TADINYA tanggal penting yang dinantikan di Muangthai adalah 4
April. Hari itu bakal jadi hari penentu bagi hari depan
pemerintahan sipil Muangthai yang masih amat muda. Pemilihan
umum di seluruh kerajaan akan bermula hari itu. Tapi bahkan jauh
sebelumnya, suasana politik yang panas tidak jarang berubah jadi
peristiwa berdarah yang mengerikan. Sekretaris Jenderal Partai
Sosialis, Dr Boonsanong Bonyerthayan, dibunuh secara keji ketika
mengendarai mobilnya di malam buta tanggal 28 Pebruari yang
lalu. "Ini perbuatan orang-orang sayap kanan", kata Somkid
Srisangkom, ketua Partai Sosialis yang juga mengaku jiwanya
terancam.
Tapi pertentangan Kiri versus Kanan itu tiba-tiba mendapatkan
bentuknya menjelang suatu hari sebelum pemilu. Sudah sejak tahun
silam, tanggal 20 Maret ini sebenarnya bakal jadi penting bagi
Muangthai. Tanggal yang bertepatan dengan hari Sabtu pekan ini
bakal merupakan hari terakhir kehadiran pasukan-pasukan Amerika
Serikat di Muangthai. Keputusan istimewa ini dirumuskan dengan
penuh semangat oleh pemerintahan sipil Muangthai yang tahun
silam secara amat gugup menanggapi jatuhnya Indocina. Keputusan
itu dengan amat bersemangat telah pula mendapat dukungan para
mahasiswa yang di tahun 1973 menjadi pahlawan penggulingan rezim
militer.
Pekan silam, suasana sudah terlalu jauh berubah dari tahun
dirumuskannnya keputusan keberangkatan pasukan-pasukan Amerika
itu. Justru di kalangan mahasiswa sendiri timbul fraksi sayap
kanan yang cukup kuat dan dengan penuh napsu bertekad
mempertahankan kehadiran Amerika di Muangthai. "Mereka yang
mendesak agar Amerika segera pergi dari sini sebenarnya hanya
mempersiapkan negeri ini bagi kedatangan Soviet yang kini sudah
aktif di Laos", kata Suchart Prapaihatn, ketua mahasiswa sayap
kanan yang umumnya terdiri dari mahasiswa kejuruan. Pernyataan
ini ternyata senada dengan kegusaran para perwira Angkatan Darat
Muangthai yang juga cemas dengan rencana penarikan total
pasukan-pasukan Amerika itu. Pekan silam, dari Manila, tersiar
kabar mengenai desakan sejumlah komandan tentara Muangthai
Komandan Divisi I, Panglima Operasi Intel dan Panglima Angkatan
Darat-kepada pemerintahan Kukrit. "Sampai kita kuat, sebaiknya
pasukan-pasukan Amerika itu berada di sini", kata seorang di
antara perwira tersebut. Kepada Kukrit, perwira itu juga
memperingatkan keadaan Muangthai yang sebagian wilayahnya -- 34
dari 71 propinsi berada dalam keadaan hampir dikuasai oleh,
pemberontak Komunis.
Pertentangan pro dan kontra kehadiran pasukan Amerika itu
nampaknya menarik juga perhatian-kabinet. Pada tanggal 4
Pebruari yang lalu, pemerintah Muangthai telah mengirim nota
kepada Kedutaan Besar Amerika mengenai kemungkinan tinggalnya
sebagian pasukan Amerika di Muangthai, dengan syarat bahwa
segala tindakannya harus sepengetahuan dan seizin pemerintah
Bangkok. Pihak Amerika yang sebenarnya masih ingin
mempertahankan sejumlah awak bagi pengawas satelit dan dinas
monitoring, hingga pekan silam belum memberikan jawaban yang
memuaskan.
Jam Malam
Dan ketegangan pun makin memuncak akibat situasi tak menentu
itu". Tidak adanya jawaban dari Kedutaan Amerika harus
ditafsirkan bahwa pasukan mereka akan ditarik habis pada tanggal
20 Maret nanti", kata Nissei Vejajava, juru bicara Deplu
Muangthai. Keadaan seperti ini mendapat sambutan hangat dari
mahasiswa golongan kiri Kriangkamot Laophairoj, Sekjen Persatuan
Nasional Mahasiswa Muangthai yang kiri. Pekan silam mengumumkan
rencana demonstrasi besar-besaran pada tanggal 20 Maret ini
"untuk mendukung keputusan pemerintah mengeluarkan tentara
Amerika dari sini". Lantas saja keputusan NSCT itu mendapat
jawaban dari para mahasiswa sayap kanan.
Front Anti Imperialis Komunis dengan tegas mendesak agar
pemerintah memperlakukan jam malam pada saat-saat golongan kiri
merencanakan aksi. "Setiap demonstrasi anti Amerika", kata
pemimpin Front mahasiswa sayap kanan itu, "akan dihadapi dengan
tindakan balasan". Mereka bahkan menasehatkan agar orang banyak
menghindari jalan-jalan yang mungkin dipergunakan untuk
aksi-aksi tersebut sekitar tanggal 20 Maret ini. Nampaknya
tanggal itu bakal jadi semacam Hari-H perkelahian jalan raya.
"Siapa tahu terjadi perjuangan sengit bagi NSCT yang sudah
sekarat itu", kata Suchart Prapaihom. Sementara semuanya menanti
dengan tegang, Radio Laos dari Vientiane, pekan silam, ada
memberitakan persetujuan Bangkok bagi menetapnya sekitar 3 ribu
pasukan Amerika dalam pakaian sipil. Apakah berita ini seraja
ditiupkan oleh Laos yang sudah jadi komunis guna lebih membikin
ruwet tetangganya, entahlah. Tapi kata Menlu Chunhavan: "Yang
akan tinggal dari tentara Amerika itu hanya 270 orang". Itu pun
tidak dalam keadaan siap tempur. Sebab "mereka hanya penasehat
sesuai dengan perjanjian tahun 1950".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini