SEBUAH tindakan pengamanan langsung dilakukan oleh Departemen Pertahanan AS Sabtu pekan lalu: membatasi penggunaan peluru kendali Sea Sparrow, rudal antipesawat udara itu. Ini setelah insiden lepasnya dua rudal tersebut dari kapal induk Saratoga, sewaktu latihan perang dengan Turki, pekan lalu. Tak hanya itu. Kepala operasi kapal tempur AS, Laksamana Frank Kelso, juga memerintahkan untuk meneliti kembali seluruh prosedur penembakan rudal yang cukup pelik. "Mulai dari operatornya sampai ke pemeliharaan dan komponen peranti kerasnya," ujar Frank Kelso. Hingga ditemukan kenapa terjadi salah tembak. Selama 17 tahun mengoperasikan rudal antipesawat udara itu, pihak Angkatan Laut AS tak pernah melakukan kesalahan. Maklum, untuk menembakkan rudal Sea Sparrow, para operatornya harus menempuh prosedur yang berbelit belit dan mengoperasikan sejumlah tombol yang membingungkan. Jadi, kesalahan itu dinilai tak wajar. Dalam insiden saat latihan perang antarnegara anggota NATO di Laut Aegean itu, kapal perusak Muavenet, milik Turki, hancur dihajar rudal Sea Sparrow yang "terlepas" dari kapal induk Saratoga. Lima pelaut Turki dinyatakan tewas, termasuk satu di antaranya kapten kapal Muavenet. Lima belas orang lainnya luka-luka. Peristiwa salah tembak tersebut setidaknya memperburuk citra Angkatan Laut AS. Pada tahun 1989 Angkatan Laut AS juga memerintahkan penghentian operasi armadanya selama dua hari gara-gara sejumlah insiden di laut dan udara yang menewaskan sedikitnya 10 pelaut AS dan melukai 71 orang lainnya. Dan peristiwa yang sangat menggemparkan dunia adalah penembakan sebuah pesawat sipil Iran di Teluk Persia oleh kapal AS Vincennes, pada tahun 1988. DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini