Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ini Dia Sukirno

Pelukis Rga Sukirno mengadakan pameran tunggal di tim. hampir seluruh lukisannya berpangkal pada dirinya yang dituangkan secara karikatural. Ia menganggap aliran abstrak merupakan suatu kemunduran. (sr)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUKIRNO dengan 51 buah lukisannya muncul di ruang pameran TIM awal Maret yang lalu. Pelukis 69 tahun ini menambahkan R.G.A di depan namanya dan menganggap dirinya sebagai "Juru Waras" -- Kunst Schildr Tevels Practijk Medicus -- sebagaimana yang tertera di dalam kartu namanya. Ia belum pernah pameran tunggal selama 50 tahun jadi pelukis. Ia belum pernah menjual lukisan, tetapi ia salah seorang anggota Persagi yang aktif pada masanya. Sebuah karya posternya yang bernama Kapas pernah mendapat hadiah dan pujian dari Sendenbubutyoo Syoo. Ia menganggap perkembangan ke arah abstrak untuk seni lukis modern Indonesia adalah suatu kemunduran karena segala yang datang dari Barat harus disaring untuk menumbuhkan benih yang berasal dari Timur sendiri. Iapun khawatir terhadap corak lukisan batik sekarang. Sementara itu ia pun mempunyai selebaran yang menokohkan dirinya sebagai pelukis dan "juru waras" kaliber internasional. Di situ disebutkan antara lain bahwa ia hi melakukan pengobatan jarak jauh. Harga-harga yang ditetapkan oleh Sukirno atas lukisannya berkisar dalam jutaan. Sebuah lukisannya yang bernama Seniman memperlihatkan sebuah sosok yang disabet dari bentuk wayang. Sosok itu kelihatan sedang siap melakukan penyiksaan terhadap sebuah sosok kecil, yang menilik raut mukanya tidak lain dari pelukisnya sendiri. Warna-warnanya adalah warna-warna pokok yang berbaur tapi masih melantunkan kesan hijau coklat dan sedikit kuning. Ada suasana primitif dalam kanvas ini. Ada kesan magis, karena unsur-unsur teknis diabaikan sama sekali sehingga yang mencuat adalah ekspresi dari naluri. Sukirno tampaknya sama sekali tidak berusaha untuk menghiraukan apa yang akan dikatakan oleh -- orang asal dia sudah menancapkan bagaimana maunya. Tak banyak orang suka pada lukisan ini. Terasa ia tidak menawarkan percakapan bagi yang melihatnya, hanya memamerkan suatu suasana unik. Namun harus diakui ada terasa kejujuran di dalamnya. Kejujuran yang cukup gila pada akhirnya kalau orang melihat, pada daftar harga. Lukisan itu berharga Rp 10 juta. Humor Munculnya Sukirno dengan sebuah dunia yang kelihatannya sepele tetapi sudah ditunggunya dengan edan puluhan tahun, memang terasa aneh. Hampir seluruh lukisannya yang berpangkal dari dirinya sendiri dilontarkannya dalam bentuk-bentuk yang karikatural. Pelukis yang pedagang obat ini tampaknya masih merasa bahwa seniman adalah mahluk yang malang dan tergencet. Sehingga harus ditokohkan sebagai hero. Dan ia telah bersepakat untuk melambangkan hidupnya dengan ketiga isterinya sebagai dunia kecil yang bisa menampilkan dengan sederhana kenyataan dunia pada umumnya. Untunglah ia tidak berusaha mengkambing hitamkan siapa-siapa sebagai sumber kemalangan seniman itu bahkan sering mengejek dirinya sendiri. Dan kalau ia melukis seorang penari dengan pantat bundar dan hanya memakai cawat -- dari belakang panggung -- asosiasi kita terhadap beberapa tokoh yang kelihatan menonton di depan panggung bukanlah para pejabat atau orang-orang gedean. Kita jadi tersenyum saja melihat humor yang muncul dari cara Sukirno menampilkan pengamatannya. Kadangkala kanvasnya menjadi surealis, karena ia sama sekali mencoba menampilkan apa saja yang terlintas pada otaknya. Misalnya gambar mulut yang memakan manusia. Gambar diri sebagai seekor singa yang ditunggangi oleh anak-anak dan isterinya. Gambar pelukis sendiri sedang menunggang seekor ayam jago. Hitchcock Gambar-gambar tersebut sayang sekali begitu kasar dibayangi oleh wajah pelukisnya sendiri --yang selalu minta bagian seperti seorang Hitchcock dengan film-film horornya. Sehingga, meskipun sering melantunkan humor yang pedih, sinisme, kritik-kritik sosial, banyak kali lerasa berkelebihan. Misalnya saja pada gambar seseorang sedang mengacungkan tangan, sedang di telapak tangannya ada sebutir telur dengan tulisan "pelukis". Juga ada sebuah gambar di mana sang pelukis kelihatan sedang memegang paletnya dengan setangkai kembang putih di kuping kanan, sedangkan di latar belakangnya tampak laut dan perahu. Belum lagi keisengan dari pelukis untuk membubuhkan kata-kata atau kalimat pada lukisannya. Misalnya pada gambar seorang wanita telanjang dengan latar bulan dan bayangannya di atas air, ada sebuah peti tempat wanita itu tertekan berisi tulisan "Pancasila". Akal untuk mencuri efek ini, jadi sekaligus bertentangan dengan kejujurannya pada gambar-gambar lain. Apalagi pada gambar itu ia dengan sopan mencoba menghilangkan gambar kelamin wanita tersebut, sementara pada gambar lain ia tak tanggung-tanggung nenampilkan gambar alat kelamin lelaki, juga tak tanggung-tanggung melukiskan gambar tinja yang sedang meluncur dari anus pemiliknya. Dua hal yang berbeda ini mungkin boleh dianggap sebagai perkembangan watak dari pelukis. Ia pada periode terakhir tampak mulai tidak semasa bodoh masa lalunya. Gambar-gambarnya yang belakangan ampak romantis dan mau manis. Misalnya pada gambar seorang wanita tidur menelungkup dengan sprei putih. Gambar ini jauh berbeda dengan gambar wanita yang sedang mencuci atau Ratu Batik, yang boleh dianggap lumayan dalam rentetan dunianya. Dunia Sukirno bagi banyak orang terasa sebagai dunia yang asing. Dunia yang mungkin mengingatkan pada karikaturalnya lukisan-lukisan Otto Djaja. Dunia yang mencoba menampilkan kenyataan, tetapi kemudian terasa oleh orang sebagai sesuatu yang surealis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus