SEBUAH lagu telah digubah khusus dan dinyanyikan sendiri oleh Imelda Marcos, Selasa malam berselang di Istana Malacanang. Diberi judul Salamat (dalam bahasa Tagalog, artinya terima kasih), lagu itu merupakan hadiah istimewa bagi Presiden Ferdinand Marcos, yang merayakan ulang tahun ke-68 pada 11 September lampau. Tapi untuk seorang tokoh yang memerintah Filipina selama 20 tahun, sebuah lagu dan jamuan makan malam saja tentulah tidak cukup. Keesokan harinya, sekitar 10.000 warga Manila mengelu-elukan sang presiden di sebuah taman di pusat Kota Manila. Unjuk perasaan ini sekali lagi membuktikan bahwa Marcos masih tetap saja alot, dan terlalu liat untuk dipatahkan. Untuknya, sebuah paduan suara yang dipimpin sendiri oleh putrinya, Irene Marcos Araneta, pada kesempatan itu mengalunkan lagu Happy Birthday, disusul Messiah, karya Handel. Ciptaan komponis Jerman terkenal itu menjadi relevan karena syair penutupnya berbunyi, "dia akan memerintah untuk selama-lamanya". Dan "dia" yang dimaksud siapa lagi kalau bukan Marcos, sang presiden, pemimpin kini dan nanti. Bagaikan sebuah manuver politik, upacara ulang tahun Marcos juga gegap gempita dengan pidatonya sepanjang tidak kurang dari 75 menit. Pada kesempatan itu Marcos menandaskan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri, apa pun yang terjadi. "Adalah merupakan tindakan paling ceroboh dan paling pengecut untuk meletakkan jabatan sebelum tujuan-tujuan tercapai," katanya. Di tempat Marcos berpidato, juga terlihat sejumlah pejabat pemerintah, korps diplomatik, sekitar 20 pemberontak Muslim dan komunis yang "kembali ke pangkuan ibu pertiwi" dan juga uskup agung Manila Jaime Kardinal Sin. Terkenal sebagai pemimpin agama yang berlidah tajam, Sin, yang biasanya gencar mengkritik Marcos, hari itu bukan cuma hadir, tapi juga berangkulan dengan sang presiden. Keduanya lalu melepas merpati perdamaian, konon, lambang persatuan antara pemerintah dan rakyat dalam menghadapi dua masalah besar: penyehatan ekonomi dan pemberontakan komunis. Sekaligus Marcos memperingatkan para pemimpin oposisi agar tidak menggunakan ancaman komunis sebagai upaya merebut kekuasaan. "Dia yang menunggang harimau akan dimakan oleh harimau itu sendiri," sindirnya. Ancaman komunis kabarnya memang semakin meningkat, apalagi kelompok yang menyebut dirinya Bayan belakangan ini terang-terangan melancarkan pendekatan terhadap "massa mengambang" di Manila. Singgasana Marcos bisa terguncang andai kata beban kesulitan ekonomi yang menekan rakyat tidak segera bisa diringankan. Rakyat di Pulau Negros, misalnya, yang dulu makmur sebagai petani gula, kini terancam kelaparan. Pabrik gula bekerja jauh di bawah kapasitas, sejumlah besar buruhnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Sementara itu, kalangan politik tinggi di Manila justru mempermasalahkan soal pemilihan presiden yang dipercepat dari jadwal: 1987. Pekan lalu, sebuah kaukus dalam KBL (Gerakan Masyarakat Baru), partai Marcos, menyetujui usul percepatan itu, padahal mayoritas KBL sebelumnya sudah manolak. Kaukus rupanya terpengaruh hasil survei yang memastikan bahwa Marcos tetap akan terpilih lagi walaupun pemilu dipercepat. Faktor lain yang menggembirakan kubu Marcos adalah ketetapan Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa bukti-bukti yang dikumpulkan Komisi Pengusut Agrava tidak dapat digunakan untuk memperkarakan Jenderal Fabian Ver dan 25 tertuduh militer lainnya. Ketetapan itu diambil dengan perbandingan suara 10 lawan 3. Andai kata ketetapan ini diberlakukan, maka, sesuai dengan janji Marcos, Ver akan direhabilitasikan. Akibat selanjutnya, misteri pembunuhan Senator Benigno Aquino, lawan tangguh Marcos, tidak akan pernah terungkap. Dan kalau ini sampai terjadi, maka kekacaubalauan politik di Filipina akhirnya tak dapat dihindarkan lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini