TIGA konvoi truk polisi seera berangkat menuju Gdansk tidak
lamasetelah aksi protes buruh galangan Benin dilancarkan Senin
pekan silam. PM Jaruzelski memang cepat bertindak. UU Perburuhan
yang disahkan Semj (parlemen) Polandia tiga hari sebelumnya
bagaimanapun mesti diamankan, serikat buruh kalau perlu dengan
taruhan apa saja. Terhadap UU yang tidak mengakui hak hidupnya
inilah membuat Solidaritas bangkit sesudah terpaksa bergerak di
bawah tanah sejak berlakunya UU Darurat 13 Desember 1981.
Pada mulanya adalah karangan bunga, tersembul di gerbang
galangan. Pukul 9 pagi masyarakat mulai berduyun memberi
dukungan. Selasa keesokan harinya 2.000 orang memperkuat aksi
mogok 8 jam. Teriakan "Hidup Walesa" berkumandang di udara. Dua
buruh terlihat mencoret Lenin dari papan nama galangan,
menggantinya dengan Solidaritas.
Komite mogok yang baru saja terbentuk menghimbau semua buruh di
Gdansk, Gdinya, dan Sopot, ketiganya kota industri di tepi Laut
Baltik agar ikut melancarkan aksi yang sama. Namun pada hari
Selasa itu juga polisi antihuru-hara mulai bertindak.
Korban pertama jatuh, bukan di Gdansk tapi di Nowa Huta, kota
baja di luar Krakow, selatan Polandia. Inilah kematian pertama
menurut surat kabar international Herald Tribune, sejak 5 orang
terbunuh dalam kerusuhan 31 Agustus silam, saat peringatan hari
ulang tahun kedua Solidaritas. Meletus Rabu siang, kerusuhan di
pabrik baja terbesar di Polandia itu lebih merupakan perkelahian
terbuka antara polisi yang menggunakan gas air mata, bom asap
dan semprotan air melawan ribuan demo yang melempar batu, botol,
logam dan bom asap.
Tercatat 135 orang ditangkap, 90 cedera dan Bogdan Wlosik,
pemuda 20 tahun yang tertembak, meninggal di rumah sakit. Massa
yang berkabung untuknya pada Kamis malam meninggalkan gereja St.
Mary Queen sambil meneriakkan nama Solidaritas. Polisi tiba-tiba
mengepung mereka, mengurung dengan semprotan air dan gas air
mata.
Sementara itu selebaran yang ditandatangani oleh Komite
Antar-Pabrik di Warsawa menyerukan agar buruh siapsiap mogok
seraya menunggu isyarat. Kuat dugaan akan dilancarkan mogok
absen, satu aksi yang melarang buruh datang ke tempat kerja,
bertentangan dengan aksi mogok tradisional Polandia yang
biasanya menganjurkan buruh meletakkan saja alat-alat kerja
mereka. Sumber-sumber bawah tanah hari Jumat bahkan menyerukan
agar pemogolian lain dipersiapkan pekan ini di Warsawa, Gdansk
dan Krakow.
Tapi sebelum itu militerisasi telah diberlakukan di galangan
Lenin di Gdansk, sejak Rabu. Ini berarti semua buruh terdaftar
sebagai tentara, tunduk pada disiplin Angkatan Bersenjata dan
mereka yang menentang harus siap-slap menghadapi risiko diseret
ke pengadilan. Seorang buruh berucap, "Habis sudah. Kami tarik
napas dulu." Buruh yang lain membela diri, "Apa yang bisa kami
buat bila laras pistol ditekan ke kepala?"
Nampaknya militerisasi itu melumpuhkan semua. Tak urung seorang
pekerja tambang di Katowill mencoba meledakkan sebuah instalasi,
tapi keburu ditangkap. Seorang buruh lain yang mengenakan
lambang Solidaritas terjatuh di tambang tapi dikabarkan bunuh
diri.
"Saya terpukul. Saya tidak menyangka akhirnva begini," ujar
seorang anggota komite mogok di Gdansk. "Sebenarnya kami melihat
ada peluang untuk menggerakkan sesuatu yang besar di seluruh
negeri," lanjut tokoh yang tidak bersedia disebut namanya itu.
Memang harus diakui, 3 hari pertama aksi mogok dan kerusuhan
menjalar ke pusat-pusat industri di Polandia (Gdansk, Gdinya
Sopot, Krakow, Wroclaw dan Poznan) tapi cepat dipadamkan.
Puncaknya adalah kematian Bogdan Wlosik di Nowa Huta seperti
diutarakan di atas.
Menurut anggota komite itu ada 2 sebab kelumpuhan buruh:
tiadanya kepemimpinan yang terpusat, dan tiadanya dukungan yang
memadai. "Kami butuh orang kuat dan berpengalaman untuk
menggerakkan aksi besar, orang yang akan melompati tembok
seperti dilakukan Lech Walesa tahun 1980," katanya sedih. Yany
dimaksudnya ialah insiden 14 Agustus di galangan Lenin di
Gdansk, tatkala Walesa, t1ko1- Solidaritas, memanjat tembok,
mengambil-alih kepemimpinan aksi mogok dan melahirkan serikat
buruh bebas, yang pertama dan terbesar sepanjang sejarah
sosialisme di Eropa Timur.
Sekarang Walesa terpisah jauh dari 9 juta buruh Solidaritas,
disekap di pondok perburuan di Arlamawo kurang lebih 250 km di
timur laut Warsawa. Acara tetapnya: menerima kunjungan Danuta,
istrinya, dan Pastor Alojzy Orzulik. Walesa yang menurut
istrinya jadi 3 kali lebih gemuk, telah menolak tawaran
berunding dari pihak penguasa, kecuali para penasihatnya
dibolehkan ikut bicara. Sejak itu Walesa menarik diri dalam
kebisuan yang hampir-hampir mutlak, mungkin semacam protes atas
penahanannya sejak 13 Desember tahun silam.
Adapun UU Perburuhan yang baru ini melarang adanya serikat buruh
tingkat nasional yang terpusat, mengakui hak mogok sampai
batas-batas tertentu saja, menutup izin untuk serikat petani.
Serikat buruh menurut UU tersebut hanya boleh dibentuk pada
tingkat pabrik, yang tak pelak lagi diawasi ketat oleh
pemerintah dan eksistensinya terpecah-pecah.
Reaksi Barat agak terpecah. Presiden Ronald Reagan berkomentar,
"Sungguh mengerikan," khusus tentang pengesahan UU Perburuhan
yang baru. Tapi negara-negara Eropa Barat menolak menaikkan
tarif untuk barang-barang Polandia, sesuatu yang diusulkan AS
belum lama ini.
Dari Vatikan Paus Johannes Paulus 11 berusaha memacu keberanian
orangorang Polandia "demi perjuangan mencapai kebaikan." Sedang
dari Moskwa, Menhan Dmitri Ustinov menyatakan "golongan
kontra-revolusioner Polandia sudah digagalkan dan ia menawarkan
dukungan penuh Moskwa untuk rezim penguasa negeri itu. Mungkin
Ustinov benar untuk sementara. Pasang-surut gerakan buruh, di
Polandia diduga masih akan berlangsung lama, sedangkan
Jaruzelski terpaksa melakukan "penindasan merayap" sesuatu yang
bukan tidak mungkin menyulitkan dia, di tengah kesuraman ekonomi
yang menimpa Polandia. Apalagi jenderal itu tidak pernah
memperoleh dukungan dari 36 juta penduduk yang mayoritas
Katolik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini