Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Amerika Cemas. Juga Israel Dan ...

Demonstrasi menentang Shah semakin galak di Teheran. Ribuan orang tewas di tembak. Beberapa negara yang selama ini tergantung pada minyak negeri itu, cemas bila Shah sampai jatuh. (ln)

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TUBUH Alhusain, terpental di padang Karbala, 10 Muharram, 1338 tahun yang lalu. Cucu Nabi itu tewas dalam pertikaian perkara kepemimpinan dengan golongan Islam lain. Kepalanya dipotong, dipersembahkan kepada Gubernur Kufah. Dengan tongkatnya sang Gubernur pun mencolek-colek kepala berdarah tanpa tubuh itu --yang bagi kaum Islam Syi'ah, terutama, justru kepala seorang martir besar. Tahun ini peringatan gugurnya Alhusain betul-betul bersuasana hari syuhada, di Iran. 1200 orang tewas selama minggu-minggu demonstrasi menentang Shah. Sebagian mereka ditembak polisi atau tentara. Tapi gelombang protes tak berhenti. Bahkan untuk perayaan 10 Muharram atau Asyura awal pekan ini, semangat martir kaum Syi'ah dalam suatu "perjuangan suci" nampak mengentara. Berhari-hari sebelumnya orang asing di Iran mencemaskan bentrokan besar akan terjadi 10 dan 11 Desember ini. Soalnya, sementara penguasa militer melarang orang bergerombol, suatu suasana massal peringatan Asyura tak dapat dielakkan. Untunglah. Menyadari hal yang tak terelakkan itu, Jenderal Gholam Reza Azhari, yang kini dipercayai Shah untuk jadi perdana menteri, mengalah sedikit: untuk peringatan Asyura, massa boleh kasih unjuk perasaan selama dua hari. Maka Ahad yang lalu 300.000 orang pun berarak di Teheran -- suatu jumlah besar yang menurut para anti-Shah konon mencapai 1,5 juta lebih. "Allahu Akbar!" Mereka mula-mula berkumpul di mesjid dekat rumah Ayatullah Teleghani la seorang Ayatullah berusia 70 tahun yang merupakan tangan kanan pemimpin perlawanan Ayatullah Khomeini. Dari sana, mereka bergerak ke Monumen Shayad, bangunan indah yang dibangun Shah Iran untuk dinastinya sendiri. Sementara berseru "Allahu Akbar" dan "Shah Turun!", massa berlaku lumayan tertib. Tentara dan polisi tak tampil menyolok, meskipun tank-tank disiapkan dan beberapa tempat dinyatakan dilarang dilewati. Tak urung jauh dari Teheran, di kota Ishafan yang termashur akan madrasah lama dan bangunan antik, kerusuhan mengakibatkan 4 orang mati. Hari itu oleh Ayatullah Teleghani dinyatakan sebagai "hari yang menentukan bagi Shah". Tapi sampai dengan saat berita ini ditulis, Shah belum jatuh dari Mahligai Meraknya. Bahkan awal pekan lalu dikabarkan ada demonstrasi yang menyokongnya di ibukota. Namun pesimisme umum tentang nasib Shah Iran dan pemerintahannya menjalar sudah. Ratusan orang Iran yang kaya -- dan yang tersangka terlibat dalam korupsi yang meluas -- berduyun-duyun meninggalkan negeri mereka. Pekan lalu, setiap harinya ke Tel Aviv saja rata-rata 400 orang Iran terbang, dan dari ibukota Israel itu mereka menyebar ke Eropa atau Amerika. Meskipun kedutaan besar AS tak ingin memberi kesan ada boyongan orang Amerika meninggalkan Iran, tapi dari 41.000 orang Amerika yang tinggal di Iran, sekitar 10.000 sudah kabur. Deparlu Jepang bahkan sudah menyatakan "siap 24 jam" untuk mengangkut warganegara Jepang keluar dari negeri jauh itu, bila hal yang buruk terjadi. Kecemasan juga menjangkiti Presiden Carter di Washington. Pemerintah AS sebelumnya menyatakan keyakinannya bahwa Shah Iran akan dapat bertahan berkuasa. Namun pekan lalu ketika ditanyakan kepada Presiden Carter adakah harapan itu masih berdasar, keluar jawaban: "Saya tidak tahu. Saya harap demikian. " Beberapa waktu sebelumnya, Carter diketahui mengecam badan intelijen AS yang rupanya salah perhitungan tentang perkembangan Iran. Dalam penilaian CIA -- yang rupanya hanya mengandalkan info dari dinas intelijen Iran, Savak -- para penentang Shah "tak punya kemampuan untuk jadi lebih dari sekedar mengganggu keadaan." Israel Takut Kini, sementara orang menghitung jam sebagai saat-saat terakhir Shah Iran, beberapa negeri tentulah mulai memikirkan apa yang akan terjadi bila Shah terguling, dan suatu rezim baru muncul di Teheran Iran begitu penting, siapa pun tahu, karena Iran juga berarti minyak bumi. Yang mungkin akan terpukul sekali bila pergantian rezim terjadi di sana ialah Israel. Iran merupakan satu-satunya negara dengan mayoritas penduduk Islam yang berhubungan baik dengan Tel Aviv. Bahkan 80% persediaan minyak Israel berasal dari Iran. Dalam hal minyak bumi, Jepang dan Eropa Barat juga akan terpukul bila tiba-tiba suatu rezim baru menukar beleid dalam pengeksporan minyak --atau bila suatu perang saudara panjang terjadi di Iran. AS tak sejauh Jepang dan Eropa Barat dalam ketergantungannya pada minyak bumi Iran. Tapi AS toh akan bisa kehilangan banyak jika Shah jatuh. Menurut harian Washington Post awal Desember yang lalu, ada AS$ 700 juta investasi langsung Amerika di Iran. Di samping itu, lebih dari 500 perusahaan Amerika punya pabrik permanen di sana, dan setiap tahunnya ke Iran tercapai AS$ 3,8 milyar ekspor. Jumlah penjualan senjata AS saja mencapai lebih dari AS$ 2,6 milyar. Sementara itu, sikap anti-Amerika mulai terdengar pula di kalangan penentang Shah, yang siapa tahu sebentar lagi berkuasa. Tapi apa yang dapat dilakukan dari Washington D.C.? Suatu campur tangan militer tampaknya bakal dihindari Presiden Carter apa pun yang bakal terjadi. Di kalangan Deparlu AS ada masih tersisa harapan, bahwa betapa pun dingin nya sikap suatu rezim terhadap Washington, seperti halnya Aljazair, Iraq dar Libya, tak akan menghentikan penjualan minyak bumi ke AS. Para Lanjut Usia Meskipun begitu, perkiraan lama bahwa Uni Soviet tak akan senang bila ternyata di Iran nanti muncul pemerintahan Islam -- sudah mulai ditinjau kembali. Pengalaman menunjukkan bahwa suatu "republik Islam" yang "ekstrim" seperti Libya lebih suka mendekati Moskow ketimbang negeri Barat. Dan memang masih jadi pertanyaan jika nanti para Ayatullah yang lanjut usia itulah yang menentukan politik Iran, dapatkah mereka menghadapi infiltrasi agen-agen komunis dari tetangga dekat, Uni Soviet? Meskipun dalam kondisi lain, sebuah tetangga Uni Soviet yang lain telah berubah rezim melalui penyusupan kaum komunis dalam pemerintahan -- yakni Afghanistan. Sekurang-kurangnya, itulah kecemasan sebagian negara Arab. Menurut sebuah berita dari Kuwait, dua pemimpin telah memutuskan sikap tentang Iran. Putera Mahkota Pangeran Fahd, "orang kuat" Saudi, dan pemimpin Kuwait Pangeran Saad Abdullah, dalam suatu pembicaraan baru-baru ini menyatakan tetap menginginkan Shah di tahtanya. Pemerintahan Shah, menurut kedua pemimpin itu, adalah "satu-satunya jaminan untuk terpeliharanya cara hidup Muslim yang meluas di wilayah itu." Sangat meragukan, akankah para Ayatullah yang Syi'ah akan sependapat dengan kedua pangeran penganut Sunni itu. Tapi pekan lalu diberitakan dari Yordania bahwa Raja Hussein akan mencoba menemui Ayatullah Khomaeni yang berada di Paris dalam waktu dekat. Raja Yordan itu akan mencoba menjadi perantara antara sang Ayatullah itu dengan sang Shah. Sementara itu, suatu pembicaraan menyebut kemungkinan pemberian pinjaman darurat dari Arab Saudi dan Kuwait kepada Shah Iran sebesar beberapa milyar dollar Amerika. Uang itu untuk mengatasi soal yang terjadi akibat pemogokan buruh minyak selama kerusuhan. Diperkirakan Iran sepanjang bulan pemogokan Nopember yang lalu rugi sampai AS$ 1,5 milyar. Setiap juta barrel yang hilang, Shah setiap harinya kehilangan pula AS$ 12,5 juta. Meskipun cadangan devisa negeri itu masih kuat, lebih dari AS$ 10 milyar, namun kerugian sebesar itu pada akhirnya akan memukul yang bertahta di Mahligai Merak. Tentu saja bila ia masih tetap bisa bertahta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus