HARI itu mereka berpakaian rapih. Umumnya berkain-kebaya dengan
selendang warna-warni, banyak yang tampak masih muda. Banyak
juga di antara para ibu itu yang membawa anak. Dan ada di
antaranya yang masih digendong. Itulah 300 janda pahlawan
(warakawuri) yang pada Kamis pekan lalu diterima Presiden dan
Ny. Tien Soeharto di Istana Negara.
Suami mereka gugur antara lain se waktu aksi Trikora merebut
Irian Barat (1962) dan aksi Dwikora 'ganyang Malaysia'
(1964-1965), tapi ada juga yang tewas di Timor Timur waktu
isteri sedang hamil. Banyak yang menyeka airmata ketika Presiden
mengenang pengorbanan para almarhum.
Tapi dalam pidato singkat tanpa teks itu, Presiden lalu membuat
mereka tertawa juga ketika mengenang masa mudanya. Itu terjadi
di Wonogiri ketika pemuda Soeharto pindah sekolah. "Secara
kebetulan saya diangkat anak oleh seorang pensiunan pegawai
kereta-api," kata Presidem Penghasilah orang tua angkat Soeharto
tak mencukupi, karena itu mereka terima borongan menjahit.
Pemuda Soeharto yang ikut membantu lalu berkata: "Mau tahu apa
yang saya Jahit?" Yang dijawabnya sendiri "Kutang. Satu hari
dapat satu kodi."
Nah, dari sana Presiden ingin menjelaskan perkara bantuan yang
disalurkannya lewat berbagai yayasan yang dibentuknya. Rupanya
ada yang mendesas-desuskan soal itu. "Baik yayasan Trikora,
Darmais dan Supersemar yang saya usahakan itu maksudnya untuk
membantu kepada mereka yang membutuhkan," katanya. Presiden
mensinyalir bahwa apa yang dilakukannya itu menimbulkan
iri-hati. "Bukan kebaikannya yang menimbulkan iri-hati untuk
ditiru, tapi dalam mengumpulkan dana itu yang membuat iri-hati
hingga saya dan Bu Harto dituduh memperkaya diri, korup dan
smokkel," kata Presiden.
Membantu Hidup
Yayasan Trikora dibentuk oleh Jenderal Soeharto untuk memberi
bantuan bea-siswa kepada para yatim-piatu yang orangtuanya tewas
ketika didrop di Irian Barat dulu. Yayasan itu adalah salah satu
pemegang saham PT Windu Kencana Menurut Presiden, dari yayasan
Trikora itu sekarang sudah terkumpul Rp 662 juta. "Ini yang saya
depositokan, yang bunganya saya teruskan untuk membantu hidup.
Dengan demikian kalau bunganya 1% saja berarti tiap bulan akan
memperoleh Rp 6,5 juta, setahun Rp 72 juta lebih. Sedang
pengeluaran sekarang antara Rp 50 sampai Rp 60 juta setahun,"
kata Presiden.
Tapi yang jauh lebih besar lagi adalah Yayasan Darmais dan
Supersemar. Menurut Presiden, dana Darmais lebih kurang Rp 7
milyar. Sedang Supersemar kira-kira Rp 6 milyar, yang maksudnya
untuk bantuan bea siswa kepada para mahasiswa. "Semua itu ada
keuangannya sendiri," kata Presiden. "Tapi rupanya mereka tidak
mengetahui bahwa uang itu bukan milik saya, melainkan uang
yayasan."
Para janda yang menanggung anak yatim tampak terdiam mendengar
uraian itu. Jumlah mereka cukup banyak memang. Menurut catatan,
terhitung 1963 ada 368 warakawuri dengan anak 1.033 yang hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini