TUJUH juta umat Islam di Muangthai bagaikan diguyur rahmat.
Kabinet Perdana Menteri Prem Tinsulanonda, dua pekan lalu,
menyatakan persetujuan diberlakukannya Hukum Islam bagi orang
Muslim di lima propinsi Muangthai Selatan. "Keputusan yang
menggembirakan," kata Ketua Sheikul Islam (organisasi Muslim
terkemuka di Muangthai) Haji Prasert Mohammad. Ia mengungkapkan
sudah 36 tahun masyarakat Islam dl Provinsi Pattani, Satun,
Songkhla, Narathiwat, dan Yala, menunggu kctetapan pemerintah
tersebut.
Di masa lampau penerapan hukum Islam bagi orang Muslim di
Muangthai Selatan kurang mengikat. Sebab keputusan yuridis yang
diakui pemerintah adalah ketetapan berdasarkan hukum resmi
(sipil). Akibatnya banyak orang Islam yang merasa dirugikan.
Misalnya: pemerintah tidak mengakui perkawinan atau perceraian
yang dilakukan Dato -- sebutan hakim Islam di Muangthai. Juga
pasangan suami-istri itu tidak akan mendapat keringanan pajak
dan santunan sosial lain dari pemerintah.
Tak heran bila masyarakat Islam di 5 provinsi yang
berbatasan dengan Malayia itu kurang dekat pada penguasa di
Bangkok. Bahkan dikabarkan mereka tak merasa sebagai warga
Muangthai. 'Kami ini sebetulnya keturunan Melau," kata seorang
penduduk Pattani. "Lihatlah agama, adat-istiadat, bahkan bahasa
kami tidak banyak beda dengan orang-orang di Malaysia. Juga
Indonesia."
Dalam konstitusi Muangthai sebetulnya tak ada diskriminasi
terhadap kaum Muslim. Tapi masalah minoritas (jumlah orang Islam
di lima provinsi Muangthai Selatan sekitar 14% dari seluruh
penduduk Muangthai) membuat mereka amat kurang diperhatikan.
Tetap merasa diperlakukan tidak adil, mereka dengan sadar
menyisih. Dan lahirlah Pattani United Liberation Oiganization
(PULO) dan Baisan Revolution National (BRN) --kedua organisasi
ini berkeinginan untuk memisahkan diri dari Muangthai.
PULO, yang didirikan oleh almarhum Saleh Pattani, 20 tahun
silam, tak sempat menjadi kuat. Tapi juga tidak terlalu lemah
untuk dipatahkan. Jumlah mereka sekarang diperkirakan sekitar
2.000 orang dan bersenjata. Tentang BRN tak banyak diketahui.
Selama ini pendekatan penguasa di Bangkok terhadap PULO dan
F,RN, menurut istilah tentara seba,ai bandit separatis, murni
pendekatan militer. Tidak politis seperti yang mereka inginkan.
Penguasa di Bangkok tampaknya mencoba merangkul mereka dengan
cara haru. "Orang-orang Islam itu harus dibuat merasa seperti
orang Muangthai," kata seorang pejabat pemerintah. Artinya:
kedudukan mereka di mata hukum akan sama seperti warganegara
lainnya -- sebagian besar (86%) beragama Budha. Juga pembangunan
di Muangthai Selatan akan mendapat prioritas.
Kabinet Tinsulanonda setelah menyetujui diberlakukannya hukum
Islam segera menugasi Komite Islam Muangthai untuk bekerjasama
dengan pemerintah daerah (Muangthai Selatan) untuk membuat
formulir baru agar keputusan hukumnya jadi mengikat--diakui sama
kuat dengan keputusan hukum sipil. Juga diperintahkan agar
Dato-Dato ditatar. Vahkan untuk pengangkatan baru calon Dato
diwajibkan mengikuti ujian agama dalam bahasa Thai. Beslitnya
pun akan dikeluarkan oleh Raja--sebelumnya cukup dengan Menteri
Kehakiman.
TAK hanya itu usaha pemerintah pusat untuk menarik hati orang
Islam di Muangthai Selatan. Antara lain: untuk menarik
murid-murid Islam ke sekolah negeri--sebelumnya mereka lebih
luka di madrasah --pemerintah tahun ini, telah menempatkan 493
guru agama Islam di sekolah-sekolah negeri di Provinsi Pattani,
Satun, Songkhla, Narathiwat, dan Yala. Juga disetujui untuk
menyediakan tempat bagi mahasiswa Islam di lima universitas
negeri di Muangthai Selatan, masing-masing sebanyak 250 kursi,
tanpa tes masuk.
Untuk pelayanan umum di lima provinsi Muangthai Selatan
direncanakan pula untuk membangun satu fasilitas buat memproses
peminat haji. Tempatnya di Songkhla. Sehingga umat Islam di
Muangthai Selatan yang ingin menunaikan ibadat haji tidak perlu
lagi ke Bangkok untuk mendapatkan paspor dan visa seperti selama
ini.
Usaha untuk memberlakukan hukum Islam sejajar dengan hukum sipil
di Muangthai Selatan dipelopori oleh anggota parlemen Den
Tohmina, wakil Partai Demokrat dari Pattani. Dialah motor dari
dialog antara orang pemerintah dan wakil Muslim di Songkhla,
Maret lalu, yang menggugah pemerintah pusat menelurkan keputusan
memberlakukan hukum Islam. Tapi Tohmina masih belum puas
rupanya. Mau tahu targetnya? "Hukum Islam itu harus diberlakukan
di seluruh provinsi. Bukan cuma di Muangthai Selatan," katanya.
Pelan-pelan, toh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini