Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tertangkapnya Sang Apo

Aksi demonstrasi damai berubah menjadi huru-hara sporadis di seantero Eropa, setelah tersiar kabar Turki berhasil membekuk Abdullah Ocalan. Israel musuh baru Kurdi.

22 Februari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eropa dilanda perang etnis (lagi)? Setidaknya 21 kota di Eropa pekan silam kisruh. Pengungsi Kurdi yang tersebar di seluruh negara Eropa menyerbu dan menduduki Kedutaan Besar dan Konsulat Yunani. Ini terjadi setelah pemerintah Turki mengumumkan penangkapan Abdullah Ocalan, pemimpin "Partiya Karkeren Kurdistan" (Partai Buruh Kurdi), Senin pekan lalu. Demonstrasi pengungsi Kurdi berubah menjadi aksi kekerasan. Sekitar 500 orang Kurdi bersenjatakan tongkat baseball melempari polisi dengan batu, melempari jendela toko, dan menjungkirbalikkan mobil di Frankfurt dan Hamburg. Setidaknya empat orang Kurdi berusaha membakar diri, sementara lainnya melambai-lambaikan bendera merah Kurdistan dan mengacung-acungkan poster sang "Apo", panggilan akrab Abdullah Ocalan. Pemerintah Turki menuduh Ocalan bertanggung jawab terhadap matinya 37 ribu orang Turki sejak 14 tahun terakhir, dan ia menghadapi ancaman hukuman mati. Tak aneh kalau pemerintah negara-negara Eropa, khususnya Jerman, yang memiliki komunitas terbesar Kurdi di Eropa Barat (500 ribu dari dua juta orang Turki) ketakutan terhadap kemarahan pendukung Ocalan. Maklum, kali ini protes komunitas Kurdi di Eropa menjadikan kedutaan dan konsulat Yunani dan Kenya sebagai sasaran, karena menganggap kedua negara ini membiarkan pemerintah Turki menangkap Apo, sang pemimpin. Diplomat Yunani dan Kenya terjebak dalam kedutaan mereka di Bonn, Leipzig, Paris, dan Milan yang diduduki oleh aktivis Kurdi. Seorang gadis Kurdi berusia 15 tahun, dua perempuan, dan seorang pria Kurdi mencoba membakar diri di Kopenhagen, Berlin, dan Bern di Swis. Ketika televisi Turki menayangkan video Ocalan dengan mata tertutup dan tangan diborgol di depan bendera Turki, sekitar 10 ribu tentara Turki menyerbu perkampungan Kurdi di Irak Utara. Sebenarnya pemerintah Itali pernah menangkap Ocalan tahun lalu, tapi reaksi komunitas Kurdi tak sebesar dan seluas saat ini. Ocalan hanya dikenai tahanan rumah di Itali, dan pemerintah PM Massimo D'Aleme mengabaikan permintaan ekstradisi Ocalan oleh pemerintah Turki. Tapi pemerintah Turki tak pernah mengendurkan usahanya membekuk Ocalan. "Di mana pun ia bersembunyi?sepanjang masih di dunia?kita akan menangkapnya," ujar Perdana Menteri Bulent Ecevit. Keberhasilan pasukan khusus Turki menangkap diduga atas bantuan dinas intelijen Israel, Mossad. Media Barat mengindikasikan keterlibatan Mossad yang memberi informasi keberadaan Ocalan kepada pemerintah Turki. Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membantah tuduhan itu. Tapi, siapa yang mau percaya? Turki memang menjalin kerja sama militer dengan Israel. Akibatnya, tiga orang Kurdi mati ditembak tentara Israel di Konsulat Israel di Berlin, ketika mereka memaksa masuk ke gedung konsulat. Seluruh kantor diplomatik Israel di Eropa pun kini ditutup. Penangkapan Ocalan tetap menjadi misteri. Sebuah jet pribadi membawa Ocalan dari Moskow pada 30 Januari lalu. Pemerintah Yunani mengizinkan pesawat itu mengisi bahan bakar di Yunani tiga hari kemudian, dan sejak itu Yunani berusaha mencari negara di Afrika yang mau memberikan suaka kepada Ocalan, agar tidak memicu perang dengan Turki. Secara rahasia, Ocalan dibawa ke kediaman resmi Duta Besar Yunani di Nairobi, Kenya. Menurut versi pejabat Kedutaan Yunani, Ocalan mengabaikan keselamatan dirinya. Meski Yunani sedang berusaha mencari negara di Afrika yang mau memberikan suaka kepada Ocalan, Ocalan memutuskan pergi ke Belanda. Ketika iring-iringan mobil membawa Ocalan ke bandara, tiba-tiba mobil Ocalan berbelok ke arah lain dan lenyap. Tak lama kemudian, pemerintah Turki mengumumkan penangkapan Ocalan. Namun, pengacara Ocalan, Britta Bohler, menyatakan bahwa Ocalan dipaksa keluar dari Kedutaan Yunani dan dibawa naik pesawat ke Turki. Ocalan kini diasingkan di sebuah penjara Pulau Imrali dekat Istambul. Hingga saat ini, pemerintah Turki tak mengizinkan pengacara asing membela Ocalan sehingga gelombang kekerasan diduga akan lebih meningkat. "Saya yakin penahanan pemimpin kami akan mengintensifkan perjuangan bersenjata rakyat Kurdi," ujar Mahir Valat, pemimpin Kurdi di Moskow. Ini sungguh ironis mengingat setahun silam Ocalan memutuskan tidak lagi menggunakan kekerasan untuk menuntut pemerintahan otonomi bagi 12 juta suku Kurdi di Tenggara Turki. R. Fadjri (Associated Press)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus