DIMAS Pundato, seorang tokoh MNLF yang memisahkan diri dan membentuk kelompok Refermis MNLF, sudah 20 tahun berlindung di bawah sejumlah nama samaran. Wartawan TEMPO Ekram H. Attamimi, berhasil mewawancarai tokoh ini di rumah sahabatnya, si Selangor, Malaysia, beberapa hari sebelum keberangkatannya ke Manila dua pekan lalu. Petikannya: Mengapa Anda memisahkan diri dari MNLF? Pada tahun 1981, timbul perbedaan pendapat tentang penanganan organisasi dengan Brother Nur, sehingga saya terpaksa memisahkan diri dan membentuk kelompok Refromis MNLF. Saya menggunakan kata "Refromis" karena motifnya hanya memulihkan organisasi yang terpecah waktu itu. Malangnya, justru mengakibatkan kesalahpahaman. Perbedaan pandangan dalam soal-soal organisasi saya anggap hanya bersifat sementara saja. Setelah dua kali saya berbicara dengan Misuari, rasanya tinggal tunggu waktu bagi kelompok kami untuk rujuk kembali. Sebab, suku-suku kami di Mindanao selalu hidup dalam kerukunan. Ada empat suku utama yang membentuk bangsa Moro, yaitu Maguindanao (Hashim Salamat dari suku ini), Meranau atau Iranon (suku saya), Samals dan banjau yang berasal dari keturunan Bugis dan Tausug, suku Misuari. Saya pun telah bertekad untuk memngembalikan persatuan antara ketiga kelompok yang terpecah itu. Malah, jika bangsa Moro memilih Nur Misuari atau Hashim Salamat sebagai pemimpinnya, kami, kelompok Reformis MNLF, dengan ikhlas mendukungnya. Berapa kekuatan pejuang Moro yang bergabung dalam kelompok Reformis MNLF? Jumlahnya meningkat tiap hari. Yang pasti, setiap kelompok mempunyai beberapa ribu pejuang yang siap tempur. Saya berani memperkirakan pasukan tempur Bangsa Moro yang aktif mencapai lebih dari 50 ribu personel. Jika ditambah dengan mereka yang tak aktif karena kekurangan senjata, bisa mencapai 70 ribu orang. Pada umumnya, kami mendapat latihan dasar militer dari beberapa negara. Kemudian kami kembangkan dengan menerapkan tehnik-tehnik yang, misalnya, kami dapatkan dari menonton film. Ternyata, hasilnya sungguh memuaskan. Jadi seluruh dana perjuangan kelompok Anda berasal dari para pejuang sendiri? Porsi terbesar memang dari orang-orang kami. Dalam suatu pertempuran misalnya, jika kami berhasil memukul mundur musuh, maka logistik mereka jatuh ke tangan kami. tetapi, kita akui memang OIC memberi bantuan moril dan politis. Ada juga beberapa negara Islam yang secara individu -- bukan secara resmi -- memberi bantuan materi, tetapi jumlahnya hanya sekedar saja. Setahu Anda, di mana kubu kuat kelompok Reformis MNLF? Kubu kuat kami khususnya di Provinsi Lanao del Sur dan lanao del Norte. Tapi pasukan kami terbesar di seluruh wilayah Bangsa Moro di Mindanao. Berarti di semua 13 provinsi itulah. Bagaimana hubungan Reformasi dengan kelompok agama lain, seperti Protestan, Katolik? Kristen di Mindanao pecah dalam tiga opini. Ada yang sama sekali menentang perjuangan kami, karena mereka itu vested interest. Mereka tahu, jika kami menang, posisi mereka akan terancam. Kelompok kedua tidak menentang tapi tidak juga tidak memihak kami. Kelompok ketiga terdiri dari penganut Kristen yang baik, yang memahami perjuangan kami. Seandainya otonomi diberikan nanti, sanggupkah Bangsa Moro bersatu, mengingat kini ketiga pemimpin faksi masih belum dapat bersatu kembali? Oh, tentu saja bisa. Terbukti dalam sejarah, Bangsa Moro dengan mudah bersatu di bawah satu arah. Saya percaya kini pun kami sedang dalam masa transisi sebelum persatuan abadi tercapai. Tahun lalu, saya lupa tanggalnya, kami bertiga bertemu di Arab Saudi, membicarakan langkah-langkah agar bisa bersatu kembali. Bagaimana dengan syarat utama pemerintahan Cory, yang meminta agar Bangsa Moro bersatu sebelum otonomi diberikan? memang ini menjadi masalah. Tapi, saya yakin hal ini bukanlah penghalang terbesar. Penyebab utama yang sebenarnya adalah pemerintahan Cory menawarkan porsi yang sangat kecil, 10 dari 13 provinsi yang sudah diputuskan dalam Perjanjian Tripoli. tentu saja Nur Misuari tidak bisa menyetujui ini. Kami selalu terbuka bagi penyelesaian politik, tapi dari sekian banyak formula yang ditawarkan, tak satu pun yang memuaskan bagi kami. Tawaran mereka terlampau sedikit, hingga kami menilai tak ada lagi ketulusan dari pihak sana. D.P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini