METHODIST Hospital di Houston, yang disinggahi Presiden Soeharto
pekan lalu merupakan sebagihr dari Texas Medical Center di kota
berpenduduk 2 juta itu. Rumah sakit ini memang cukup terkenal di
Indonesia karena banyak tokoh yang pernah berobat pada kampiun
bedah jantung memintas (coronary bypass surgery), Prof. Michael
Ellis DeBakey, yang praktek di situ.
Memiliki 4 gedung bertingkat, rumah sakit itu mempunyai 50 kamar
bedah dengan daya tampung 1.300 tempat tidur. Sepuluh dari kamar
bedah iu dikhususkan untuk bedah jantung yang bekerja mulai
pukul 7.30 pagi sampai pukul 3 sore--bahkan terkadang sampai
tengah malam. Rata-rata 25 pasien masuk ke kamar bedah jantung
saban hari. Selama tahun 1981 dari 5.000 pasien penyakit
jantung, hampir 3.000 orang yang harus menjalani bedah bypass
di rumah sakit yang berdiri tahun 151 itu.
Sekalipun popularitasnya melambung sebagai tempat bedah jantung,
Methodist Hospital juga memiliki bagian lain seperti bedah saraf
dan bagian penyakit dalam. Berseberangan dari rumah sakit itu
berdiri pula rumah sakit St. Luke's Episcopal dengan tokoh bedah
jantung yang tak kalah hebat Denton A. Cooley. (lihat: Dua Ego
Besar di Houston). Rumah sakit ini berdiri tahun 1954 dengan
kapasitas 1.000 tempat tidur.
Tak jauh dari kedua rumah sakit yang saling bersaing itu,
berdiri gedung megah bertingkat 29 yang bernama Texas Heart
Institute. Gedung itu baru diresmikan tahun 1972, dan dibuat
berdasarkan rancangan Cooley untuk pelayanan kesehatan jantung
yang lengkap.
Tak bisa dipastikan rumah sakit jantung mana yang paling "jago".
"Tetapi yang pasti ke-27 lembaga kesehatan yang tergabung ke
Texas Medical Center memiliki peralatan dan perlengkapan
mutakhir," demikian laporan wartawan TEMPO, Yusril Jalinus yang
datang ke sana beberapa hari sebelum kunjungan Presiden
Soeharto.
Texas Medical Center didirikan dengan maksud menyatukan di satu
lokasi seluruh lembaga kesehatan untuk aktifitas nonprofit di
bidang pendidikan kesehatan, riset dan pelayanan pasien dengan
kualitas yang tinggi. Untuk keuntungan bersama, pusat kesehatan
itumembentuk divisi yang mengoperasikan mobil angkutan penumpang
sampai pun divisi parkir.
Di Amerika Serikat sendiri pelayanan bedah jantung memintas
sudah menyebar di puluhan rumah sakit. Keahlian yang
dikembangkan mula-mula oleh DeBakey dan Cooley sejak tahun
1960-an itu, sudah menjai keahlian banyak dokter. Tetapi buai
pasien dari luar Amerika, Houston memang lebih menguntungka.
Karena biaya hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan rumah
sakit yang terletak di bagian pantai barat negara itu yang biaya
hidupnya lebih tinggi. Kalau di Houston tarifnya sekitar US$
10.000, di pantai barat bisa dua kali lipat.
Kunjungan Presiden Soeharto ke pusat kesehatan di Houston itu
yang disambut DeBakey sendiri, kelihatannya akan tambah
mengangkat nama rumah sakit jantung itu. Nama Houston sebagai
pusat bedah jantung mulai menanjak di Indonesia karena beberapa
pejabat Indonesia yang berhasil ditolong di situ. Seperti
Menteri Penerangan Ali Moertopo beberapa waktu yang lalu.
Kemudian Maret 1981 DeBakey menjadi pusat pemberitaan yang
santer di Indonesia, ketika dokter yang berusia 74 tahun itu
datang bersama timnya.
DeBakey tambah menarik karena istrinya yang cantik, bekas
bintang film Katrin Fehlhaber, 41 tahun, juga turut serta.
Kedatangan DeBakey ketika itu atas undangan Yayasan Jantung Dewi
Sartika. Untuk tim dari Houston tersebut yayasan yang dipimpin
Nyonya Bustanil Arifin itu, menurut kabar mengeluarkan biaya Rp
150 juta. Tujuan utama kedatangan DeBakey ketika itu untuk
melihat kemungkinan melakukan operasi terhadap 120 orang anak
miskin yang menderita kelainan jantung bawaan (yang membuat
penderita kekurangan oksigen).
Ketika itu DeBakey hanya sempat mengoperasi 19 pasien yang
kebanyakan anak-anak di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Empat
di antaranya meninggal tak tertolong. "Karena penyakitnya udah
begitu lanjut," kata DeBakey ketika itu.
Tahun depan ahli bedah jantung keturunan Libanon itu akan datang
lagi ke Indonesia. "Tujuannya ke sini bukan hanya untuk membedah
dan mengajarkan keahliannya kepada dokter kita, tetapi juga
untuk merintis pembangunan rumah sakit bedah jantung di
Indonesia. Jadi dia datang bukan untuk bisnis, tapi
kemanusiaan," kata dr. Dede Kusmana dari Bagian Jantung Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo.
Menurut sebuah sumber, kedatangan DeBakey dan biaya operasi yang
akan dilaksanakannya akan menelan biaya sekitar Rp 1,5 milyar.
Departemen Kesehatan sendiri kabarnya menyediakan dana Rp 2 juta
untuk tiap pasien tak mampu yang akan dapat tuah ditangani
DeBakey.
Tour bedah jantung yang dilakukan DeBakey tempohari besar
pengaruhnya. Sehingga pusat perhatian orang Indonesia tertuju ke
Houston. Sekitar setengah tahun sekembalinya dia ke AS,
sekurangnya ada 13 orang Indonesia yang jadi pasien DeBakey.
Antara lain Barli Halim, duta besar di Prancis dan Menteri Muda
Urusan Pangan, Achmad Affandi.
Buat penderita jantung, Houston ibarat Mekah. Pelayanannya
lancar dan pasien diperlakukan dengan layak. "Tanggal 2 Oktober
1981 saya tiba di Houston dan sehari sesudahnya langsung masuk
rumah sakit," cerita dr. Alfian, 42 tahun, Direktur Lembaga
Riset Kebudayaan Nasional LIPI.
Yapg berkesan pada Alfian, hasil pemeriksaan dari Jakarta tetap
dipakai di Houston. Tak ada pengulangan.Enam hari setelah
diistirahatkan, dia langsung dibawa ke ruangan bedah. Sepenggal
pembuluh darahnya yang ada di kaki kanan diambil, kemudian
dipindahkan ke pembuluh darah jantung yang tersumbat. Darah
dibikin mengalir ke pembuluh yang berasal dari kaki tadi dan
memintasi daerah yang tersumbat yang membuat pasien menderita.
Operasinya berjalan 4 jam. Sedangkan Alfian tak sadarkan diri
selama 8 jam.
Doktor dalam ilmu politik itu terkagum-kagum pada pelayanan juru
rawat yang melayaninya setelah operasi. "Peralatan bisa dibeli.
Dokter bisa didatangkan. Tapi tanpa perawat yang mengerti dan
bertanggung jawab kepada pasien, pengobatan bisa tak berhasil,"
katanya.
"Serak saya keluar dari rumah sakit, saya merasa bebas dari
sakit. Hari-hari pertama seteiah operasi, bekas bedah masih
terasa sakit memang," cerita Hatid Prawira Adiningrat, penerbang
yang bekerja di PT Caltex Pacifik Indonesia.
Pertengahan Agustus 1981 dia kena serangan jantung. Dirawat di
RS Cipto Mangunkusumo. Dia berangkat ke Houston sekitar sebulan
kemudian. Hafid dioperasi oleh Cooley.
Buat kalangan dokter ahli jantung, Houston sebenarnya bukan
satu-satunya tumpuan. Di luar kelompok dokter yang banyak
bekerjasama dengan Yayasan Jantung Dewi Sartika, dokter-dokter
Indonesia ada juga yang berhubungan dengan dokter dari Selandia
Baru dan Belanda. Mereka juga melakukan operasi di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini