Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Telur busuk untuk bekas nazi

Reuni veteran divisi ss, pasukan elite nazi, dikota neaawlwang, jer-bar, disambut dengan ribuan demonstran yang didukung oleh dewan kota. peristiwa ini buntut kunjungan reagan ke makam bitburg. (ln)

18 Mei 1985 | 00.00 WIB

Telur busuk untuk bekas nazi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
NESSELWANG, kota kecil yang tenang di kawasan Bavaria, Jerman Barat, mendadak hiruk-pikuk, akhir pekan lalu. Sekitar 5.000 demonstran mengepung hotel Krone di kota dekat perbatasan Austria itu, tempat 400 veteran serdadu Nai, sebagian bersama istri mereka, melakukan reuni. Dalam bentrokan yang terjadi, 15 polisi dan 4 demonstran mengalami cedera. Petugas keamanan menahan 71 demonstran, 56 di antaranya dilepaskan setelah melalui pemeriksaan singkat. Peristiwa ini, tampaknya, masih merupakan buntut kunjungan presiden AS Ronald Reagan ke makam Bitburg, tempat prajurit SS dikuburkan, dua pekan lalu. "Reagan adalah presiden paling jempol yang pernah dimiliki Amerika," kata Walter Krueger. Pujian ini bisa terdengar seronok bila Krueger, 72, bukan seorang bekas mayor pada pasukan elite Nai, Waffen-SS. Ia juga wakil ketua Asosiasi Sahabat Lama Korps Panser Pertama SS, kesatuan yang bereuni di Nesselwang tadi. Hotel Krone sendiri memang dikelola oleh seorang bekas anggota SS. Maka, tidak heran bila dua pekan lalu pun di situ ada reuni veteran divisi SS yang lain. Mereka berkumpul di ruangan tertutup. Wartawan Reuter yang mencoba mencari keterangan melalui telepon hanya berhasil mencapai portir, yang memekikkan "Heil Hitler!", lalu membanting pesawat. Sebaliknya, para demonstran, yang dikerahkan serikat-serikat buruh setempat, dan didukung Dewan Kota Nesselwang yang konservatif, tidak mengenal putus asa. Mereka meneriakkan "Enyahlah Nazi Babi!", dan melempari hotel dengan telur busuk, cat, kayu, serta bom molotov. Sehingga polisi terpaksa menggunakan semprotan dan gas air mata untuk membubarkan massa. Korps Panser Pertama SS merupakan gabungan Leibstandarte (pengawal pribadi) dan divisi-divisi pemuda Hitler. Dalam Perang Dunia II, korps ini malang melintang di front Rusia, melawan pasukan Sekutu di Normandia, dan menjadi tulang punggung ofensif Ardennes Hitler, yang meliputi Prancis Utara, Belgia Tenggara, dan Luksemburg. SS (Schutzstaffel), yang berarti "eselon pertahanan", dibentuk sebagai pasukan elite Partai Naii, dan bernaung di bawah administrasi yang sama dengan Gestapo. Pasukan berseragam hitam ini dibagi dalam tiga kelompok militer: pengawal pribadi Hitler, pengawal kamp konsentrasi, dan berbagai kesatuan yang dikelompokkan di bawah nama Waffen-SS - alias "SS-bersenjata". Pada 1929, Hitler menunjuk Heinrich Himmler sebagai komandan SS. Pada 1933 saja, SS sudah merekrut 52 ribu serdadu. Pada 17 Desember 1944, 74 anggota Leibstandarte membunuh 71 tahanan perang AS di Malmedy, Belgia. Seorang di antara pembunuh itu, konon, ikut dalam reuni di Nesselwang. Menurut sejarawan AS George Stein, Korps Panser Pertama juga membantai 64 tahanan Inggris dan Kanada, dekat setelah invasi Sekutu ke Prancis, Juni 1944. Di front Rusia, pada tahun pertama PD II saja, pasukan ini membunuh 90 ribu tahanan. Pemerintah Jerman Barat setelah PD II memang mengizinkan asosiasi veteran SS berkumpul, asal mereka tidak mempropagandakan gagasan Nazi. Dalam kenyataannya, semangat neo-Nazi malah muncul di sana-sini. Antara lain kelompok yang menamakan dirinya "Pemuda Viking", yang mencoba melancarkan antidemonstrasi di Nesselwang itu. Para veteran yang bereuni itu mengaku sebagai pejuang-pejuang garis depan SS. Tetapi mereka membantah terlibat dalam pembantaian tahanan yang dilakukan Hitler. "Sebagai anggota pasukan tempur garis depan, kami bahkan tidak pernah melihat kamp konsentrasi," ujar Ludwig Bergmann, 70. "Kami hanyalah sekumpulan orang tua yang dilibatkan dunia ke dalam keJahatan yang dilakukan SS," kata seorang veteran lainnya. Tetapi 5.000 demonstran, di antaranya 400 rocker dan anarkis militan, tidak ambil peduli. Dalam rapat umum, yang diizinkan polisi mereka kembali mencaci maki kebiadaban Waffen-SS. Di antara pembicara tampil Camille Senon, satu di antara hanya tujuh orang yang selamat dari pembantaian Waffen-SS di Desa Oradour-Sur-Glane, Prancis, 1944.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus