Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEU Raimundo Miranda masih memendam rasa jengkel terhadap pemerintah Brasil. Sejak Michel Temer menjabat presiden menggantikan Dilma Rousseff, Agustus dua tahun lalu, petani madu berusia 61 tahun ini dan keluarganya tidak lagi menerima dana bantuan langsung tunai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah bantuan mungkin tak seberapa, sekitar Rp 500 ribu per bulan. Namun duit subsidi itu sangat membantu kehidupan Raimundo, yang tinggal bersama istri dan tiga anaknya di sebuah rumah kecil di pinggiran Kota Campos Lindos, Negara Bagian Tocantins.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anak sulungnya yang masih remaja bahkan harus bekerja sebagai buruh tani kedelai dengan upah rendah. "Saya sebenarnya tidak suka dia menjadi buruh, tapi kami membutuhkan uang," kata Raimundo, seperti diberitakan Mongabay, Selasa tiga pekan lalu.
Raimundo dan keluarganya adalah satu dari ribuan penduduk Brasil yang namanya dicoret dari daftar Bolsa Familia pada awal masa jabatan Temer. Program bantuan sosial yang digagas Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pada 2003 ini bertujuan mengurangi kemelaratan dan kelaparan dengan pemberian uang tunai kepada keluarga miskin dan sangat miskin. Menurut catatan lembaga federal Institut Geografi dan Ekonomi, lebih dari 50 juta orang Brasil hidup dalam kemiskinan pada 2016, dengan pendapatan tak sampai Rp 1,4 juta per bulan.
Setelah berjalan satu dasawarsa, Bolsa Familia terbilang sukses besar. Komunitas internasional mengakuinya sebagai program sosial yang revolusioner dalam memerangi kemiskinan di Negeri Samba. Pada 2013, saat Dilma Rousseff menjadi presiden, program itu telah memberi manfaat kepada sekitar 14 juta keluarga, setara dengan seperempat penduduk negara itu.
Namun keceriaan kaum papa itu redup saat Rousseff dimakzulkan Senat. Mayoritas anggota parlemen sepakat melengserkan presiden perempuan pertama Brasil itu, yang dianggap terlibat dalam skandal megakorupsi Petrobras. Temer, pengganti Rousseff, merombak drastis kebijakan ekonomi negerinya. Ia memberlakukan undang-undang pengetatan anggaran yang berlaku selama 20 tahun dan memangkas penerima Bolsa Familia hingga 10 persen.
Saat menjadi penjabat presiden, Mei dua tahun lalu, Temer mewarisi resesi terburuk yang dialami Brasil setelah lebih dari satu abad silam. Resesi menghantam keras sejak 2014, berkelindan dengan krisis politik yang berujung pada terjungkalnya Rousseff. Tapi Temer juga dihujani kritik. Reformasi ekonominya dianggap gagal memperbaiki hidup rakyat miskin. Ia pun bergelut dengan skandal rasuah, seperti Rousseff.
Kepolisian federal menjerat Temer dengan pasal korupsi, Rabu dua pekan lalu, hanya tiga bulan menjelang akhir masa jabatannya. Dalam laporan kepada jaksa federal, kepolisian menyatakan telah mengantongi bukti bahwa Temer menerima suap senilai US$ 2,41 juta atau sekitar Rp 36 miliar pada 2014. "Ia diduga mendapat dana haram dari perusahaan konstruksi Odebrecht saat menjadi wakil presiden," demikian pernyataan kepolisian dalam dokumen penyelidikan, seperti dikutip Reuters.
Skandal Odebrecht adalah gurita korupsi yang mengguncang Amerika Latin sejak terungkap tahun lalu. Raksasa konstruksi Brasil itu diketahui memberikan sogokan lebih dari Rp 11 triliun kepada puluhan pejabat pemerintah di 11 negara, termasuk Brasil, Argentina, Peru, Venezuela, dan Kolombia, untuk memuluskan proyek pembangunan jalan raya, pipa gas, serta bendungan. "Skandal ini telah menyebabkan Presiden Peru Pedro Pablo Kuczynski lengser," tulis Miami Herald. Hingga kini, hanya Brasil dan Peru yang secara agresif melakukan penyelidikan.
Bagi Temer, skandal Odebrecht bukanlah kasus pertama yang dialamatkan kepadanya. Pria kelahiran Tiete, Sao Paulo, 78 tahun lalu ini pernah dijerat perkara rasuah pada Agustus dan Oktober 2017. Tuduhan itu bagian dari "Operasi Cuci Mobil", investigasi untuk mengungkap serangkaian suap yang diterima politikus Brasil dari perusahaan yang mencari kontrak dengan perusahaan pelat merah. Temer dituding menerima suap sebesar Rp 170 miliar dari JBS South America, perusahaan pengolahan daging terbesar di negara itu.
Temer membantah dua tuduhan korupsi tersebut. Namun bukan bantahan yang membuatnya tidak diselidiki. Jabatan Temer sebagai presiden memberinya perlindungan dari proses hukum. Di Brasil, untuk mengadili presiden di Mahkamah Agung, diperlukan persetujuan dari dua pertiga anggota majelis rendah. Temer dua kali sukses menggalang dukungan dari mayoritas anggota majelis rendah, yang mencegahnya diseret ke meja hijau. Belakangan, sebagian besar legislator yang memihak Temer itu turut diselidiki dalam kasus yang sama.
Kelihaian Temer mengendalikan parlemen sudah lama dikenal. Ia anak bontot dari delapan bersaudara yang dilahirkan dari pasangan imigran asal Btaaboura, Libanon, yang pindah ke Brasil pada 1925. Temer tenar sebagai pengacara dan politikus multitalenta. "Ayah saya selalu mengatakan Brasil adalah tempat untuk ’menciptakan Amerika’. Artinya, tempat untuk tumbuh dan mencapai kesejahteraan," ujarnya kepada majalah Executive di Libanon pada 2014.
Temer bergabung dengan partai berhaluan kanan-tengah, Partai Pergerakan Demokratik Brasil (PMDB), pada 1981. Namun, jauh sebelum itu, ayah enam anak ini berkecimpung di dunia hukum. Ia pernah menjadi jaksa di Sao Paulo hingga dipercaya sebagai jaksa agung negara bagian tersebut. Alumnus University of Sao Paulo dan Pontifical Catholic University of Sao Paulo ini sejak awal menekuni bidang hukum, bahkan sampai didapuk sebagai profesor hukum konstitusi.
Parlemen bukan tempat yang asing bagi Temer. Ia empat kali terpilih sebagai anggota majelis rendah dan pernah menjadi ketuanya. Dengan gaya kalem dan penampilan necis, Temer dikenal jago melobi. Keahlian ini mengantarnya ke kursi pemimpin PMDB, partai terbesar di Brasil. "Temer punya reputasi sebagai pembuat kesepakatan yang sukses. Dia telah membawa partainya berkoalisi dengan setiap presiden dalam dua dekade terakhir," tulis The Economist.
Gesekan dengan Partai Pekerja, yang jadi kendaraan politik Lula da Silva dan Dilma Rousseff, menjadi santapan Temer sehari-hari. Temer, misalnya, berseberangan ideologi dengan Rousseff, yang berhaluan kiri. Namun hal itu tidak mencegah mereka berpasangan sebagai presiden dan wakil presiden sejak 2011. Rousseff-Temer terpilih lagi empat tahun kemudian.
Koalisi ini retak sejak 2014, saat "Operasi Cuci Mobil" terkuak. Skandal yang bermula dari aliran duit haram Petrobras, perusahaan minyak pelat merah Brasil, itu menyeret satu per satu politikus lintas partai yang turut kecipratan suap. Sedikitnya 80 politikus diselidiki dalam kasus ini, termasuk Lula da Silva dan Rousseff. Da Silva bahkan telah divonis 12 tahun penjara.
Nama Temer sebenarnya sempat disebut terlibat dalam kasus Petrobras. Namun, alih-alih ikut terseret skandal, ia dengan cerdik memanfaatkan tudingan korupsi kepada Rousseff sebagai amunisi untuk menggulingkan rival politiknya itu melalui pemakzulan. Dengan sokongan mayoritas kadernya di parlemen, Temer sukses mengakhiri 13 tahun kekuasaan Partai Pekerja.
Temer tahu persis bagaimana memanfaatkan momentum politik. Dengan popularitas yang selalu rendahdalam setahun terakhir hanya satu digittidak ada cara baginya untuk berkuasa selain menjegal Rousseff. Dalam sigi surat kabar Folha de S.Paulo, April tahun lalu, misalnya, kebanyakan responden sebenarnya juga ingin Temer dimakzulkan. Responden menganggap Temer, seperti Rousseff, juga korup. "Rakyat lebih suka pemilihan baru," tulis CNN.
Temer agaknya menyadari aspirasi rakyat Brasil tersebut. Apalagi pria yang beristrikan bekas ratu kecantikan Brasil, Marcela, 35 tahun, ini hanya mengantongi elektabilitas 4 persen. "Dia mengumumkan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada Oktober," tulis MercoPress.
Mahardika Satria Hadi (Associated Press, Telesur, Time)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo