DARI suatu tempat di Laut Merah, arah selatan Port Sudan pesan S.O.S. (Selamatkan Jiwa Kami) terdengar sayup. "Menabrak ranjau, kapal tenggelam, tolong..." Selanjutnya suara itu tidak tertangkap jelas, kemudian senyap. Terjadi Sabtu malam pekan silam, peristiwa itu baru ketahuan duduk perkaranya Ahad pagi, dari siaran Radio Djibouti. Kapal tanker Oceanic Energy berbobot 87.200 ton diberitakan tenggelam karena ranjau. Menurut perusahaan asuransi Lloyd's dari London, kapal berbendera Liberia itu terkena ranjau antara pelabuhan Jeddah dan Al Hudaydah, Yaman Utara. Dua hari sebelumnya kapal barang Belanda Joint Front juga terperangkap di sebuah medan ranjau di Laut Merah, tidak iauh dari Al Hudaydah. Kapten kapal itu melaporkan, ada lima atau enam apal di sekitarnya yang diganyang ranjau, satu di antaranya tenggelam. Kalau itu benar, maka kapal yang tidak jelas identitasnya tersebut merupakan korban pertama, baru menyusul Oceane Energy. Pemerintah Yaman Utara baru menyelidiki perairannya sesudah dua kapal meledak. Sementara itu, sebuah kapal Yunani dan sebuah kapal Turki mengalami nasib sama tidak jauh dari sana. Selama pekan lampau diperkirakan ada 13 kapal korban ranjau sepanjang jalur pelayaran Terusan Suez - Laut Merah. Ranjau misterius itu, yang semula diragukan adanya oleh pejabat Mesir, kini tiba-tiba muncul bagaikan momok di lautan. Teror yang ditimbulkannya tak kurang menakutkan dibanding teror truk kamikaze. Dengan sendirinya jalur pelayaran Suez-Laut Merah untuk sementara menjadi tidak aman. Siapa penyebar ranjau-ranjau gelap itu? Sebuah kelompok bernama Organisasi Jihad menyatakan, pekan lalu, mereka telah menabur 190 ranjau di Terusan Suez untuk menghukum pihak imperialis yang ikutikutan memperluas Perang Iran-Irak. Pernyataan ini datang dari seorang pria yang mengaku menelepon kantor berita Prancis AFP dari Siprus. "Kami bertanggung jawab untuk pemasangan ranjau di Terusan Suez dan Selat Bab el Mandeb," ujarnya gagah. "Kami akan memasang lebih banyak ranjau lagi jika negara-negara Arab terus menerakan politik imperiaiis mereka di Timur Tengah dan kawasan Arab. Itulah cara mereka berterima kasih sesudah memperoleh minyak kami." Tidak jelas apakah Organisasi Jihad inisama dengan Islamic Jihad yang mengaku sebagai pembunuh 300 marinir AS di Beirut, Oktober 1983. Banyak surat kabar Inggris menduga, kelompok ekstremis Iran adalah biang kejahatan ranjau. The Financial Times, yang mengutip para pengamat Barat di Kairo, condong pada kelompok yang didukung Iran. Ada juga yang menuduh Libya. Sebagai tindak phengamanan, pemerinta AS mengirimkan 15 penjinak ranjau untuk membersihkan Terusan Suez. Ini diperkuat satu skuadron helikopter penyapu ranjau dan Harkness, sebuah kapal yang dapat dijadikan basis bergerak untuk pasukan antiranjau. Mesir pun meningkatkan patroli laut danudaranya sepanjang Terusan dan Teluk Suez. Gara-gara ranjau itu, jumlah kapal yang melintasi Terusan Suez berkurang dari rata-rata 60 menjadi 57 sehari. Sumber pendapatan utama Mesir ini tahun lalu menghasirkan US$ 1,1 milyar, tapi kali ini agaknya di bawah Jumlah itu. PM Kamal Hassan Ali sebelumnya berani memastikan, Terusan Suez aman untuk pelayaran dan paling sedikit kapal dari 22 negara di dunia melintas di sana. Dengan insiden ranjau, orang menduga perairan Suez rawan, mungkin karena adanya sisa-sisa perang dengan Israel. Ini resmi dibantah. Dikatakan, sisa-sisa perang itu sudah dibersihkan oleh penjinak ranjau Uni Soviet. Dugaan ledakan disebabkan oleh alat peledak yang terbawa hanyut dari kegiatan eksplorasi minyak lepas pantai tidak cukup meyakinkan. Masalahnya semakin ruwet karena ada dua kapal yang tertabrak ranjau jauh di ujung selatan Laut Merah, hampir 2.000 km dari Terusan Suez. Timbul pertanyaan mungkinkah ranjau apung dan bawah laut bisa disebarkan sepanjang 2.000 km tanpa kepergok sekali pun? Pejabat AS menyebut, kemungkinan ranjau itu ditaburkan kapal yang lewat di Situ, tanpa gambaran siapa pelakunya. Yang dapat dilakukan kini ialah menyelidiki akibat kerusakan yang diderita kapal, hingga bisa ditelusuri jenis ranjau dan barangkali juga sumbernya. Menurut kantor berita Reuter, ledakan karena ranjau pertama kali dilaporkan oleh sebuah kapal peti kemas Uni Soviet, 10 Juli berselang. Tapi tidak jelas di mana musibah itu terjadi dan separah apa akibatnya. Mungkin saja hal-hal gelap sekitar ranjau Suez sudah lebih bisa diungkapkan dalam waktu dekat. Siapa tahu keterangan para awak kapal akan ada gunanya. Menuding sebuah kapal Iran sebagai penyebar ranjau memang dapat dilakukan siapa saja. Tapi membuktikannya jelas tidak mudah. Yang pasti, sudah ditemukan teror gaya baru dan Organisasl Jlhad mengaku bertanggung Jawab untuk itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini