Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Terbunuhnya "Mao Tse-Tung"

Kepala gang sindikat judi dan narkotika di belanda chan yuen-muk, tewas ditembak. Diduga pelakunya adalah rekan sesama pengedar narkotika karena berebut wilayah pemasaran. (ln)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POLISI Belanda dalam waktu dekat ini tampaknya akan bertambah sibuk. Kali ini bukan disebabkan oleh orang-orang Maluku di sana yang sering membuat rusuh, tapi karena telah terbunuhnya Chan Yuen-muk, 30 tahun, kepala gang dari sindikat judi dan narkotik di Belanda. Yuen-muk, yang di Hongkong dan Belanda sering diberi julukan nama "Mao Tse-tung", telah dihalang di suatu jembatan oleh beberapa orang Cina lainnya. Biarpun "Mao Tse-tung" julukan ini jalan bersama seorang dari pengawalnya, semburan pelor tidak bisa dielakkan lagi. Dan bagaikan adegan film, Yuan-muk mati di tempat. Organisasi Yuen-muk dikenal dengan nama 14-K dan mempunyai jalur penyebaran narkotik Bangkok dan Amsterdam-Amerika Serikat. Diduga yang membunuh Yuen-muk adalah kaki tangan Ng Shum, yang karena bergerak dalam lapangan yang sama seperti Yuenmuk, keduanya saling baku saing. Dengan terbunuhnya Chan Yuenmuk, masyarakat Cina di Belanda berpendapat bahwa saling bunuh antara dua gerombolan tersebut pasti akan timbul. Karena mereka sebelumnya selalu meributkan soal daerah operasi untuk memperluas lapangan dagangnya. Di bulan Maret tahun lalu, Chung Mon, Cina berasal dari Malaysia dan telah lama menetap di Amsterdam, telah terbunuh. Kematian Mon, yang juga dipanggil Mr. Big, menyebabkan terungkapnya sindikat narkotik yang dikendalikan oleh orang-orang Cina di perantauan. Suriname Untuk Eropa, Belanda adalah tempat yang empuk untuk usaha-usaha semacam ini. Judi memang dilarang, tapi ada tempat judi resmi di Amsterdam. Pusat penjualan narkotik untuk Eropa kini diduga berada di Belanda. Tempat-tempat seperti lapangan Dam atau taman Vondell di Amsterdam adalah tempat anak-anak muda bergerombol dengan pandangan acuh tak acuh mengisap hasish, pot, atau istilah lainnya untuk jenis-jenis narkotik. Akhir Januari ini, polisi Belanda menduga bahwa pasaran penyelundupan narkotik di Amsterdam telah pindah ke Eindhoven, 125 km dari Amsterdam. Polisi tidak bisa menangkap begitu saja Cina-Cina yang bermukim di Belanda yang biasanya dengan izin resmi telah membuka restoran. Yuen-muk akhir tahun kemarin telah membeli restoran milik Chung Mon almarhum di Prins Elendrikkade, untuk kemudian mencoba meneruskan langkah-langkah Chung Mon dalam hal judi dan narkotik. Polisi telah curiga padanya. Detektif dari kantor narkotik telah menahannya sesaat dia mendarat di Schiphol. Barang bukti pil yang berisi opium, telah menyebabkan Yuen-muk diadili dan dipersilakan meninggalkan Belanda. Tapi seperti Cina-Cina yang licin seperti belut, Yuen-muk kemudian pergi ke Suriname dan menjadikan dirinya orang Suriname yang berarti tidak ada larangan untuk masuk ke Belanda. Yuen-muk masuk kembali ke Belanda, 5 bulan setelah Mr Big menghembuskan nafasnya, dan konon awal tahun ini dia telah meneken tiga macam kontrak dagang besar. Polisi-polisi Eropa yang tergabung dalam Interpol rupanya nantinya harus berhubungan dengan rekannya yang ada di Hongkong. Di London, pemilik sebuah restoran yang bernama Wong Kan mati terbunuh ketika dia lagi mau mahyong di Soho, pusat keramaian London. Wong Kan mati dua hari sebelum Yuen-muk dikerubuti peluru, 25 Pebruari yang lalu. Polisi menduga bahwa kematian Wong Kan ada hubungannya dengan rebutan rezeki dalam perdagangan narkotik dan yang membunuh adalah tiga bersaudara Li (LiKwok-ming, Li Kwok-ling dan Li Kwokyuen, sedangkan Li Kwok-ming ditangkap di Amsterdam). Tiga Li ini resminya bekerja di restoran. Interpol Eropa jadi semakin sibuk untuk mencari-cari koneksi HongKong, atau Singapura atau Malaysia. Sebab tanggal 9 Maret yang lalu telah tersingkaplah sejumlah 15 kg heroin yang terdampar begitu saja di kota kecil Norrkoping, Swedia. Barang tak bertuan itu berasal dari Paris, dimuat dalam satu peti yang berisi kaleng-kaleng dengan tulisan Cina dan menerangkan isinya adalah daging. Masa naas rupanya sedang menimpa sindikat narkotik. Karena setelah London dan Amsterdam tidak aman lagi bagi mereka, sangkaan Swedia sebagai tempat labuh yang masih "bersih" toh keliru. Polisi setempat belum bisa menemukan siapa pemilik 15 kg heroin tersebut. Sebab ketika polisi masih menunggu barangkali ada orang yang mengaku memiliki peti tersebut, koran setempat telah membeberkan berita tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus