Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

1 Februari 2024 | 08.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., kini tengah menghadapi ancaman pemakzulan oleh mantan Presiden Rodrigo Duterte. Dalam pidatonya yang sarat sumpah serapah pada Minggu malam lalu, Duterte menuduh Marcos berencana mengamendemen konstitusi untuk mencabut batasan masa jabatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, Duterte juga mengklaim bahwa Marcos terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Duterte memperingatkan bahwa hal ini dapat menyebabkan Marcos digulingkan, mirip dengan nasib ayahnya, mendiang diktator Ferdinand Marcos.

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut, “Saya pikir itu karena fentanyl,” kata Marcos. Fentanyl dikenal sebagai obat pereda nyeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, pada 9 Mei 2022, Filipina menggelar pemilihan presiden (pilpres) yang menandai kemenangan Ferdinand Marcos Jr, atau yang lebih dikenal dengan nama BongBong. Kemenangannya menarik perhatian publik karena Bongbong adalah putra dari Presiden Filipina ke-10 yang juga diktator, Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr.

Karir politik Marcos Jr dimulai pada usia 23 tahun ketika ia menjadi Wakil Gubernur provinsi Ilocos Norte pada tahun 1981. Dari tahun 1983 hingga 1986, ia menjabat sebagai gubernur di provinsi yang sama. Selama periode 1998-2007, Marcos Jr memimpin sebagai Gubernur Ilocos Norte selama tiga periode berturut-turut.

Profil Ferdinand Marcos Jr

Pada tanggal 9 Mei 2022, Filipina menyaksikan momen bersejarah dengan terpilihnya Ferdinand "BongBong" Marcos Jr sebagai Presiden Filipina dalam pemilihan presiden yang diselenggarakan baru-baru ini. Kemenangannya tidak hanya mencatatkan sejarah baru bagi negara tersebut tetapi juga memicu beragam reaksi dari masyarakat lokal maupun internasional.

Dikenal sebagai putra dari mantan Presiden Filipina, Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos Sr, yang juga merupakan seorang diktator, BongBong mencatatkan namanya dalam buku sejarah politik Filipina dengan kemenangannya yang mengejutkan ini. Hasil pilpres tersebut menandai akhir dari periode panjang yang diwarnai oleh dinasti politik yang kuat di Filipina.

Ferdinand Marcos Jr, atau yang lebih akrab disapa BongBong, lahir di Manila, Filipina, pada 13 September 1957. Ia mengawali pendidikannya di Oxford University dengan meraih Diploma Khusus dalam Ilmu Sosial pada tahun 1975-1978. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Wharton School of Business, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, dari tahun 1979 hingga 1981.

Karir politik BongBong dimulai pada usia yang relatif muda, saat ia menjadi Wakil Gubernur provinsi Ilocos Norte pada tahun 1981, pada usia 23 tahun. Dengan pengalaman yang terus bertambah, ia kemudian menjabat sebagai gubernur di provinsi yang sama dari tahun 1983 hingga 1986. Kemampuannya dalam memimpin terbukti ketika ia berhasil memenangkan tiga periode berturut-turut sebagai Gubernur Ilocos Norte dari tahun 1998 hingga 2007.

Selama perjalanan kariernya, BongBong juga terlibat dalam legislasi Filipina. Pada tahun 1992, ia menjadi Anggota Kongres dan menjabat sebagai Wakil Pemimpin Minoritas Dewan Perwakilan Rakyat di Distrik Kedua Ilocos Norte. Perannya dalam penyusunan Undang-Undang Dasar Kepulauan Filipina (UU Republik No. 9522) menjadi salah satu pencapaian pentingnya dalam bidang legislatif. Kemudian, dalam rentang waktu 2010 hingga 2016, ia menjabat sebagai Senator Filipina.

Kemenangan BongBong dalam pemilihan presiden mencerminkan keyakinan masyarakat Filipina terhadap visi dan programnya untuk masa depan negara. Namun, kritik dan kontroversi tidak terelakkan mengingat latar belakang politik keluarganya yang kaya akan kontroversi. Sebagai putra dari seorang diktator yang dikenal dengan kebijakan otoriter, BongBong dihadapkan pada tantangan besar untuk membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang inklusif dan progresif.

Reaksi terhadap kemenangannya bervariasi di antara pendukung setia, yang melihatnya sebagai harapan baru bagi Filipina, dan kritikus yang skeptis terhadap agenda politiknya. Masyarakat internasional juga memperhatikan dengan cermat perkembangan politik di Filipina, mengingat peran negara tersebut dalam geopolitik regional.

Dalam pidatonya setelah pengumuman kemenangan, BongBong menegaskan komitmennya untuk membangun Filipina yang lebih kuat, adil, dan maju. Ia berjanji untuk mengatasi tantangan ekonomi, sosial, dan politik yang dihadapi oleh negara tersebut, serta untuk memperbaiki citra Filipina di mata dunia.

ANGELINA TIARA PUSPITALOVA | ANDIKA DWI | NAOMY A. NUGRAHENI
Pilihan editor: Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus