Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Suara baru yang makin keras

Kunjungan sadat ke jerusalem menimbulkan terpecahnya dunia arab. berbagai kelompok dalam plo mendekati suriah, irak, libya, yaman selatan dan aljazair untuk menyabot hasil kunjungan sadat. (ln)

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUNJUNGAN Sadat ke Jerussalem telah berlangsung dua bulan yang silam. Namun, akibat yang ditimbulkan oleh kejadian yang cukup penting itu hingga kini masih tetap memenuhi udua politik Timur Tengah. Ahat yang paling jelas dari kunjungan tersebut adalah terpecahnya dunia Arab dalam dua kutub yang saling berlawanan: mereka yang setuju dengan langkah yang diambil Sadat dan yang menentangnya. Tatkala Sadat di depan sidang parlemen mengumumkan maksudnya untuk berbicara dengan para pemimpin Israel, Yasser Arafat (ketua PLO) ada di sana. Bahkan ia duduk di barisan paling mua ka, berdampingan dengan Perdana Menteri Mamdouh Salem dan Menteri Luar Negeri Ismail Fahmi. Tak sampai 48 jam kemudian Yasser Arafat langsung menghubungi Sadat untuk mencari keterangan resmi mengenai latar belakang keputusan itu. Arafat harus memberi penjelasan kepada rekan-rekannya pemimpin PO. Organisasi El Fatah yang dipimpin langsung oleh Arafat-lah yang mula-mula menanyakan kepadanya mengapa Arafat tidak segera meninggalkan sidang ketika. Sadat mengumumkan rencananya. Arafat menjawab bahwa pada mulanya ia mengira pidato Sadat itu cuma suatu manuver politik. Ketika kunjungan itu sudah pasti akan berlangsung, PLO terdesak untuk mengambil sikap. Pendapat umum di kamp-kamp pengungsi Palestina sudah dapat diterka: mereka menentang rencana Sadat itu. Kini suara-suara baru di kalangan Palestina yang menjadi pressute group, terhadap kelompok pendukung kebijaksanaan Sadat maupun terhadap mereka yang menentangnya, makin terdengar nyaring. Suara-suara yang berasal dari eselon kedua dalam organisasi organisasi gerilyawan menganjurkan agar suatu pertemuan Komite 'pusat Palestina yang diperluas diselenggarakan. Mereka pun mengusulkan agar pertemuan itu menyusun suatu program kegiatan sementara. Program itu adalah:  Mulai sekarang sudah harus menentang segala hasil inisiatif Sadat.  Menolak untuk mengakui legalitas setiap organisasi yang mewakili Palestina selain PLO.  Membentuk suatu kesatuan komando politik baru yang membawahkan seluruh aspirasi perjuangan revolusioner bangsa Palestina.  Menyusun suatu rencana darurat yang didasarkan atas anggaran biaya ketat.  Mencoba menggalang suatu front penentang Sadat di kalangan negara-negara Arab.  Memobilisasikan kekuatan-kekuatan Arab yang giat dalam Front Arab Untuk Menyokong Revolusi Palestina. Ini dimaksudkan untuk mendatangkan lebih banyak dukungan kemanusiaan dan dukungan materi bagi Palestina.  Dalam dunia internasional harus giat untuk memperoleh sokongan dan dukungan dari blok Timur. Paling Suci Program-program di atas sebenarnya sudah tercermin pula dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh PLO menjelang keberangkatan Sadat ke Jerussalem. Dikatakan: "PLO menentang kunjungan itu dan menganggapnya berbahaya serta tetap berpegang teguh pada resolusi yang dikeluarkan oleh Komite Pusat Palestina. PLO berpendapat bahwa kunjungan tersebut merupakan pengingkaran terhadap perjuangan yang paling tinggi dan paling suci dari bangsa kami." Bisa dimengerti jika bangsa Palestina sangat terkejut dengan langkah Sadat yang mereka nilai bisa memojokkan bangsa Palestina. Mereka sadar bahwa mereka harus mengobati sifat hubungan mereka dengan berbagai pemerintah Arab agar usaha Sadat ditentang. Sehubungan dengan itu beberapa kelompok Palestina yang tergabung dalam Front Penentang itu melakukan pendekatan dengan berbagai penguasa Arab secara sendiri-sendiri. Kelompok Saiqa mendekati Suriah Front Populer mendekati Irak Komando Umum Front Populer Pembebasan Palestina mendekati Libya Front Demokrasi Populer Pembebasan Palestina dengan Yaman Selatan sedangkan El Fatah dengan Aljazair. Tujuan pendekatan-pendekatan tersebut menurut Farouq Qaddoumi, kepala Departemen Politik PLO. adalah untuk mendorong berbagai pemerintah Arab bekerja sama untuk tujuan tunggal terbentuknya suatu front Arab. Dalam pertemuan darurat para pemimpin penentang di Beirut telah terjadi suatu diskusi dan pertukaran pendapat yang blak-blakam Organisasi-organisasi gerilyawan itu sadar bahwa eksistensi mereka benar-benar dalam ancaman dengan munculnya perkerkembangan terakhir yang menegangkan itu. Karenanya suatu pendekatan secara terpisah-pisah oleh tiap kelompok PLO sangatlah penting. di samping merebut simpati massa di dunia Arab. Pernyataan yang dikeluarkan oleh Saiqa, misalnya. berisi kritik diri mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaannya dimasa lalu. Ditekankan pula dalam pernyataan tersebut bahwa pertentangan Palestina-Lebanon di masa lalu lebih banyak diakibatkan oleh keadaan dan pengaruh dari dalam dunia Arab sendiri. Sekarang hal itu harus diakhiri. Solidaritas Murni Salah satu dari hasil-hasil positif pendekatan PLO dengan berbagai pemerintah Arab adalah lahirnya suatu rencana bersama antara organisasi-organisasi gerilyawan Palestina dengan Suriah. isinya:  Mensabot hasil kunjungan Sadat. Menetralisir segala langkah yang dilakukan Mesir dan penyokongnya setelah kunjungan itu berlangsung.  Mencoba menggalang suatu "solidaritas murlli Arab" untuk menghadapi fase baru perkembangan politik dunia Arab.  Merangsang timbulnya suatu langkah-langkah internasional untuk menelanjangi kebijaksanaan. Sadat dan bahayanya bagi kestabilan wilayah itu.  Menghubungi negara-negara nonblok dunia ketiga dan blok sosialis untuk memukul kembali serangan-serangan yang dilakukan oleh Zionisme.  Menyerukan diselenggarakan suatu kongres umum partai-partai, organisasi massa dan buruh demi menggugah tanggung jawab sejarah bangsa Arab.  Selalu berhubungan dan bertemu untuk mengikuti segala macam perkembangan serta secara konsekwen menjalankan hal-hal yang telah diputuskan. Front Populer Komando Umum di bawah pempinan Ahmad Jibril beberapa waktu yang lalu mengambil inisiatif untuk menghubungi pemimpin Libya Muammar Gaddafi. Ia berhasil membujuk Libya untuk memberikan dukungan terhadap Suriah serta mensponsori kedatangan Abdel-Salam Jalloud ke Damaskus. Jibril berharap agar suatu poros kaum penentang Arab yang terdiri dari Suriah, Irak, Libya, Ijazair dan Yarnan Selatan dapat terbentuk dalam waktu dekat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus