Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebuah Buket Dukacita

3 hari setelah disahkannya undang-undang perburuhan, terjadi aksi mogok dan huru-hara, menjalar dari gdansk ke berbagai kota polandia, ratusan demonstran ditangkap dan ada yang tewas. (ln)

23 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA konvoi truk polisi seera berangkat menuju Gdansk tidak lamasetelah aksi protes buruh galangan Benin dilancarkan Senin pekan silam. PM Jaruzelski memang cepat bertindak. UU Perburuhan yang disahkan Semj (parlemen) Polandia tiga hari sebelumnya bagaimanapun mesti diamankan, serikat buruh kalau perlu dengan taruhan apa saja. Terhadap UU yang tidak mengakui hak hidupnya inilah membuat Solidaritas bangkit sesudah terpaksa bergerak di bawah tanah sejak berlakunya UU Darurat 13 Desember 1981. Pada mulanya adalah karangan bunga, tersembul di gerbang galangan. Pukul 9 pagi masyarakat mulai berduyun memberi dukungan. Selasa keesokan harinya 2.000 orang memperkuat aksi mogok 8 jam. Teriakan "Hidup Walesa" berkumandang di udara. Dua buruh terlihat mencoret Lenin dari papan nama galangan, menggantinya dengan Solidaritas. Komite mogok yang baru saja terbentuk menghimbau semua buruh di Gdansk, Gdinya, dan Sopot, ketiganya kota industri di tepi Laut Baltik agar ikut melancarkan aksi yang sama. Namun pada hari Selasa itu juga polisi antihuru-hara mulai bertindak. Korban pertama jatuh, bukan di Gdansk tapi di Nowa Huta, kota baja di luar Krakow, selatan Polandia. Inilah kematian pertama menurut surat kabar international Herald Tribune, sejak 5 orang terbunuh dalam kerusuhan 31 Agustus silam, saat peringatan hari ulang tahun kedua Solidaritas. Meletus Rabu siang, kerusuhan di pabrik baja terbesar di Polandia itu lebih merupakan perkelahian terbuka antara polisi yang menggunakan gas air mata, bom asap dan semprotan air melawan ribuan demo yang melempar batu, botol, logam dan bom asap. Tercatat 135 orang ditangkap, 90 cedera dan Bogdan Wlosik, pemuda 20 tahun yang tertembak, meninggal di rumah sakit. Massa yang berkabung untuknya pada Kamis malam meninggalkan gereja St. Mary Queen sambil meneriakkan nama Solidaritas. Polisi tiba-tiba mengepung mereka, mengurung dengan semprotan air dan gas air mata. Sementara itu selebaran yang ditandatangani oleh Komite Antar-Pabrik di Warsawa menyerukan agar buruh siapsiap mogok seraya menunggu isyarat. Kuat dugaan akan dilancarkan mogok absen, satu aksi yang melarang buruh datang ke tempat kerja, bertentangan dengan aksi mogok tradisional Polandia yang biasanya menganjurkan buruh meletakkan saja alat-alat kerja mereka. Sumber-sumber bawah tanah hari Jumat bahkan menyerukan agar pemogolian lain dipersiapkan pekan ini di Warsawa, Gdansk dan Krakow. Tapi sebelum itu militerisasi telah diberlakukan di galangan Lenin di Gdansk, sejak Rabu. Ini berarti semua buruh terdaftar sebagai tentara, tunduk pada disiplin Angkatan Bersenjata dan mereka yang menentang harus siap-slap menghadapi risiko diseret ke pengadilan. Seorang buruh berucap, "Habis sudah. Kami tarik napas dulu." Buruh yang lain membela diri, "Apa yang bisa kami buat bila laras pistol ditekan ke kepala?" Nampaknya militerisasi itu melumpuhkan semua. Tak urung seorang pekerja tambang di Katowill mencoba meledakkan sebuah instalasi, tapi keburu ditangkap. Seorang buruh lain yang mengenakan lambang Solidaritas terjatuh di tambang tapi dikabarkan bunuh diri. "Saya terpukul. Saya tidak menyangka akhirnva begini," ujar seorang anggota komite mogok di Gdansk. "Sebenarnya kami melihat ada peluang untuk menggerakkan sesuatu yang besar di seluruh negeri," lanjut tokoh yang tidak bersedia disebut namanya itu. Memang harus diakui, 3 hari pertama aksi mogok dan kerusuhan menjalar ke pusat-pusat industri di Polandia (Gdansk, Gdinya Sopot, Krakow, Wroclaw dan Poznan) tapi cepat dipadamkan. Puncaknya adalah kematian Bogdan Wlosik di Nowa Huta seperti diutarakan di atas. Menurut anggota komite itu ada 2 sebab kelumpuhan buruh: tiadanya kepemimpinan yang terpusat, dan tiadanya dukungan yang memadai. "Kami butuh orang kuat dan berpengalaman untuk menggerakkan aksi besar, orang yang akan melompati tembok seperti dilakukan Lech Walesa tahun 1980," katanya sedih. Yany dimaksudnya ialah insiden 14 Agustus di galangan Lenin di Gdansk, tatkala Walesa, t1ko1- Solidaritas, memanjat tembok, mengambil-alih kepemimpinan aksi mogok dan melahirkan serikat buruh bebas, yang pertama dan terbesar sepanjang sejarah sosialisme di Eropa Timur. Sekarang Walesa terpisah jauh dari 9 juta buruh Solidaritas, disekap di pondok perburuan di Arlamawo kurang lebih 250 km di timur laut Warsawa. Acara tetapnya: menerima kunjungan Danuta, istrinya, dan Pastor Alojzy Orzulik. Walesa yang menurut istrinya jadi 3 kali lebih gemuk, telah menolak tawaran berunding dari pihak penguasa, kecuali para penasihatnya dibolehkan ikut bicara. Sejak itu Walesa menarik diri dalam kebisuan yang hampir-hampir mutlak, mungkin semacam protes atas penahanannya sejak 13 Desember tahun silam. Adapun UU Perburuhan yang baru ini melarang adanya serikat buruh tingkat nasional yang terpusat, mengakui hak mogok sampai batas-batas tertentu saja, menutup izin untuk serikat petani. Serikat buruh menurut UU tersebut hanya boleh dibentuk pada tingkat pabrik, yang tak pelak lagi diawasi ketat oleh pemerintah dan eksistensinya terpecah-pecah. Reaksi Barat agak terpecah. Presiden Ronald Reagan berkomentar, "Sungguh mengerikan," khusus tentang pengesahan UU Perburuhan yang baru. Tapi negara-negara Eropa Barat menolak menaikkan tarif untuk barang-barang Polandia, sesuatu yang diusulkan AS belum lama ini. Dari Vatikan Paus Johannes Paulus 11 berusaha memacu keberanian orangorang Polandia "demi perjuangan mencapai kebaikan." Sedang dari Moskwa, Menhan Dmitri Ustinov menyatakan "golongan kontra-revolusioner Polandia sudah digagalkan dan ia menawarkan dukungan penuh Moskwa untuk rezim penguasa negeri itu. Mungkin Ustinov benar untuk sementara. Pasang-surut gerakan buruh, di Polandia diduga masih akan berlangsung lama, sedangkan Jaruzelski terpaksa melakukan "penindasan merayap" sesuatu yang bukan tidak mungkin menyulitkan dia, di tengah kesuraman ekonomi yang menimpa Polandia. Apalagi jenderal itu tidak pernah memperoleh dukungan dari 36 juta penduduk yang mayoritas Katolik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus