KEPUTUSAN Suzuki yang disiarkan Selasa petang itu sungguh tidak
terduga. PM yang ke-70 itu tiba-tiba saja menarik diri dari
pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP). Ini berarti Zenko
Suzuki menutup peluang untuk jabatan PM sesudah 24 bulan
berkuasa. Ada beberapa alasan dikemukakan olehnya, antara lain
demi penyelesaian beberapa masalah serius, demi keutuhan partai
dan demi sebuah persiapan yang matang untuk memperoleh
penggantinya ang tepat. Meski agak berkabut, keterangan Suzuki
itu masih bisa ditebak.
Masalah serius yang dimaksudkanny,a sangat boleh jadi
ketidakmampuannya mencegah defisit yan terus membengkak. Selama
tahunan anggaran 1981/1982, Jepang menderita defisit US$ 9,5
milyar. Tahun anggaran sekarang defisit itu diperkirakan akan
dua kali lipat, paling tidak. Hal ini sejajar dengan
kegagalannya memacu gerak ekonomi yang cuma beringsut-ingsut
belakangan ini. Di bidang moneter pun kebijaksanaannya
tersendat-sendat. Suzuki sampai terpaksa memaklumkan keadaan
"darurat fiskal" sekedar untuk lebih menekankan adanya kerawanan
defisit itu. Jumat pekan silam, pemerintahnya memaklumkan
seperangkat tindakan untuk menyangga ekonomi tapi akibatnya
nilai yen justru jadi lebih merosot terhadap dollar AS.
Di samping itu rekonstruksi adminis trasi yang baru separuh
jalan serta perubahan teks buku sejarah Jepang ikut membuat
Suzuki semakin tidak populer. Dari dalam tubuh LDP sendiri,
Suzuki banyak diserang karena kepemimpinannya yang dianggap
tidak becus. Dia pun tidak memperoleh dukungan kuat di
masyarakat. Sebuah poll baru-baru ini mencatat, dukungan untuk
Suzuki merosot sampai hanya 16%.
PM vang berusia 71 tahun itu memang tidak merahasiakan bahwa ia
menyingkir "Untuk para pemimpin muda yang bersih terutama agar
LDP selamat dari perpecahan." Para pengamat sebaliknya
meramalkan cepat atau lambat konflik itu akan terjadi juga.
Mengapa?
Seperti diketahui LDP terbagi dalam dua kelompok besar: Kelompok
Kakuei Tanaka, bekas PM yang terpaksa mundur karena terlibat
skandal Lockheed dan kelompok Takeo Fukuda, bekas PM juga yang
dalam usia 77 tahun bisa comeback.
Adapun Tanaka yang masih kuat pengaruhnya itu, dulu menjagokan
Yasuhiro Nakasone, 64 tahun, sekarang Menteri Negara Urusan
Administrasi. Tokoh yang pendapatnya konon mudah berubah-ubah
itu disinyalir punya peluang besar dan condong mementingkan
Asia. Sementara itu kelompok Fukuda menampilkan Shintaro Abe, 58
tahun yang sejak lama dipandang sebagai salah satu calon kuat
Ketua LDP.
Hingga Sabtu pagi yang lalu Nakasone dan Abe sudah mengajukan
pencalonan diri untuk pemilihan Ketua LDP. Media massa dan
pendapat umum cenderung meramalkan Nakasone akan menang.
Sementara itu para pengamat di Tokyo yakin siapa pun yang akan
jadi PM, kebijaksanaan diplomasi, pertahanan dan perdagangan
Jepang tidak akan berubah. Sementara itu Suzuki menyatakan ia
akan tetap berfungsi sebagai PM sampai terpilihnya ketua LDP
yang baru awal November yang akan datang.
Dengan keterangan ini terbantah ekaligus kekhawatiran yang
menyangkut kunjungan Presiden Soeharto ke Jepang 19-22 Oktober
ini. Dikabarkan perundingan antara kedua pemimpin itu antara
lain akan membahas beberapa hambatan perdagangan yang belakangan
ini timbul antara kedua negara, seperti ekspor yang dikaitkan
(counter purchas), dan peraturan pelayaran Keppres 18, yang
mengharuskan impor barang-barang dari luar negeri, termasuk
paket berasal dari bantuan asing, diangkut oleh kapal-kapal
berbendera Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini