Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tak Putus Dirundung Curang

Kecurangan dalam ujian masuk sekolah kedokteran di India menyeret 2.000 orang ke bui. Sekitar 40 orang meninggal secara misterius.

10 Agustus 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surendra Singh Chouhan, terdakwa kasus kecurangan dalam ujian masuk sekolah kedokteran di India, pulang larut pada Senin malam pekan lalu. Ketika dia sedang membuka pintu rumahnya, dua orang bersepeda motor menembaknya.

Dia beruntung selamat. Peluru itu cuma menyerempet kepalanya. Dia langsung dirawat di sebuah rumah sakit swasta, tapi menolak melapor ke polisi. "Aku sangat takut. Bahkan polisi pun tak bisa dipercaya," katanya kepada wartawan.

Surendra baru menghirup udara bebas setelah 19 bulan dipenjara karena membantu 12 pelajar mencurangi ujian masuk sekolah kedokteran di Andhra Pradesh pada September 2013. Dia mengutip 17,5 juta rupee (sekitar Rp 3,7 miliar) dari mereka. Pengakuannya kepada polisi menjadi dasar penangkapan Anupam Chouksey, sekretaris Sekolah Kedokteran Lakshmi Narain di Madhya Pradesh.

Surendra juga meminta Biro Penyelidik Pusat India (CBI) menyelidiki kasus A.W. Khan, pengawas ujian dalam kasusnya. Khan meninggal pada Oktober 2013 ketika penyelidikan kecurangan ujian sedang dilakukan CBI.

Sebulan sebelum penembakan Surendra, Akshay Singh, wartawan TV AajTak, dinyatakan meninggal karena serangan jantung. Saat itu dia baru saja mewawancarai orang tua Namrata Damor, pelajar yang lulus ujian sekolah kedokteran dengan cara curang, dan ditemukan meninggal dekat rel kereta api pada Januari 2012. Esoknya Arun Sharma, dekan sekolah kedokteran Netaji Subhas Chandra Bose, juga meninggal di sebuah hotel. Arun terkait dengan kecurangan ujian yang digelar Badan Ujian Profesional Madhya Pradesh atau Madhya Pradesh Vyavsayik Pareeksha Mandal, biasa disingkat Vyapam.

B.B. Purohit, anggota tim dokter yang mengotopsi Namrata, lalu angkat bicara. Tiga tahun lalu tim dokter mengumumkan bahwa Namrata meninggal karena bunuh diri. Kini Purohit mengungkap kebenaran lain: dia mati dicekik. "Ada luka di hidung dan mulutnya yang mengindikasikan dia dicekik. Juga luka di badannya yang menunjukkan dia diseret ke rel setelah meninggal," katanya. Kasus Namrata pun dibuka kembali.

* * * *

India kini menghadapi ribuan kasus kecurangan ujian, dari ujian calon guru dan polisi hingga ujian pengawas makanan dan masuk sekolah kedokteran. Gugus Tugas Khusus Madhya Pardesh dan CBI sedang menyelidiki berbagai kasus yang telah berlangsung satu dekade itu. Mereka mengendus jejak ratusan tersangka, termasuk legislator papan atas, gubernur, dan menteri. Lebih dari 2.000 orang telah ditahan dan 40 orang meninggal secara misterius. Kebanyakan mereka meninggal saat ditahan polisi atau sedang bebas dengan jaminan.

Kasus terbesar berpusat di Vyapam. Ini adalah badan otonom pemerintah di bawah Direktorat Pendidikan Teknik Negara Bagian Madhya Pradesh. Badan ini menyelenggarakan sekitar 50 ujian, dari ujian calon polisi dan perawat hingga calon arsitek dan dokter.

Kecurangan dilakukan dengan berbagai cara, dari menjual soal ujian hingga menyewa joki, yakni mahasiswa kedokteran dari negara bagian lain yang menggantikan peserta dalam ujian. Ada pula pemberi contekan, mahasiswa pintar yang duduk dekat peserta untuk membantu peserta menjawab soal ujian. Cara lain dengan membiarkan lembar jawaban kosong, yang nanti diisi oleh guru tertentu. Ada juga yang mengubah isi lembar jawaban komputer untuk mendongkrak nilai peserta.

Skandal Vyapam mencuat setelah Anand Rai, dokter di Sekolah Kedokteran Mahatma Gandhi Memorial di Indore, Madhya Pradesh, curiga atas ujian di kampusnya. Ketika ikut ujian pascasarjana pada 2005, dia menemukan pola aneh. "Sepuluh lulusan teratas adalah anak dan sanak pejabat sukses dan polisi. Mereka semua bahkan tinggal di blok asrama yang sama," katanya. Dia gusar karena anak-anak itu mendapat nilai tinggi tapi tidak pernah mengikuti kuliah dan praktek.

Pada 2007, dia mencuri dengar percakapan Deepak Yadav, seorang dokter muda, dan beberapa orang tentang ujian masuk sekolah kedokteran. "Aku melihat Deepak menempelkan pasfoto di formulir peserta," kata Anand. Belakangan, Deepak ditahan karena menjadi pemimpin para joki ujian.

Lalu, dalam sebuah acara perkawinan sahabatnya pada 2008, Anand pergi bersama dokter Jagdish Sagar. Jas Jagdish ketinggalan dalam acara itu. Karena Jagdish lama tak kembali, Anand membuka saku jas untuk mencari kontaknya, tapi malah menemukan beberapa foto dan formulir ujian masuk sekolah kedokteran. Belakangan, Jagdish ditangkap karena menjadi joki ujian dan berkolusi dengan pejabat Vyapam.

Pada 2009, Anand menuntut Vyapam menyelidiki dugaan kecurangan itu. Dewan Vyapam membentuk sebuah komisi untuk menyelidikinya. Komisi itu menemukan 280 kasus kecurangan.

Anand, yang menduga jumlah kasusnya lebih besar daripada temuan komisi, mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi Madhya Pradesh agar menyelidiki semua dugaan kecurangan dalam ujian di negara bagian itu. Penyelidik menemukan berbagai kecurangan dalam ujian yang digelar Vyapam, termasuk perjokian dan manipulasi nilai.

Anand kini menjadi pejabat kesehatan di sebuah kantor pemerintah yang kusam di Indore. Sejumlah polisi menjaga kantornya karena dia menerima ancaman pembunuhan pada Juli 2013. Pengancamnya, yang kini ditahan, ternyata asisten profesor sebuah sekolah kedokteran swasta dan otak dari berbagai kecurangan ujian.

Pengaduan Anand mendorong penyelidikan besar-besaran terhadap kasus kecurangan ujian, yang ternyata juga terjadi dalam ujian calon polisi, perawat, hingga polisi kehutanan. Penyelidik kini membidik para tokoh penting Madhya Pradesh, termasuk Menteri Besar Madhya Pradesh Shivraj Singh Chouhan dan Gubernur Ram Naresh Yadav.

Sistem pendidikan kedokteran India merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Negeri itu punya 381 sekolah kedokteran negeri dan swasta serta menghasilkan 30 ribu dokter per tahun. Lebih dari 70 ribu mahasiswa mengikuti ujian sarjana dan pascasarjana setiap tahun. Bulan lalu, Mahkamah Agung India memerintahkan 600 ribu lebih calon dokter mengikuti ujian ulang setelah menemukan soal ujian bocor.

"Ini lebih besar daripada Ali Baba dan Lima Puluh Pencuri," kata Menteri Dalam Negeri Madhya Pradesh Babulal Gaur. "Skandal itu telah mencoreng negara bagian ini. Dokter-dokter kami menderita. Jika kamu dokter dari sini, orang akan bertanya 'apakah kamu asli atau palsu'."

Kurniawan (NDTV, Times of India, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus