Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Presiden menjelaskan

Yayasan trikora dibentuk presiden untuk membiayai sekolah anak yatim yang orang tuanya tewas dalam aksi trikora, dwikora & timor timur. yayasan supersemar memberikan beasiswa kepada mahasiswa. (nas)

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI itu mereka berpakaian rapih. Umumnya berkain-kebaya dengan selendang warna-warni, banyak yang tampak masih muda. Banyak juga di antara para ibu itu yang membawa anak. Dan ada di antaranya yang masih digendong. Itulah 300 janda pahlawan (warakawuri) yang pada Kamis pekan lalu diterima Presiden dan Ny. Tien Soeharto di Istana Negara. Suami mereka gugur antara lain se waktu aksi Trikora merebut Irian Barat (1962) dan aksi Dwikora 'ganyang Malaysia' (1964-1965), tapi ada juga yang tewas di Timor Timur waktu isteri sedang hamil. Banyak yang menyeka airmata ketika Presiden mengenang pengorbanan para almarhum. Tapi dalam pidato singkat tanpa teks itu, Presiden lalu membuat mereka tertawa juga ketika mengenang masa mudanya. Itu terjadi di Wonogiri ketika pemuda Soeharto pindah sekolah. "Secara kebetulan saya diangkat anak oleh seorang pensiunan pegawai kereta-api," kata Presidem Penghasilah orang tua angkat Soeharto tak mencukupi, karena itu mereka terima borongan menjahit. Pemuda Soeharto yang ikut membantu lalu berkata: "Mau tahu apa yang saya Jahit?" Yang dijawabnya sendiri "Kutang. Satu hari dapat satu kodi." Nah, dari sana Presiden ingin menjelaskan perkara bantuan yang disalurkannya lewat berbagai yayasan yang dibentuknya. Rupanya ada yang mendesas-desuskan soal itu. "Baik yayasan Trikora, Darmais dan Supersemar yang saya usahakan itu maksudnya untuk membantu kepada mereka yang membutuhkan," katanya. Presiden mensinyalir bahwa apa yang dilakukannya itu menimbulkan iri-hati. "Bukan kebaikannya yang menimbulkan iri-hati untuk ditiru, tapi dalam mengumpulkan dana itu yang membuat iri-hati hingga saya dan Bu Harto dituduh memperkaya diri, korup dan smokkel," kata Presiden. Membantu Hidup Yayasan Trikora dibentuk oleh Jenderal Soeharto untuk memberi bantuan bea-siswa kepada para yatim-piatu yang orangtuanya tewas ketika didrop di Irian Barat dulu. Yayasan itu adalah salah satu pemegang saham PT Windu Kencana Menurut Presiden, dari yayasan Trikora itu sekarang sudah terkumpul Rp 662 juta. "Ini yang saya depositokan, yang bunganya saya teruskan untuk membantu hidup. Dengan demikian kalau bunganya 1% saja berarti tiap bulan akan memperoleh Rp 6,5 juta, setahun Rp 72 juta lebih. Sedang pengeluaran sekarang antara Rp 50 sampai Rp 60 juta setahun," kata Presiden. Tapi yang jauh lebih besar lagi adalah Yayasan Darmais dan Supersemar. Menurut Presiden, dana Darmais lebih kurang Rp 7 milyar. Sedang Supersemar kira-kira Rp 6 milyar, yang maksudnya untuk bantuan bea siswa kepada para mahasiswa. "Semua itu ada keuangannya sendiri," kata Presiden. "Tapi rupanya mereka tidak mengetahui bahwa uang itu bukan milik saya, melainkan uang yayasan." Para janda yang menanggung anak yatim tampak terdiam mendengar uraian itu. Jumlah mereka cukup banyak memang. Menurut catatan, terhitung 1963 ada 368 warakawuri dengan anak 1.033 yang hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus