Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Terus mereka tiba dan makin banyak

Pengungsi mengalir terus meninggalkan vietnam. beberapa negara asean kewalahan menyediakan penampungan. negara yang bersedia menerima mereka menetap sedikit sekali. (ln)

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA diberi julukan boat people (orang perahu). Melarikan diri dari Vietnam, terutama sesudah Saigon jatuh ke tangan Hanoi tahun 1975, mereka biasanya dianggap pengungsi. Mereka terus berdatangan, dan dalam jumlah yang makin besar hingga persoalannya mendorong untuk diadakannya suatu konperensi di Jenewa pekan ini. Anggota-anggota ASEAN termasuk 45 negara yang diundang mengikutinya. Exodus, itulah istilah yang terdengar di Jenewa itu sebagai menggambarkan banyaknya orang perahu meninggalkan Vietnam. Menyolok sekali bulan lalu ketika tiba di pantai bagian selatan Malaysia kapal Hai Hong dengan 2500 penumpang Vietnam. Tidak mungkin sebanyak itu sekaligus bisa berangkat tanpa diketahui. Para pejabat Vietnam rupanya telah tidak menghalangi lagi. Siapa yang mau pergi, secara resmi diangap saja tidak ingin turut dalam membangun masyarakat sosialis. Kebetulan Vietnam sedang mengalami kekurangan bahan makanan. Banyak di antara orang perahu itu berasal Cina atau kelas menengah dari daerah perkotaan. Hal begini, tulis Washington Post, pernah dilakukan Fidel Castro yang membiarkan orang Kuba dari golongan menengah minggat ke Florida. Tapi selain atas dasar keinginan sendiri, besar dugaan bahwa orang perahu yang keturunan Cina memang ditekan supaya pergi. Anti-Cina sedang menjadi-jadi di Vietnam. Sikap pemerintah Vietnam yang berobah dari menghalangi menjadi mendorong orang pergi, menurut cerita pengungsi, dirasakan mulai September. Pemerintah bukan hanya menutup sebelah mata, tapi juga mengutip sejumlah uang, juga emas, kemudian memerintahkan Berangkatlah. Bahkan adakalanya itu diatur bersama agen-agen dari luar seperti yang terjadi dengan kasus Hai Hong. Jenazah Mereka Berlayar di Laut Cina Selatan dengan perahu jelas ada risikonya. Banyak yang berhasil menyeberang, banyak pula yang tenggelam. Minggu-minggu terakhir ini penduduk pantai Thailand dan Malaysia sering menemukan jenazah orang Vietnam. Jika tidak tenggelam, orang perahu itu belum terjamin boleh mendarat. Thailand dan Malaysia, umpamanya, telah meningkatkan patroli pantai mereka untuk menghalau orang perahu itu. Pantai bagian timur Malaysia termasuk banyak dituju mereka. Pemerintah di Kuala Lumpur sudah mencap bahwa orang perahu itu bukanlah pengungsi, tapi imigran gelap, yang berarti ditolak. Dapat dipahami sikap demikian. Komisariat Tinggi PBB urusan pengungsi menaksir perkemahan di Asia Tenggara sudah menampung 175 000 pelarian dari Laos, Kambodia dan Vietnam. Sebagian besar dari jumlah itu berada di Thailand. Sedikit di Indonesia. Perkemahan itu bersifat sementara, tapi belum diketahui mereka akan diteruskan ke mana. Bila exodus dari Vietnam berkepanjangan, entah bagaimana jadinya Sudah dikuatirkan bahwa biaya perawatan dan penempatan mereka akan membengkak terus. Karena biaya kurang, demikian dijumpai pejabat Deplu AS di Thailand dan Malaysia, kondisi perkemahan pengungsi menyedihkan sekali. Pemerintah Malaysia menyediakan tempat perkemahan itu di dua pulau kecil di lepas pantainya. Sekitar 20.000 orang di pulau yang agak besaran dan 9.000 lagi di pulau yang kecilan. Tidak semua mendapat tempat berteduh. Air minum makanan dan obat sangat terbatas Disentri berjangkit. Hongkong pun dikabarkan sangat kewalahan didatangi orang perahu. Tahun ini imigran sah dari daratan Cina saja sudah berjumlah 60.000, dibanding cuma 26.000 tahun lalu. Datang pula 4000 orang perahu di koloni Inggeris itu yang menunggu penempatan di tempat lain Bahkan mereka tadinya dari Vietnam yang mengungsi ke daratan Cina telah muncul di Hongkong sebagai imigran sah. Ketika dikembalikan ke perbatasan, pejabat imigrasi Cina menolak. Membujuk Hanoi? Siapa mau menampung? Sejak pristiwa Hai Hong, Presiden Carter tergugah hatinya. Maka AS yang tadinya menetapkan batas 25.000 saja, pekan lalu menambah 21.875 lagi jumlah orang perahu itu yang akan ditampungnya. Sekitar 175.000 orang Vietnam sudah diizinkan memasuki AS, sedang ditaksir sebanyak itu pula pengungsi Indocina di berbagai perkemahan menunggu giliran. Walaupun perang Vietnam sudah selesai, hati nurani Amerika tampaknya masih terus dirongrongnya karena tragedi orang perahu itu. Perancis, Kanada, Australia dan belakangan ini Jerman Barat juga mulai ikut menampung, tapi dengan jatah yang kecil. Soal perkemahan pengungsi di Asia Tenggara tetap masih ruwet, mungkin untuk waktu lama. Sudah ada pemikiran, antara lain dari Menlu Mochtar Kusumaatmadja, untuk mengajak anggota-anggota ASEAN secara bersama membujuk Hanoi supaya menyetop arus manusia dari Vietnam. Tapi Hanoi pagi-pagi mengatakan bahwa Vietnam pun kewalahan menampung pelarian dari Kambodia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus