111 menyerang bandar udara Tripoli. Menurut sumber Pentagon, banyak bom smart menyimpang dari sasaran militer dan menghantam per mukiman penduduk sipil. Mereka menduga, bom dengan bobot 900 kg dan diarahkan oleh laser itu telah melenceng karena dijatuhkan sebuah F-111 yang tertembak pihak Libya. Sekalipun begitu, Reagan boleh merasa lega. "Hari ini sudah kita lakukan apa yang harus kita lakukan," demikian presiden AS itu dalam pidatonya di layar tV. "Kalau perlu, serangan itu bisa diadakan lagi. Saya bukannya senang mengatakan hal ini, saya justru mengharapkan serangan ulang tidak perlu terjadi." Dan Reagan - yang terkadang dijuluki Rambo - tidak lupa menegaskan, orang seperti Muammar Qadhafi tidak boleh dibiarkan leluasa. Pemimpin Libya itu dituduhnya sudah lama mendalangi aksi-aksi teror "hingga ia terkucil dari dunia beradab". Tapi sekarang, Qadhafi - yang dijuluki anjing gila oleh Reagan itu - malah berkibar bagaikan pahlawan. Berbagai protes anti-Reagan melanda banyak negara di Eropa dan Asia. Demonstrasi agak keras terjadi di New Delhi ketika sidang Menlu Gerakan Nonblok (beranggotakan 101 bangsa di dunia) sedang berlangsung pekan lalu. Di tiga negara ASEAN - Indonesia, Malaysia, dan Filipina - unjuk perasaan dimonopoli organisasi pemuda Islam. Aksi militan terlihat di Kuala Lumpur digerakkan ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia), pemuda UMNO, dan mahasiswa dari empat universitas di sana. Mereka mengajukan nota protes ke Kedutaan AS, dan membawa banyak poster. Kepada pemerintah Malaysia mereka mengusulkan supaya teror Amerika dibahas juga dalam konperensi Menlu ASEAN di Bali akhir April ini. Puncak dari itu semua, poster Reagan dan bendera "Star and Stripes" dibakar. Aksi protes di Daratan Eropa tidak kurang mencekam. Di Jerman Barat ada poster lancang bertuliskan, "Reagan, siapa yang teroris sekarang?" Paris, Roma, dan London juga dilanda unjuk rasa, sebagian berupa aksi duduk. Paling menggugah adalah demonstran Jerman yang kedua tangannya seakan berlumur darah seraya memanggul bendera AS yang juga seperti berlepotan darah. Sudan, Yordania, dan Libanon juga diguncang demo. Sementara itu, dua sekutu Libya, Syria dan Iran, bersikap lebih tenang. Presiden Hafez Assad menyerukar persatuan Arab, sedangkan Presiden Al Khamenei menegaskan bahwa Amerika mesti dilawan. Tapi di gelanggang PBB, Dunia Ketiga kalah suara. Di mimbar Dewan Keamanan PBB Inggris, Prancis, dan AS bersama-sama memveto resolusi yang mengecam serangan Amerika terhadap Libya. Terlihat di sini kerenggangan AS-Prancis - sejauh yang menyangkut Libya - tidak bertahan lama. PM Margaret Thatcher, yang banyak dikritik karena membantu Reagan, awal pekan ini menegaskan, negara-negara Barat sebaiknya tetap menggunakan kekuatan militer untuk melawan teroris. Mengenai peminjaman pangkalan Inggris untuk pengebom F-111, ia mengulangi keyakinannya serangan udara bisa mengendurkan teror Qadhafi terhadap berbagai sasaran di Eropa. Di pihak lain Presiden Ronald Reagan mengharapkan agar pada pertemuan puncak negara-negara maju di Tokyo, awal Mei mendatang, mereka juga membahas tindakan-tindakan lebih keras yang bisa diambil untuk membendung Qadhafi dan terorisme internasional Ia juga mengimbau pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev agar tetap bersedia menghadiri pertemuan puncak negara adidaya di AS, walaupun Moskow sangat menentang perlakuan Amerika terhadap Libya. Menurut Gorbachev, dengan menyerang Libya, AS sudah menggantikan prinsip-prinsip pergaulan internasional dengan hukum rimba. Tapi para diplomat di Moskow menilai reaksi Soviet itu tidak terlalu keras. Mengapa? Sebagai penyuplai senjata terbesar untuk Libya, bukan berarti Soviet akrab dengan Qadhafi. Pemimpin Libya ini mengizinkan 6.000 penasihat militer Soviet bermukim di negerinya, tapi ini bukan jaminan bahwa Moskow dapat mencairkan beberapa prinsip yang sudah mendarah daging dalam diri Qadhafi. Dalam soal terorisme misalnya, persepsi Qadhafi tidak bisa diganggu gugat oleh Moskow. Begitu pula keyakinan Qadhafi bahwa Amerika harus lebih dulu dihancurkan, sebelum perdamaian di Timur Tengah bisa tercapai. Sikap kaku seperti itu kelak dikhawatirkan bisa memencilkan Qadhafi di dunia internasional. Dewasa ini, musuh lama seperti Mesir bersimpati besar terhadap Libya dan mengirimkan obat-obatan untuk meringankan korban pengeboman. Tapi bukan tidak mungkin, Mesir akan menarik kembali simpatinya, karena peri laku Qadhafi sendiri. Ia dianggap terlalu ekstrem, ekspansionis, dan terlalu mengunggulkan diri sendiri. Gejala yang sama sebetulnya bisa ditemukan pada Ronald Reagan. Ia dinilai berpandangan sempit dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang dan kepentingan Amerika. Ia juga, cepat terusik kalau ada tokoh beringas seperti Presiden Nikaragua Daniel Ortega dan pemimpin Libya, Qadhafi. Sejauh yang menyangkut teror, mungkin saja "dosa" kolonel itu tidak sehitam Hafez Assad, misalnya. Tapi mungkin karena Qadhafi dengan bangga membiayai aksi-aksi teror - sebagai cara satu-satunya memperjuangkan kemerdekaan Palestina - dan frontal sekali menantang Amerika, maka Reagan hanya bisa melihat tokoh itu sebagai musuh paling berbahaya. Isma Sawitri, Laporan A. Dahana (AS), Robin Sirens (Moskow)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus