Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Assalamualaikum di menado

Pembukaan mtq x di stadion klabat manado oleh presiden soeharto. hanya 20% penduduk menado beragama islam, namun sambutan mtq meriah. kerukunan hidup beragama berjalan baik.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bismillahirrohmanirrohiem ucap Presiden sembari menekan tombol. Maka terpancarlah sinar dari lafaz "Allah" di puncak menara, turun bagaikan kilat membentuk tulisan "Jibril" dan "Muhammad" di atas sebuah bangunan mirip gua Hira. Lalu terdengar gemuruh guntur. Dan tampak kilatan sinar naik ke udara membentuk tulisan "Bismillah" dan "Iqra." Itulah pembukaan MTQ ke X di stadion Klabat. Manado Sulawesi Utara yang berlangsung seminggu akhir bulan kemarin. MTQ kali ini memang agak istimewa. Bukan lantaran biayanya yang hampir satu milyar rupiah, tapi seperti kata drs. H. Kafrawi MA. ketua LPTQ punya lima keistimewaan lain. Selain pertama kali diselenggarakan di daerah yang mayoritas berpenduduk Kristen, juga pertama kali ditangani oleh LPTQ (Lembaga Pembina Tilawatil Qur'an) pertama kali disiarkan lewat satelit Palapa, pertama kali dihadiri ketua MTQ Internasional Datuk Tan Sri Sayed Nasir dari Malaysia dan pertama kali dihadiri kontingen Timor Timur. Rombongan Timtim yang enam orang itu dipimpin oleh Isqaq dos Key yang beragama Katolik. Selain belum begitu fasih berbahasa Indonesia, kelima anggota kontingen Tim-tim itu kabarnya juga baru sebulan berlatih membaca Al-Qur'an. Kotamadya Manado yang menurut sensus 1976 berpenduduk 178.462 jiwa di hari-hari musabaqoh itu penghuninya telah bertambah 50%. Bukan hanya lantaran kedatangan 186 qori dan qoriah. 136 pelatih, 32 dewan hakim dan 2.000 anggota rombongan kesenian, tapi juga mengalirnya penduduk sekitar Manado sebagai penonton. Orang Manado tampaknya cukup terbuka. Meski panitia telah membangun 34 wisma khusus, lengkap dengan mushola, toko, kantor pos, penduduk juga menyediakan 105 rumah untuk menampung tamu-tamu MTQ. Bahkan gereja, kelenteng dan vihara pun tak ketinggalan berhias. Jauh sebelumnya, fihak gereja GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa) sudah dua kali mengirim selebaran kepada 600.000 jemaatnya untuk menyambut MTQ. Umat Konghucu yang 100.000 jiwa pun, yang umumnya pedagang, tak lupa menghias toko-toko mereka. Itulah sebabnya Nyong Loho, ketua Komda Matakin di sana rada kecewa ketika Gubernur H.V. Worang hanya menyebut umat Kristen, Hindu dan Budha saja sebagai unsur yang mensukseskan MTQ. Worang lupa menyebut umat Konghucu. Yang tak lupa, adalah gadis-gadis Manado yang umumnya berkulit putih itu. Ada yang bertugas di kalangan panitia MTQ mereka mencoba fasih mengucapkan "assalamu'alaikum." Anak-anak sekolah Kristen dan Katolik pun, selain menyumbang acara tarian dan rebana massal, juga ikut pawai. Mereka tak segan-segan mengenakan peci hitam. Bahkan ada yang membawa poster bertuliskan ayat-ayat Qur'an. Sambutan semeriah itu, dalam masa kecurigaan antar golongan agama masih terasa. Memang mengharukan. Namun kerukunan beragama seperti itu, menurut Hamka setelah ia melantik dewan hakim MTQ, sudah dilihatnya sejak tahun 1934. Ketika itu ia mendarat di pantai Belang Manado. "Kerukunan orang Kristen dan Islam di sana sudah baik ketika itu." Katanya kepada Phill M. Sulu dari TEMPO. Meskipun hanya 20%, penduduk Manado beragama Islam, namun tentu mereka merasa beruntung ketika Presiden meresmikan Islamic Centre dan Pondok Karya yang masing-masing seharga Rp 50 juta dan 48,8. Selain itu juga telah diresmikan mesjid raya "Ahmad Yani" (Rp 36 juta) serta bagian kesehatan anak RSU Manado (Rp 36 juta). Kerukunan agama itu tercermin pula dalam ruang pameran. Di sana selain bisa dilihat miniatur Ka'bah, miniatur candi, gambar Jesus, potret Sri Paus, St. Petrus, juga Injil dalam bahasa Melayu-Riau yang dicetak tahun 1733 di Amsterdam. Akan lebih klop agaknya sebagai sesuatu yang bersejarah jika nanti misalnya Banda Aceh atau Ujung Pandang menjadi tuan rumah - misalnya untuk Sidang Dewan Gereja se-Indonesia. Paling sedikit pertanda kebesaran jiwa semua pihak, termasuk ummat Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus