Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Suriah Mencekam, Pemberontak Rebut dan Kuasai Istana Presiden di Aleppo

Pasukan pemberontak menguasai Istana Aleppo di Suriah. Perang menentang Presiden Bashar al-Ashad kembali pecah.

2 Desember 2024 | 09.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan pemberontak menguasai Kota Aleppo di Suriah dan Istana Presiden Bashar al-Assad pada pada Minggu malam, 1 Desember 2024, menurut laporan media Arab yang dilansir dari Jerusalem Post. Pengambilalihan istana dilakukan setelah pemberontak Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menyerbu kota Aleppo sehari sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Istana tersebut direbut bersama dengan Akademi Militer Aleppo yang berada di dekatnya. Pasukan pemberontak juga mengklaim telah merebut sistem pertahanan udara Rusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini adalah pertama kalinya sejak dimulainya perang Suriah pada 2012 hingga 2016, rezim Assad kehilangan kendali atas kota kedua Suriah. Dikuasainya Aleppo menandakan kemerosotan serius dalam kendali rezim tersebut.

Laporan menunjukkan bahwa semua pasukan Bashar al-Assad telah mengevakuasi kota. Satu-satunya wilayah kota yang tersisa yang tidak dikuasai pemberontak adalah lingkungan Kurdi utara.

Menurut Al Jazeera, pemberontak adalah pejuang dari kelompok bersenjata Hay'et Tahrir al-Sham. Mereka menyerbu kota Aleppo melalui serangan kilat, yang memaksa tentara Suriah mundur dari kota utara tersebut setelah delapan tahun berkuasa di sana.

Serangan pemberontak itu merupakan pertempuran paling sengit yang terjadi di Suriah barat laut sejak 2020, ketika Rusia dan Turki menyetujui kesepakatan untuk meredakan konflik. Saat itu pasukan pemerintah merebut wilayah yang sebelumnya dikuasai pejuang oposisi.

Pasukan pemerintah telah menguasai Aleppo sejak 2016, hampir setahun setelah Rusia melakukan intervensi untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan angkatan udaranya melakukan serangan pada hari Minggu untuk mendukung tentara Suriah, menurut laporan kantor berita Rusia.

Hay'et Tahrir al-Sham, sebelumnya dikenal sebagai Front al-Nusra, ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Rusia, Turki dan beberapa negara lain. 

Di Washington, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan pihaknya memantau situasi dengan cermat dan telah melakukan kontak dengan ibu kota regional selama 48 jam terakhir.

Protes damai meletus terhadap al-Assad menyusul protes Musim Semi Arab 2011. Namun protes tersebut segera berubah menjadi kekerasan dan kemudian menjadi perang proksi setelah tindakan keras yang meluas terhadap tokoh oposisi dan pengunjuk rasa.

Ratusan ribu orang telah terbunuh dan jutaan orang mengungsi sejak 2011. Sebagian besar pertempuran besar terhenti beberapa tahun lalu setelah Iran dan Rusia membantu pemerintahan al-Assad merebut kendali atas sebagian besar wilayah dan semua kota utama. Para pemberontak didorong ke provinsi Idlib yang berbatasan dengan Turki.

Untuk menghadapi pemberontak, militer Suriah menyatakan sedang mempersiapkan serangan balik. Serangan udara menargetkan pertemuan dan konvoi pemberontak di kota itu, menurut surat kabar pro-Damaskus Al-Watan.

Komando militer Suriah mengatakan pemberontak telah menyerang dari berbagai arah. "Ini mendorong angkatan bersenjata kami untuk melakukan operasi penempatan kembali yang bertujuan memperkuat garis pertahanan guna menahan serangan, menyelamatkan nyawa warga sipil dan tentara," kata militer dalam sebuah pernyataan.

Pilihan editor: Serangan Israel di Gaza Kembali Tewaskan Pekerja World Central Kitchen

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus