Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Profil Hussam Abu Safiya, Direktur Rumah Sakit di Gaza yang Ditahan Israel

Anaknya dibunuh, ia sendiri terluka dan pernah ditahan, tetapi Hussam Abu Safiya tidak pernah gentar akan ancaman Israel.

31 Desember 2024 | 03.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, menunjukkan kerusakan yang terjadi di dalam fasilitas tersebut kepada seorang reporter, 18 Desember 2024. Reuters/Stringer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kekhawatiran meningkat terhadap keselamatan direktur salah satu rumah sakit terakhir yang masih berfungsi sebagian di Gaza utara setelah militer Israel menahannya, Al Jazeera melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hussam Abu Safiya, 51 tahun, ditangkap oleh pasukan Israel dalam penyerbuan ke Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya pada hari Jumat. Pada Minggu, beberapa mantan tahanan di Sde Teiman, sebuah penjara militer di gurun Negev, Israel, mengatakan bahwa direktur dan petugas medis lainnya dari Kamal Adwan ditahan di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa mereka kehilangan kontak dengan Abu Safiya setelah penyerbuan tersebut, yang juga menyebabkan puluhan staf medis dan pasien dikeluarkan oleh tentara Israel.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza, Munir al-Barsh, mengatakan bahwa Abu Safiya dipukuli dengan tongkat oleh pasukan Israel, yang memaksanya untuk menanggalkan pakaian dan mengenakan pakaian yang diperuntukkan bagi para tahanan.

Penahanan Abu Safiya mengundang kecaman dari dunia internasional. Presiden Kolombia Gustavo Petro menyatakan solidaritasnya kepada direktur Rumah Sakit Kamal Adwan ini, Senin.

Dikutip Al Mayadeen, ia menggambarkan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, Dr. Hussam Abu Safiya, sebagai "pahlawan sejati dalam hal etika medis dan pelayanan kepada orang lain dan rakyatnya."

Dalam sebuah tulisan di X, Petro menekankan bahwa pemenjaraan Abu Safiya oleh militer penjajah Israel "hanya memperlihatkan kepengecutan rezim penindas yang menahannya."

Ini adalah kedua kalinya dalam beberapa bulan terakhir Abu Safiya ditahan oleh pasukan Israel saat mereka melakukan genosida di Gaza.

Inilah yang perlu kita ketahui tentang Abu Safiya:

Abu Safiya, seorang dokter spesialis anak, adalah tokoh penting dalam sistem perawatan kesehatan di Gaza. Ia memiliki gelar master dan sertifikasi dewan Palestina di bidang pediatri dan neonatologi.

Dikenal juga dengan nama panggilan Abu Elias, Abu Safiya lahir pada 21 November 1973, di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara. Keluarganya mengungsi pada 1948 dari kota Hamama, Palestina, di distrik Ashkelon.

Abu Safiya menolak beberapa kali perintah Israel untuk meninggalkan Rumah Sakit Kamal Adwan setelah militer Israel memberlakukan blokade yang menghancurkan di Jalur Gaza utara pada 5 Oktober. Pengepungan tersebut membuat Israel memutus pasokan makanan dan air untuk warga Palestina di daerah tersebut sambil melancarkan serangan udara dan melakukan penembakan, menewaskan ratusan warga sipil.

Pengepungan ini juga berdampak buruk pada rumah sakit di wilayah tersebut. Abu Safiya sempat ditangkap dan kemudian dibebaskan ketika pasukan Israel menyerbu fasilitas tersebut pada akhir Oktober lalu dan menahan 44 anggota stafnya, sehingga menyisakan dia dan beberapa pekerja medis untuk merawat puluhan orang yang terluka.

Dalam operasi yang sama, pasukan Israel membunuh putra Abu Safiya, Ibrahim, dalam sebuah serangan pesawat tak berawak di pintu gerbang rumah sakit. Sang dokter memimpin doa pemakaman untuk putranya di halaman rumah sakit, dan menuduh militer Israel membunuh putranya untuk menghukumnya karena menolak meninggalkan rumah sakit.

Meskipun ada pengepungan, tim medis, yang terdiri dari beberapa dokter seperti Abu Safiya dan sekelompok kecil perawat, tetap tinggal di rumah sakit, menolak perintah berulang kali dari militer Israel untuk pergi.

Dengan tetap tinggal di rumah sakit, Abu Safiya terus memberi informasi kepada dunia tentang serangan Israel yang dilakukan hampir setiap hari, mengeluarkan pernyataan video dan memohon intervensi internasional untuk mengakhiri serangan tersebut.

Dia terluka oleh pecahan peluru dari serangan pesawat tak berawak Israel ke rumah sakit pada 23 November ketika dia keluar dari ruang operasi. Ia mengalami enam luka pecahan peluru di pahanya, yang menyebabkan pembuluh darah dan arteri pecah. Namun ia bersikeras untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Ini tidak akan menghentikan kami," katanya. "Saya terluka di tempat kerja saya, dan itu adalah suatu kehormatan. Darah saya tidak lebih berharga daripada darah rekan-rekan saya atau orang-orang yang kami layani. Saya akan kembali ke pasien saya segera setelah saya pulih."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus