Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Si cantik angkat bicara

Mayumi Hachiya, tersangka peledakan pesawat KAL 858 mengaku agen rahasia Kor-Ut. Nama sebenarnya Kim Hyon-Hui. Dinas rahasia Jepang koan berspekulasi,kemungkinan Korea Selatan terlibat.

23 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA pertama kali muncul di layar televisi Korea Selatan, ia dikenal sebagai Mayumi Hachiya. Mungkin mata-mata, mungkin teroris. Ia dituduh meledakkan pesawat terbang Korean Airlines, KAL 858 dengan 115 penumpangnya tewas, pada 29 November tahun lalu. Mayumi Hachiya muncul kembali di layar televisi Rabu pekan lalu dalam acara jumpa pers. Ia mempesona, karena nampak rapuh, malu-malu, dan cantik. Namun, pengakuannya sangat mengejutkan. Nona ini mengaku agen rahasia Korea Utara, bernama Kim Hyon-Hui, berusia 26 tahun. Hyon-Hui mengungkapkan, sabotase itu dilakukannya bersama agen rahasia kawakan Kim Sung-II, 69 tahun -- mitra kerjanya dalam 4 tahun terakhir -- yang dalam operasi menyamar sebagai ayahnya, dengan nama Shinichi Hachiya. Perintah, menurut HyonHui, diturunkan langsung oleh putra pemimpin Korea Utara Kim Il-Sung, Kim Jong-II. Tujuannya: mengacaukan persiapan olimpiade yang akan diselenggarakan di Seoul tahun ini. Menurut Dinas rahasia Korea Selatan kedua agen rahasia Utara itu berangkat ke Moskow, Oktober tahun lalu. Di sana semua instruksi dilengkapi, termasuk bahan peledak berupa sebuah batere dalam radio mini, dan dalam bentuk cair seperti minuman keras. Dari Moskow, keduanya menuju Baghdad melalui Beograd, Yugoslavia. Dari Bagdhad, keduanya menuju Bahrain, dengan menumpang KAL 858 Baghdad-Seoul, yang berhenti untuk transit di Abu Dhabi. Dari Abu Dhabi, agen-agen itu direncanakan akan naik pesawat lain ke Bahrain. Pada interogasi, Hyon-Hui mengaku bahwa~ bahan peledak diletakkan Kim Sung-II di kotak bagasi, di atas tempat duduk penumpang dalam kabin pesawat. Pengatur waktu diatur agar bom meledak 9 jam kemudian. Misi diselesaikan dengan mulus, namun sebaliknya upaya meloloskan diri gagal. Kedua mata-mata tertahan di Abu Dhabi, karena diketahui membawa paspor palsu, dan pada saat itu KAL 858 meledak di sekitar Laut Andaman, di perbatasan Burma Muangthai. Dinas rahasia Korea Selatan cepat memutuskan, mengklaim kedua pemilik paspor palsu itu sebagai pelaku peledakan KAL 858. Kim Hyon-Hui dan Kim Sung-II kemudian diterbangkan ke Manama, Bahrain, untuk diusut. Saat itulah kedua agen rahasia itu, berusaha bunuh diri dengan menelan racun, yang disembunyikan pada filter rokok. Sung-II tewas, sementara Hyon-Hui bisa diselamatkan. "Tak ada pilihan lain, bunuh diri itu harus dilakukan untuk melindungi nama baik pemimpin Kim II-Sung dan putranya," ujar Hyon-Hui. Wanita ini bukan agen rahasia sembarangan. Ia putri seorang diplomat Korea Utara yang ditempatkan di Angola. Ia direkrut pada usia sangat muda, untuk menjadi agen rahasia, karena kefasihannya berbicara dalam bahasa asing -- ia mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Pyongyang -- dan karena kecantikannya. Pada usia 26 tahun kini, sudah hampir 10 tahun ia resmi dilatih menjadi agen rahasia. Hyon-Hui mengaku mendapat latihan komando, penggunaan bahan peledak, strategi mengatasi keadaan darurat, dan indoktrinasi. Jepang adalah target daerah operasinya. Untuk program itu, Hyon-Hui hidup bersama seorang agen rahasia berkebangsaan Jepang selama dua tahun. Karena spesialisasi ini, ia terpilih untuk melaksanakan misi peledakan KAL 858. Kefasihannya berbahasa Jepang, termasuk mengutip syalr-syair Jepang, konon sempat membuat para pemeriksanya putus asa dan tak menyangka ia orang Korea. Adalah pendekatan secara bersahabat yang akhirnya meluluhkan hati age~n rahasia itu. Setelah melihat keadaan Korea Selatan, ia merasa dirinya korban indoktrinasi. Sembilan hari setelah dideportasikan ke Seoul, pada 15 Desember tahun lalu, Hyon-Hui akhirnya buka mulut -- untuk pertama kalinya dalam bahasa Korea. "Maafkan saya, saya sangat menyesal," katanya. Korea Utara menyangkal semua pengakuan Hyon-Hui, dan mengancam akan melakukan pembalasan bila Korea Selatan tidak menghentikan propagandanya. Mereka mengecam seruan Korea Selatan pada dunia internasional agar melakukan isolasi diplomatik dan perdagangan terhadap Korea Utara. Toh, reaksi internasional belum banyak, karena memang tidak mudah mempercayai pengakuan Hyon-Hui. Ia satu-satunya sumber -- sama sekali tak ada sumber lain yang bisa mendukung kebenaran katakatanya. Orang terdorong pada kesimpulan lain, walau spekulatif, karena peledakan KAL 858 dan deportasi Hyon-Hui terjadi berdekatan dengan pemilu Korea Selatan. Peristiwa ini sangat menentukan kemenangan Roh TaeWoo, calon dari kubu penguasa yang didominasi mili~er. Dalam sengketa Korea Utara-Selatan, militer senantiasa dianggap benteng pertahanan Selatan. Sehari sebelum pemilu, pol (pengumpulan pendapat) harian Joong Ang Daily News mencatat 73% pemilih belum menentukan pilihannya. Dan Roh Tae-Woo, sebagai calon, berada di bawah tokoh-tokoh oposisi. Pada hari pemilu -- ketika berita deportasi Hyon-Hui dipublikasikan besar-besaran hasil pol menunjukkan 72% responden memilih Roh Tae-Woo. Kendati pemerintah Jepang secara resmi menyatakan simpati dan mengutuk semua praktek teror, dinas intelijen polisi Jepang, Koan, mengungkapkan beberapa fakta yang mengganggu. Menurut Koan, dinas intelijen Korea Selatan (NSPA -- Natiomzl SecMrity Planning Agency) bergerak sangat cepat (baca: terlalu cepat). Identitas agen rahasia Korea Utara Li Kyong-U di Jepang -- yang menggunakan nama palsu Akira Miyamoto -- yang membuat paspor-paspor palsu, diterima Koan dari NSPA segera setelah berita meledaknya KAL 858 terdengar. Koan, seperti diungkapkan mingguan Shukan Shincho yang terbit di Tokyo, menyebutkan dinas lteliien Jepang melepas hak memeriksa kedua agen rahasia dengan paspor Jepang itu, di Bahrain, karena NSPA memiliki bukti-bukti kuat, keduanya agen rahasia Utara -- padahal interogasi belum lagi dilakukan. Menurut Koan, Sung-II dan Hyon-Hui malah sudah dibuntuti NSPA sejak dari Beograd. Ini benar-benal aneh, apalagi agen rahasia Kor-Sel itu ikut turun di Bahrain pula. Dan lagi, 11 pejabat tinggi Korea Selatan yang akan menumpang KAL 858 dari Abu Dhabi tiba-tiba membatalkan perjalanannya. Berdasarkan fakta-fakta ini, Shukan Shincho bertanya, mungkinkah Korea Selatan sudah mengetahui adanya rencana peledakan? Dengan mengutip majalah dinding mahasiswa Korea Report, mingguan Jepang itu bahkan berspekulasi, mungkin Korea Selatan terlibat. Andai kata terbukti benar, insiden KAL 858 ini bisa jadi skandal paling menggemparkan. Reaksi Amerika Serikat Jumat pekan lalu memperkuat pengakuan Hyon-Hui. Dalam pernyataan resmi, Deplu AS menyatakan memiliki bukti-bukti intelijen yang menunjukkan adanya hubungan peledakan KAL 858 dengan misi dinas rahasia Korea Utara. Jim Supanol~l, kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus