Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Teng, melankolik agak membosankan dan efektif

Teng hsiao-ping diberitakan akan menduduki jabatan sebagai wakil pm, wakil ketua partai, kastaf ab, wakil ketua komisi militer sentral komite partai komunis. karir politik teng dan sistem politik cina.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH kejutan yang tidak begitu mengejutkan, datang lagi dari Peking. Tanggal 19 bulan silam, di jalan-jalan strategis di tengah keramaian kota bermunculan lagi poster-poster dinding memberitakan rehabilitasi Teng Hsiao ping ke kedudukan semula. Bahkan di sepanjang tembok dekat Kementerian Hubungan Ekonomi Luar Negeri terpampang sebuah spanduk sepanjang empat puluh meter. Tertulis di situ, dengan hurup-hurup besar dan warna menyolok: "Menyambut rehabilitasi Kawan Teng Hsiao-ping sebagai Wakil Perdana Menteri, Wakil Ketua Partai, Kepala Staf Angkatan Bersenjata dan Wakil Ketua Komisi Militer Sentral Komite Partai Komunis." Menurut kabar spanduk raksasa itu dibuat oleh pegawai-pegawai departemen tersebut yang sangat bersemangat dalam menyambut peristiwa yang telah lama mereka nantikan. Angan-Angan Para penguasa kota memerintahkan agar poster-poster di seluruh kota dirobek atau diturunkan. Para penjabat Departemen Luar Negeri yang diminta pendapat mereka tak bersedia memberikan keterangan. Kecuali: "Rehabilitasi Kawan Teng akan diumumkan pada waktunya yang tepat." Ini membuat para pengamat politik di kota itu sedikit skeptis. Jangan-jangan ini hanya angan-angan belaka. seperti yang terjadi beberapa bulan lalu. Tetapi, anehnya, spanduk sebesar gajah itu dibiarkan saja. Sehingga dugaan menjadi kuat lagi: kali ini apa yang dikatakan poster-poster segera jadi kenyataan. Itu tambah diperjelas oleh tampilnya orang yang dinantikan itu di layar TV bersama Hua Kuo-feng dan Menteri Pertahanan Yeh Chien-ying. Rentetan peristiwa itu terjadi tanpa -- sampai saat tulisan ini disusun - dikeluarkannya pengumuman resmi baik dari Partai maupun Pemerintah oleh jadi penguatan dan penetapan kembalinya Teng dan pemecatan janda Mao dan kawan-kawan dari keanggotaan Partai akan dilakukan dalam kongres Partai Komunis Cina yang menurut kabar akan dilangsungkan sebelum tahun ini berakhir. Meski demikian malam berikutnya pendukung Teng berpesta-pora di jalan-jalan utama Peking sambil membunyikan segala macam tetabuhan dan memasang kebang api. Sebenarnya. rehabilitasi Teng merupakan puncak segala sasus yang beredar di negeri itu sejak Januari. Menarik bahwa hanya enam belas bulan yang lalu surat-surat kabar dinding Shanghai - pusat umat radikal - menuntut agar Teng digantung sampai mati. Ia dikutuk sebagai "musuh Ketua Mao dan memperoleh julukan satu dari tiga pengkhianat terbesar dalam sejarah komunisme di Cina. Karena itu segala pangkat dan kedudukan direnggutkan dari Teng, walaupun ia tak dipecat sebagai anggota partai. Tapi itulah pula satu-satunya harapan yang sangat tipis - yang bisa mengangkatnya kembali dari kedudukan terhina dan membersihkan dirinya. Dan semuanya sekarang telah jadi kenyataan. Ada beberapa hal yang menyebabkan ini bisa terjadi, meskipun dalam suasana politik seperti di Cina di mana segala hal tidak mustahil. Pertama-tama ia punya sekelompok penyokong kua di kalangan tentara - golongan yang akhir-akhir ini berperan besar dalam percaturan. Di sini ia punya kawan-kawan dan pengikut berkedudukan kuat, berpengaruh dan setia. Di masa lalu. hagaimana pun kaum radikal berusaha melunturkan pengaruh Teng di kalangan tentara, mereka selalu gagal. Selain itu kepandaiannya sebagai administrator telah menyebabkan namanya identik dengan Mendiang Chou En-lai. Tak Suka Humor Dengan begitu ia populer di kalangan massa. Kemudian, tentu saja, babatan yang diayunkan Hua Kuo-feng terhadap "Komplotan Empat" beserta sisa-sisa pengikutnya, menyebabkan jalan kembali Teng makin lebar dan rata. Kebangkitan Teng dari "mati politik" untuk kedua kalinya ini membuktikan pula, bahwa tak ada satu hal yang sanggup menahan dia. Kecuali nanti, usianya Teng Hsiao-ping berasal dari Propinsi Szechuan, berumur 74 tahun. Ia bermuka melankolik, dikenal sebagai seorang pragmatis yang ingin segala sesuatu dikerjakan dengan sempurna. Bicaranya agak membosankan. tajam dan terus terang, sehingga banyak lawan politiknya mengatakan ia somhong. Teng tak suka humor, tapi ia seorang patriot yang efektif di belakang meja, dalam perundingan maupun di medan tempur. Banyak ahli Cina berpendapat bahwa kekasaran dan keterus-terangannya jadi salah satu penyebab banyak orang yang memusuhinya. Teng sangat senang mengenakan kaus kaki putih. Perokok berat. Di mana pun serta dalam keadaan apa pun, tak mau melepaskan kebiasaan itu. Dalam berbagai perundingan atau acara penerimaan tamu luar negeri, sebuah kotak kecil tempat ludah tak pernah jauh dari tangannya. Apa yang kurang pada Teng cuma tinggi badannya. Ia pendek: hanya satu setengah meter lebih sedikit. Tapi kekurangan ini ditebusnya dengan kemampuan hebat sebagai organisator. Filsafat kerjanya sangat terkenal, dan biasa disimpulkan dalam kalimat pendek: "Warna kucing itu hitam atau putih tak usah dipedulikan. Yang penting ia bisa menangkap tikus." Inilah yang selalu digunakan golongan radikal untuk mengutuk Teng. Menjelang pecahnya Revolusi Kebudayaan tahun 1966, ia berkedudukan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina dan anggota Politbiro (kabinet dalam partai). Ia telah memeang kedudukan itu selama sepuluh tahun. Namun, dalam kampanye menyapu bersih "unsurunsur kanan dalam partai" yang dilancarkan Mao dan pengikut-pengikutnya, ia terpental keluar. 'Empat Modernisasi' Tak satu pun terdengar mengenai dirinya sampai 1973, ketika secara tiba-tiba ia muncul kembali dan direhabilitir. Ia terangkat kembali berkat Chou Enlai. Chou waktu itu sudah sakit-sakitan dan merasa memerlukan orang yang bakal menggantikannya. Dengan cepat bintang Teng melesat. Ia jadi Wakil Perdana Menteri dan lambat tapi pasti mengambil alih seluruh tugas Chou. Tanda-tanda kuat menunjukkan ia akan jadi penggantinya. Tapi sejak 1973 itu pula golongan radikal di sekitar Chiang Ching tak menyenangi rehabilitasi yang dilakukan untuk para kader senior Partai yang jadi korban Revolusi Kebudayaan itu. Walaupun sebagian besar dari mereka telah menjalani "masa penyucian diri" yang terdiri dari kritik, oto-kritik dan kerja paksa. Sejak tahun itu pula kaum radikal menyerang para "pqalan kapitalis," yang terdiri dari Chou En-lai dan teknokrat-teknokratnya. Berbagai kampanye dijalankan. Sehingga ketika kampanye anti Kong Hu Cu dan anti Lin Piao muncul pula, suasana sedemikian panasnya -- sampai ada dugaan bahwa suatu revolusi kebudayaan lain akan meledak. Menjelang berakhirnya tahun 1975, pertentangan radikalis pragmatis makin hebat. Konstitusi baru RRT yang disahkan setelah Kongres Rakyat Nasional bersidang bulan Januari 1975, mengizinkan pemilikan-pribadi terbatas, pengerjaan tanah dengan luas terbatas untuk kepentingan pribadi, dan pekerjaan sambilan dalam komune rakyat. Mao Tse-tung - yang karena kesehatannya tak berpartisipasi dalam Kongres - sebulan kemudian memerintahkan dijalankannya satu program "membatasi hak-hak borjuis" -- terutama dalam skala penggajian yang terdiri dari delapan tingkat. Kemudian Chang Chun-chiao dan Yao Wen-yuan mengeluarkan tulisan yang menyerang kebijaksanaan Chou (dan Teng) yang telah disetujui KRN. Yaitu empat modernisasi' yang terdiri dari pertanian, industri, pertahanan nasional dan ilmu pengetahuan & teknologi. Namun, sebegitu jauh Chou En-lai dan kawan-kawan masih bisa bertahan. Mewakili Klas Kapitalis Kepergian Chou untuk selama-lamanya membuat segalanya berubah. Kematian Chou telah menyebabkan Teng kehilangan pelindung. Lagi pula, kebencian golongan radikal terhadap Chou yang di waktu lalu tak tersalurkan, sekarang menimpa Teng. Tenglah yang menjadi pembicara utama dalam upacara penghommatan terakhir Chou dan pemakamannya. Dan ternyata itu merupakan penampilannya yang terakhir di muka umum dalam babak kedua kehidupan politiknya. Sebab sejak Oktober 1975, kaum radikal menyerang semua kebijaksanaan Teng yang hakekatnya kelanjutan dari yang telah dirintis Mendiang. Sekali lagi Teng jadi "pejalan kapitalis" dan "orang yang berusaha membalikkan hasil-hasil Revolusi Kebudayaan." Mula-mula nama Teng tak pernah disebut. Makin lama jelaslah bahwa memang ia alamatnya. Konon bahkan Mao sendiri mengatakan: "la tak tahu sedikit pun tentang Marxisme-Leninisme. Ia mewakili kelas kapitalis." Sehingga sekali lagi ia terhempas dari panggung politik. Sekarang segala sesuatunya telah berakhir. Sistim Politik Cina Tetapi naiknya kembali Teng membuktikan bahwa beberapa perkiraan mengenai keadaan politik di Cina di waktu lalu, meleset. Di awal tahun ini ketika desas-dcsus tentang rehabilitasinya tidak terbukti, ada yang mengatakan Hua agak takut tersaingi oleh orang cakap ini. Li llsien-nien, katanya, tak menginginkan Teng kembali, karena ia mengincar kursi perdana menteri untuk dirinya sendiri. Bahkan Marsekal Yeh Chien-ying, militer yang paling dekat dengan Teng, khawatir karismanya akan tersaingi. Dugaan-dugaan ini, dengan kembalinya Teng secara nyata, jelas tak berdasar. Sebab suatu saat beberapa bulan yang lalu, menurut kabar, Yeh Chienying berbicara di muka kader-kader tua dan muda dari segala tingkatan. Marsekal itu mengatakan bahwa dia dan Teng Hsiao-ping, serta kawan-kawan lain seangkatannya, telah bulat hati membantu Hua Kuo-feng memimpin Cina menjadi suatu negara besar dan modern dalam memasuki abad ke-21. Dengan begitu keterlambatan rehabilitasi boleh jadi karena alasan lain. Ada dugaan bahwa duduk-kembalinya Teng yang kelewat cepat malah bisa menyebabkan kekacauan baru. Terutama karena pembersihan atas pengikut-pengikut janda Mao dan kawankawannya belum rampung. Sekarang barangkali Hua dan kawan-kawan berpendapat keadaan telah normal kembali, sehingga Teng boleh menyembul dari dalam. Apa pun alasan yang dikemukakan Hua untuk merehabilitir Teng, tindakan ini sebenarnya merupakan pengingkaran dari apa yang dipesankan Mao. Jelas: lima belas bulan yang lalu Teng dipecat atas perintah dan restu Mao. Ini memang bisa membawa kepada pertanyaan: apa yang akan terjadi dengan nasib Mao sebagai tokoh dan Maoisme di kemudian hari? Banyak kemungkinannya. Pertama, seperti yang terjadi di Rusia terhadap Stalin, adalah 'de-Maoisasi.' Ujudnya serangan-serangan atas kekeliruan-kekeliruan Mao semasa hidupnya. Tetapi kemungkinan ini kecil. Mao setaraf dengan Lenin -- bukan Stalin - sebab ia adalah sang pendiri dan peletak dasar. Tambahan lagi tak ada alasan untuk mengutuk Mao, karena di masa lalu sudah berpuluh orang jadi korban sebagai kambing hitam atas kesalahan-kesalahan Mao Begitu pula, apa yang dinamakan Fikiran-fikiran Mao (Mao Tse-tung Ssuhsiang) begitu kompleks dan mudah ditafsirkan berbeda-beda, dan bisa dijadikan dasar kebijaksanaan tertentu yang oleh Mao sendiri - andaikata ia masih hidup -- dapat dikatakan keliru, "borjuis" atau pun "revisionis." Kemungkinan yang lebih masuk akal ialah. Maoisme akan tetap dianut sebagai dasar sistem politik Cina. Namun lambat-laun ia akan jadi rutin dan kehilangan peranannya sebagai pembimbing dalam pengambilan keputusan dan penyusunan kebijaksanaan. Ia mungkin akan jadi alat legitimasi bagi kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sebenarnya pragmatis. Ini berarti para penguasa di Peking sekarang - apalagi dengan duduk kembalinya Teng - yang menitik beratkan program pada pembangunan ekonomi serta kestabilan politik, akan menganut kebijaksanaan yang makin jauh dari yang dicita-citakan Mao. yaitu kemurnian ideologi dan revolusi di atas segala-galanya. Asimilasi Ideologi Tetapi ini juga tidak berarti peranan ideologi di negeri itu berakhir. Paling tidak, Maoisme akan memberi perbendaharaan kata dalam mendiskusikan dan memperdebatkan masalah-masalah mana saja dalam pembangunan ekonomi dan politik yang akan mendapat prioritas utama. Apa yang akan terjadi barangkali adalah suatu tingkat "pragmatisasi" Maoisme. Bukti ke arah itu sekarang sudah kelihatan. Dalam kumpulan tulisan Mao setelah 1949, ada beberapa hal yang ditafsirkan kembali. Pemujaan secara anumerta terhadap Mendiang Chou En-lai dengan sebutan "Perdana Menteri Chou yang tercinta dan mulia," barangkali akan menumbuhkan suatu asimilasi ideologi antara fikiran-fikiran Mao dengan pragmatisme Chou. Namanya bisa saja 'Maoisme-Chouisme,' bukan? Sayang pendapat yang terakhir itu bukan kita yang bikin. Dikemukakan oleh Harry Harding, ahli ilmu politik Cina dari Universitas Stanford di Amerika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus