Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sisi gelap si cantik mayumi

Kim hyon-hui atau mayumi hachiya, tertuduh pelaku peledakan pesawat kal diadili. tapi kaum oposisi curiga. banyak yang menuntut agar ia dihukum mati. diduga pemerintah kor-sel akan memberi pengampunan.

18 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUANG sidang kontan hiruk-pikuk oleh caci maki, ketika Hyon-Hui melintasi pintu masuk. Hari itu, Selasa pekan lalu, sembilan warga Korea Selatan yang diberi kesempatan megikuti sidang berkali-kali meneriakkan ancaman: "Kamu setan! Kami berada di sini untuk membunuhmu!" Gadis itu hanya menundukkan kepala, berjalan menuju kursi terdakwa. Sementara itu, di luar gedung pengadilan ratusan orang mengacung-acungkan sejumlah poster dan meneriakkan sumpah serapah. Mereka mencaci habis Hyon-Hui, yang punya nama samaran Mayumi Hachiya itu. "Utang nyawa bayar nyawa," teriak mereka. Kemarahan yang menyelimuti gedung pengadilan tinggi di Seoul, Korea Selatan, itu gampang dipahami. Si cantik berusia 27 tahun itu adalah salah seorang terdakwa pelaku peledakan pesawat penumpang Boeing "Jumbo" 747 milik Korean Airlines, November dua tahun lalu. Tercatat 115 tewas ketika pesawat meledak di atas Laut Andaman. Hyon-Hui sebenarnya tak sendiri. Dia ditemani oleh seorang rekan sekerjanya, konon, dari dinas rahasia Korea Utara bernama asli Kim Sung-Il, yang sudah berumur 77 tahun. Sayang, Sung-Il tak bakal diadili karena keburu menelan pil Cyanida di Abu Dhabi, yang rupanya sudah disiapkannya ketika Kedutaan Besar Jepang di sana berhasil membuktikan bahwa paspor kedua agen Korea Utara itu palsu. Sedangkan Hyon-Hui dikabarkan tak sempat menggunakan pil bunuh diri itu, karena petugas cepat-cepat meringkusnya. Di depan kamera TV Korea Selatan Desember dua tahun lalu, Hyon-Hui mengaku sebagai agen khusus komunis. Dalam operasi peledakan itu dia langsung berada di bawah perintah Kim Jong-Il, anak kandung sekaligus putra mahkota Presiden Korea Utara Kim Il-Sung. Konon, pengakuan itu bukan lantaran dipaksa. Katanya, "Saya menyesal, sehingga mau bekerja sama." Sikapnya yang demikian terus terang itu ternyata berhasil menarik simpati, terutama di kalangan pria bujangan. Ratusan surat cinta mengalir ke kamar tahanan Hyon-Hui dari Korea Selatan dan Jepang. Sebagian bahkan ada yang mengajaknya menikah dan menghabiskan sisa hidupnya dengan normal. Memang, Hyon-Hui pintar, cantik, dan belum menikah. Sebuah karikatur di sebuah surat kabar Seoul menggambarkan kaum hawa dan adam sama-sama berteriak: "Saya menghendaki dia." Maksudnya, para pria menghendaki diri Hyon-Hui, sementara para hawa menginginkan darahnya. Kata Nyonya Choi Jung-Sok, seorang sekretaris di Seoul, "Kalau dia tak cantik, sudah lama dihukum mati." Dari sisi politik lain lagi. Kubu oposisi menganggap pengakuan dan pengadilan Hyon-Hui sandiwara belaka. Sebab, ekstradisi Hyon-Hui dari Jepang ke Korea Selatan dilakukan sehari menjelang pemilihan presiden, sehingga bisa dijadikan alat oleh Presiden Roh Tae-Woo -- kala itu masih calon untuk meraih popularitas. Selain itu, sampai sekarang tak secuil pun puing pesawat nahas itu ditemukan, termasuk kotak hitamnya. Terbuka kemungkinan bahwa agen Korea Selatan sendirilah yang merencanakan ini semua untuk memenangkan Roh yang memang dijagokan oleh, waktu itu, Presiden Chun Doo-Hwan dalam pemilu. "Siapa dia sebenarnya," kata Lee Boo Yong, seorang tokoh oposisi. Ia dengan terus terang menuduh bahwa Hyon-Hui sebenarnya agen rahasia Korea Selatan sendiri. Alasannya, sebelum sidang dibuka, pemerintah sudah menjanjikan pengampunan kepada terdakwa. Yang menjengkelkan lagi, kaum oposisi tak diberi kesempatan ikut campur dalam interogasi, karena pemerintah cuma mengizinkan pihak kepolisian. Bisa dimaklumi bila kemudian keraguan kaum oposisi mendapat dukungan dari utara. Pernyataan pemerintah Roh Tae Woo bahwa Hyon-Hui sebagai agen pemerintah komunis Korea Utara dibantah Pyong Yang. Sebaliknya, pihak Korea yang komunis balik menuduh bahwa pemerintah Korea Selatan memanfaatkan tragedi di atas Laut Andaman itu untuk melancarkan propaganda antikomunis dan anti-Korea Utara. Apa pun yang terjadi dengan perang pernyatan itu, yang jelas pengadilan di Korea Selatan kini sudah berubah. Tak lagi seperti di masa kekuasaan diktator militer, di masa Jenderal Chun Doo-Hwan, umpamanya. Para hakim berhasil membersihkan semua campur tangan pemerintah di pengadilan. Siapa sebenarnya Mayumi diharapkan terbukti di pengadilan. Sejauh sidang-sidang pekan lalu, menurut sejumlah ahli hukum di negeri itu, Hyon-Hui akan dijatuhi hukuman mati lantaran pembunuhan dan pelanggaran Undang-Undang Sekuriti (antikomunis) Nasional. Tapi, setelah beberapa lama ia mendekam & penjara, pemerintah bakal memberikan pengampunan. Bila pendapat itu benar, bisa ditebak bakal meledak demonstrasi di Seoul dan sejumlah kota lain. Dan mau tak mau kemencongan pemerintahan Chun Doo Hwan -- sekarang masih mengucilkan diri di sebuah kuil Budha -- tentu akan diungkit kembali. Itu juga berarti ancaman bagi kelangsungan Roh Tae-Woo di kursi kepresidenan sekarang. Semuanya akan jelas di sidang terakhir, Selasa pekan depan.Prg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum