UNIVERSITAS Pertanian Banglore, India, suatu hari kedatangan tamu-tamu yang berkemah di pepohonan di halaman kampus. Itulah lebah, yang membuat sarang menggantung di dahan-dahan. Segera dosen dan mahasiswa fakultas entomologi (fakultas yang mempelajari soal serangga) merasa senang bukan main. Mereka bisa mempelajari peri laku lebah tanpa harus mencari-cari alamat para lebah yang memang tak jelas. Para mahasiswa itu menganggap sarang-sarang lebah dan penghuninya sebagai laboratorium hidup. Tapi tak lama kemudian terjadi pro-kontra di kalangan kampus. Dari fakultas hortikultura, tetangga fakultas entomologi, ada protes. Mahasiswa dan staf pengajar hortikultura merasa keberatan sarang-sarang lebah dibiarkan, bahkan sepertinya dipelihara oleh mahasiswa entomologi. Harap dipahami bahwa protes ini tak ada sangkut pautnya dengan keirihatian. Ini adalah persoalan statistik. Menurut statistik, diketahui kemudian bahwa lebih banyak mahasiswa hortikultura yang disengat lebah daripada mahasiswa entomologi. Padahal, mereka sama-sama melakukan penelitian di halaman kampus itu: yang satu meneliti lebah (dan sedikit yang jadi korban sengatan), yang lain meneliti tanaman-tanaman yang ada di halaman itu (dan banyak yang disengat lebah). Hingga dua pekan lalu pro-kontra tak kunjung mendapatkan jalan keluar, masing-masing tetap ngotot, bahkan kadang-kadang ada yang lebih dari adu mulut, yakni adu jotos. Jangan-jangan para lebah merasa iri hati, mengapa mahasiswa hortikultura tak meneliti peri laku dia, melainkan malah meneliti tanaman-tanaman. Soalnya kini, siapa bisa menjelaskan pembagian fakultas di Universitas Banglore kepada para lebah supaya mereka adil membagi sengatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini